Baik Edward maupun Shirayuki berjalan-jalan Bersama di bibir pantai sambil menikmati pemandangan.
Bagi Shirayuki ini adalah saat-saat yang menyenangkan dimana dia akhirnya bisa berbicara berdua dengan Edward tanpa Lily ataupun yang lain.
"Tuan.", Shirayuki memanggil Edward.
"Ada apa?"
Shirayuki berhenti dan dia membungkukkan badannya kepada Edward.
"Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih lagi karena telah membantu bahkan menyelamatkanku."
"Lagi?"
"Ya, aku merasa kalau hutang budi ini tidak akan sepadan seberapapun aku berterimakasih."
Ini sudah kesekian kalinya Edward rasa Shirayuki terus menerus berterimakasih kepadanya, bahkan itu membuatnya tidak tahu lagi bagaimana membuat Shirayuki berhenti.
"(sigh) Kau memang gadis yang sangat baik. Setidaknya kau tidak pernah melakukan hal yang aneh."
"Hmmm...? Apa Shirayuki harus?"
"Ti-tidak tidak tidak! Jangan! Jangan pernah!"
Melihat reaksi Edward seperti itu Shirayuki menjadi curiga kalau ada sesuatu yang dia tidak tahu.
"Tuan...apa jangan-jangan tuan-"
"Ah...aku mengerti apa yang mau kau katakan tetapi tenang saja aku 100% murni dan aku bangga dengan itu."
"Bangga? Shirayuki juga-"
"Aku tahu, aku tahu jadi jangan katakan apapun lagi!"
"Hmmm...? Shirayuki hanya ingin menanyakan sesuatu yang mengganjal. Tuan dan Sharon itu sudah kenal sejak lama kan?"
"Ya, aku sudah mengenalnya semenjak masih kecil, memang kenapa?", Tanya Edward penasaran.
Shirayuki memang sudah tahu ini, dia sendiri sudah pernah berbicara dengan Sharon dan mendengar itu langsung darinya.
"Tuan, kalau semisal disuruh untuk memilih, selain kak Lily tuan ingin memilih siapa?"
Itu adalah pertanyaan yang sangat ingin Shirayuki ketahui jawabannya.
Edward selama ini memang tidak pernah sekalipun menyentuh Lily dan yang lainnya tetapi sebagai orang biasa dia seharusnya memiliki perasaan lain sebagai lawan jenis.
"Jadi begitu maksudmu mengajakku berjalan-jalan berdua ya?"
"Ya, aku sangat penasaran dengan itu."
Jawabannya dari dulu Edward sudah tahu tetapi dia tidak mau memberitahukannya kepada yang lain tentang keadaannya yang sebenarnya.
Memang jika Edward orang biasa mungkin dia akan tertarik untuk memiliki mereka tetapi…
"Jawaban untuk pertanyaan itu tidaklah semudah yang kau bayangkan, Shirayuki. Kenyataannya mungkin aku bahkan tidak akan bisa memilih salah satu dari kalian."
"Tidak bisa? Apa itu seperti tidak bisa memutuskan? Rencana harem?"
Edward menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kalau masalahnya sesimpel itu aku akan tetap pada pendirianku karena sebagai seorang penyandang nama Artorias hanya memiliki satu pasangan hidup."
Shirayuki tahu kalau baik Alexander bahkan ayah dari Edward sekalipun hanya mempunyai satu pasangan hidup. Bahkan istri Alexander sendiri sudah tiada semenjak dia melahirkan ayah Edward dan Alexander sendiri sama sekali tidak menikah lagi selama hidupnya.
Tentu itu adalah hal yang jarang terjadi di Iume karena disana, semakin kuat dan berkuasa dirimu, maka akan semakin banyak wanita yang mau kepadamu apalagi untuk ukuran seorang kaisar.
"Shirayuki...penasaran!"
"Ini adalah kisah turun temurun yang diceritakan sendiri oleh mendiang ayah. Kau tahu kan baik ayah dan kakekku semuanya memiliki warna rambut yang sama? Putih dan bersih layaknya awan di langit. Kami Artorias diceritakan sebenarnya adalah orang-orang dari langit. Karena itulah salah satu sifat kami, layaknya burung merpati yang hanya akan setia kepada satu pasangan. Setidaknya itulah legenda yang diceritakan oleh mendiang ayahku."
Edward menatap langit.
"Yah aku yakin kalau burung merpati jantan tidak benar-benar setia tetapi untuk pengandaian boleh juga."
"E~h jadi bagaimana? Apa boleh memiliki selir begitu?"
"Bayangkan berapa banyak selir yang akan kakekku punyai kalau dia benar-benar ingin? Tetapi..."
"Tetapi...?"
"Bisa kubilang itu semua kemungkinan karena kakekku sendiri tidak menginginkan pepecahan antar keturunannya."
Tetapi itu bukanlah masalah Edward yang sebenarnya, dia tentu merasa bersalah karena sudah membuat mereka jatuh hati kepadanya tetapi...
"Dan aku bukanlah merpati. Aku lebih mirip seekor burung hantu. Penyendiri yang menakutkan dan juga pemburu tanpa suara. Sejujurnya di masa depan aku tidak heran jika suatu saat aku akan sendirian kembali ke pelukan orang tuaku tanpa seorangpun yang akan berada disampingku."
Shirayuki tentu tahu tentang mimpi Edward untuk membuat dunia yang damai dan untuk mewujudkan semua itu dia harus bertarung di dalam masa depan yang tidak menentu.
"Aku tahu tetapi aku Shirayuki sudah memutuskan untuk membantu tuan!"
Shirayuki juga tahu kalua Edward tidak mau Ketika terjadi sesuatu yang buruk kepadanya, dia tidak ingin Shirayuki dan yang lainnya terluka seperti apa yang terjadi kepada Sharon dulu.
Shirayuki berhenti dan dia menggenggam tangan Edward.
"Aku berjanji kalau aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi kepada tuan! Dan aku Shirayuki tidak akan membiarkan tuan menjadi burung hantu yang kesepian!"
Shirayuki sangat serius dengan apa yang dia katakan dan Edward bisa melihat itu jelas dari raut wajah Shirayuki.
[Mereka benar-benar gadis baik...]
Edward merasa kalau mungkin suatu saat Shirayuki akan menyesali ini karena walau seberapa bertekadnya, seberapa seriusnya dia, dan seberapa inginnya dia, tetap tidak akan pernah bisa melawan takdir yang sudah terpaku dalam di dalam diri Edward.
Edward tahu kalau suatu saat dia harus mengucapkan salam perpisahan kepada Shirayuki mau atau tidak mau karena itu adalah tugasnya tetapi setidaknya sekarang Edward membiarkan Shirayuki melihat mimpinya itu.
Keinginan Shirayuki itu bagi Edward adalah hal yang sangat mustahil diwujudkan. Di dunia ini sendiri tidak ada sihir yang bisa membangkitkan orang yang sudah mati dan tidak akan pernah ada.
Kalaupun Edward sendiri memilikinya, dia tidak akan membiarkan sihir itu jatuh ke tangan orang lain bahkan Lily sekalipun karena yang mati akan tetap mati, itulah hukum alam.
Semua kenangan yang ditinggalkan akan menjadi kenangan indah nan pahit. Setidaknya itulah yang ia rasakan ketika kehilangan orang-orang yang sangat ia sayangi. Dia yang sudah jatuh berkali-kali di dalam lubang keputusasaan dan terus mempertanyakan kenapa dan apa tujuan dia hidup.
Dia tidak pernah menganggap dirinya pahlawan, bahkan dia tidak pernah menganggap kalau dirinya adalah orang yang baik ataupun suci. Edward sudah membuang semua mimpi untuk menjadi pahlawan keadilannya dan kalaupun dia menyelamatkan dan membuat dunia menjadi damai sekalipun, dia hanya akan diam dan tetap tinggal di dalam kesunyian, sendirian, menunggu kematian daripada dipuji seluruh dunia karena dia tahu...
Pahlawan hanya dibutuhkan saat dunia di dalam masalah.
Dia hanya berharap kalau setelah semuanya berakhir, "Benih" yang dia tabur akan berubah menjadi bunga yang indah nan cantik yang bisa menghiasi seluruh dunia dan saat itulah dia bisa beristirahat dengan tenang dan bisa membanggakan ini kepada orang tuanya jika dia bertemu mereka di alam sana.
Mereka pun meneruskan jalan-jalan mereka di bibir pantai.
Luxia mendengar seluruh percakapan tadi.
"Sungguh sebuah Ironi. Para Zodiak sangat mencintainya tetapi sayang yang mereka cintai adalah orang yang salah. Setidaknya jika mereka mencintai orang lain, mereka mungkin bisa terlepas dari penderitaan itu tetapi sayang cinta mereka sudah terpaku terlalu dalam."
Luxia tahu kalau Edward sendiri sudah berusaha tetapi memang takdir tidak bisa dirubah mau apapun yang dia lakukan, Luxia yakin kalau mereka para Zodiak akan jatuh cinta kepadanya.
Setidaknya jika Cinta itu tidak hanya sepihak, tetapi orang yang mengemban kekuatan cahaya suatu saat pasti dirinya akan ditelan oleh Cahaya itu sendiri dan suatu saat dia akan kehilangan seluruh ingatan, bahkan perasaan dan seluruh dirinya.
Apakah saat itu tiba, para Zodiak akan tetap mencintainya?
Luxia sangat yakin kalau jawabannya adalah "Ya" apalagi jika mereka semua tahu seberapa besar pengorbanan yang telah dilakukannya kepada mereka bahkan jika perasaan mereka yang sekarang itu palsu, Luxia yakin kalau suatu saat mereka akan menemukan perasaan asli mereka seperti yang Shirayuki lakukan.
"(sigh) Apa yang harus kulakukan? Ini terlalu menyedihkan untukku..."
Luxia tahu kalau dia ingin jawaban, dia harus menemukan itu sendiri karena Innocentia sendiri menuruhnya untuk melakukaan itu sehingga dia bisa tahu dimana seharusnya dia berdiri tetapi dia masih belum tahu itu.
"Tetapi setidaknya untuk sekarang aku akan bertaruh kepada mereka dan melihat perkembangan mereka. Lagipula aku yakin kalau Lixe tidak hanya sembarangan membentuk Zodiak dengan alasan yang remeh karena bagaimanapun kekuatan itu bukanlah kekuatan yang bisa diserahkan kepada sembarang orang dan mungkin aku bisa menebak tujuan sebenarnya dari Lixe, Innocentia, dan White."
Luxia sendiri setelah melihat seperti apa Shirayuki bisa menemukan cahaya, dia menjadi yakin kalau Lixe benar-benar tidak sembarang mempercayai mereka dengan kekuatan yang besar dan itu sekaligus menjadi bukti bahwa mereka mampu. Sekarang Luxia sendiri menjadi ragu kalau dulu mereka benar-benar mengkhianati Lixe demi Darklord melihat seberapa besar perasaan mereka.
"Setidaknya jika aku bisa memperoleh ingatan itu. Yah aku yakin kalau Innocentia pasti sudah menghancurkan ingatan itu...tetapi kenapa?"
Luxia sendiri sudah memperoleh ingatan tentang perang besar jaman dulu yang melibatkan aliansi Darklord melawan sang Cahaya dan bagaimana mereka hancur di tangan Innocentia dan White, tetapi kenapa hanya ingatan tentang Darklord yang dihancurkan oleh Innocentia itu adalah hal yang aneh.
[Untuk orang sekelas Innocentia, menghancurkan Darklord sekaligus dunia sekalian adalah masalah yang sepele dan dia tidak melakukannya sampai sekarang jika Darklord benar-benar musuh tetapi. Apakah dia sedang menunggu sesuatu?]
"(sigh) Entah kenapa aku menjadi penasaran..."
Luxia pun memutuskan untuk pergi dari sana menuju ke yang lainnya.
Hari pun menjelan sore dan bulan mulai menunjukkan dirinya. Edward dan semuanya pun sekarang kembali ke sebuah tempat dimana disana seperti sebuah penginapan yang sebenarnya lebih terlihat seperti sebuah kuil yang dikelola para Miko.
Saat Shirayuki datang Edward masih bisa membayangkan seberapa terkejutnya mereka semua. Memang tidak heran karena Shirayuki sudah dianggap sebagai seorang dewi di negeri itu dan ditambah yang bersama dengannya adalah orang yang menyandang gelar-gelar yang bukan main-main seperti Archangel Chamuel dan sang Archangel terkuat Michael, Sang Putri Naga Arashel yang dikenal dengan nama Shen-Long, dan White sang putri salju yang sangat ditakuti.
Melihat mereka semua berada di suatu tempat bersama-sama adalah hal yang bisa dibilang tidak pernah terlihat sebelumnya. Ya, itu semua karena memang Kekaisaran Miyako juga tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Saint Heaven, Kerajaan Livia, maupun kekaisaran Naga.
Reaksi itu juga yang dirasakan Edward ketika pertama kali bertemu dengan Zadkiel dan Chamuel.
Mereka para Miko yang melihat kedatangan Shirayuki sehabis dari pantai pun mereka segera berbaris dan membungkuk.
"Selamat datang nona Shirayuki!"
Dengan anggunnya Shirayuki berjalan melewati mereka.
*Cling*
Disana ada salah satu Miko yang tidak sengaja menjatuhkan jepet miliknya yang sekarang jatuh di depan Shirayuki.
"Ma-maaf nona!"
Miko yang menjatuhkan jepetnya itu pun berkeringat karena takut dengan apa yang akan terjadi dengannya karena ketidaksopanannya itu tetapi...
Shirayuki mengambil jepet itu dan dia dengan lembut memasangkannya lagi ke rambut Miko itu.
"No-nona?"
"Seorang pemimpin yang baik adalah dia yang memperlakukan anak buahnya layaknya anaknya sendiri jadi jangan takut kepadaku wahai Miko."
Miko yang muda itu benar-benar tidak menyangka ini, dia terlihat terdiam seribu kata tetapi tetap dia berterimakasih kepada Shirayuki yang murah hati.
Shirayuki menoleh kepada Edward.
"Tuan tuan...Minggu depan akan ada Festival! Kalau bisa setelah semua ini berakhir Shirayuki ingin kencan dan mendapatkan jepet pemberian langsung dari tuan!"
"Eh? Kenapa tiba-tiba?"
"Kak Lily aja sudah mendapat cincin, kalau begitu Shirayuki ingin hadiah spesial juga! Karena disana tidak ada Cincin jadi Shirayuki ingin jepet saja sebagai gantinya!"
Mendengar itu Chamuel juga ingin mengungkapkan ketidakadilan ini.
"Iya tuh Ed-chan juga gak pernah ngasih Chamuel hadiah! Benar kan White-chan?"
"Melayani tuanku adalah hadiah terbesar untukku, jadi saya tidak membutuhkan itu."
"Ayolah White-chan! White-chan juga pasti ingin kan satu hadiah spesial?"
White berpikir sejenak.
"Tidak, saya sudah mendapatkan hadiah Spesial saat festival pohon suci dulu.", ucap White sambil menyentuh bibirnya dengan jari telunjuk.
Chamuel mengingat itu, dia mengingat saat itu. Saat White mencium Edward di depan orang banyak di depan pohon suci.
"GAAAAAAA! Sial, Chamuel iri!"
"Chamuel, kau berisik lho!", ucap Mikaella dengan santai.
Berbanding terbalik dengan Chamuel, Mikaella dan Arashel terlihat sangat tenang.
"Guh...Apa Mii-chan dan Arashel-chan gak iri dengan itu?"
"Aku sudah bersama dengannya selama beberapa tahun.", ucap Mikaella.
"Dan aku adalah tunangannya.", ucap Arashel.
"A-apakah selama ini Cuma Chamuel yang tertinggal?"
Mikaella pun mendorong Chamuel.
"Sudah-sudah cepat kita masuk."
Dengan ini mereka semua pun melakukan persiapan untuk berangkat menuju sebuah tempat yang tersembunyi yang dimana tempat itu dikatakan hanya bisa dimasuki oleh Shirayuki.
Ya, sebuah tempat yang dimana Shirayuki menyimpan ketiga benda pusaka miliknya yang melegenda. Ama-no-Murakumo, Yata-no-Kagami, dan Yasakani-no-Magatama. ketiga benda pusaka yang digadang-gadang berasal dari dewa dan dewi dari kahyangan sendiri.