webnovel

The Sexy Woman

“Aku hamil!” Setelah mengatakan hal itu, Illona yang duduk di bangku sekolah menengah atas ditinggalkan begitu saja oleh sang kekasih. Gadis yang hidup sebatang kara, tidak bisa menghubungi kekasihnya yang sudah hampir sepekan tidak berangkat ke sekolah. Ia merasa bingung dan khawatir jika ada orang lain yang mengetahui keadaannya. Tidak lama setelah itu, kehamilannya terungkap. Para siswa di sekolah bergantian merundung Illona karena apa yang ia alami. Gadis itu tidak kuat menahan semua hinaan yang didapatnya, hingga akhirnya dia memilih tidak pergi ke sekolah dan berhenti tanpa prosedur yang seharusnya. Meski begitu, Illona memutuskan untuk melahirkan buah hatinya. Namun, karena sang anak yang sudah tumbuh besar sangat mirip dengan kekasihnya, dia pun mulai menjadikan anak itu sebagai sasaran amarahnya. Lalu, bagaimana hubungan Illona dengan sang anak? Akankah dia bertemu lagi dengan pria yang menjadi ayah dari anaknya itu?'

MahinaAi · Urban
Not enough ratings
270 Chs

Teman Baru

Air mata mulai menetes. Tanpa sadar Illona menangis di depan Hugo hingga membuat laki-laki itu berlari mendekatinya.

"Ada apa? Apa sangat sakit?" tanya Hugo panik. Ia tidak tahu harus berbuat apa karena teringat Illona melarangnya untuk mendekati gadis itu.

"Kenapa? Kenapa semuanya seperti itu padaku?" Tangisan Illona semakin memekik. Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja. Menangislah!" Hugo mencoba menenangkan Illona yang tengah menumpahkan kekesalan dan kesedihannya melalui air mata. Laki-laki itu menepuk bahu gadis di hadapannya dengan perlahan. Ia pun hanya diam setelahnya sembari menunggu Illona lebih tenang.

***

Kini sepasang remaja itu duduk di taman bermain dekat apartemen Illona karena Hugo memaksakan diri ingin mengantar gadis itu. Ia tidak tega dan tidak bisa membiarkan gadis yang tengah menangis berjalan sendirian di tengah keramaian.

Di taman, Illona tanpa sadar menceritakan kekesalannya pada Hugo. Laki-laki itu pun tersentak karena tidak percaya dengan apa yang Illona alami. Akhirnya, Hugo bangkit dari duduknya dan berlutut di depan gadis itu.

"Mulai saat ini aku akan menemanimu. Aku akan menjadi temanmu. Aku tidak akan membiarkanmu sendiri ataupun ditindas," ucap Hugo penuh keyakinan.

Illona memalingkan wajah. Ia merasa tidak akan ada yang berubah meski laki-laki di hadapannya berkata seperti itu. Namun, ia tidak tega menolak seseorang yang terlihat tulus seperti itu. Akhirnya, Illona pun mengangguk dan secara singkat mereka berubah menjadi seorang teman.

Pertemanan yang tidak disangka-sangka membuat Hugo tersenyum senang. Ia bahkan mengulurkan tangan karena ingin menjabat teman barunya. Setelah mengangguk serta menatap bergantian ke arah Illona dan tangannya yang mengulur, laki-laki itu pun mendapat balasan dengan genggaman tangan yang lebih kecil dari tangannya.

"Pokoknya, kamu bisa bersandar padaku! Aku akan jadi teman yang baik!" ucap Hugo penuh percaya diri. Ia bahkan berpose layaknya seorang super hero yang siap untuk terbang.

Melihat tingkah laki-laki itu, gadis yang tengah duduk mulai tertawa ringan. Hugo yang melihatnya pun terkejut dan ikut senang karena itu pertama kalinya ia melihat Illona tertawa.

"Nah, begini dong! Kamu benar-benar cantik saat tertawa!" seru Hugo.

Illona tersipu. Gadis itu belum pernah mendengar pujian seperti itu dari orang lain. Dia pun mengalihkan pandangan dan meminta Hugo untuk tidak berkata yang tidak-tidak.

"Loh! Tidak-tidak bagaimana! Aku serius tahu!" seru laki-laki berseragam sekolah.

"Sudahlah!" Illona masih kaku untuk berbincang. Hal itu dikarenakan dia tidak memiliki lawan bicara selain sahabatnya. Hingga akhirnya dia sedikit bingung bagaimana harus berinteraksi kepada orang lain.

"Kamu bisa bicara santai padaku! Mau memakiku juga boleh!" Hugo tidak henti-hentinya berusaha membuat suasana di antara mereka cair.

Setelah perjuangannya itu, akhirnya Illona mulai bisa berbicara santai dengan Hugo. Gadis itu bahkan tidak lagi malu-malu untuk tertawa ataupun membalas candaan laki-laki yang tengah bersamanya.

Karena hari mulai sore, Hugo mengatakan pada Illona bahwa ia harus segera pulang. Dengan cepat Illona pun kembali berterima kasih dan meminta Hugo untuk pulang dengan berhati-hati.

"Ya sudah ayo!" ajak Hugo.

Dengan tatapan bingung Illona bertanya, "Kemana?"

"Tentu saja pulang! Aku akan mengantarmu dulu baru setelah itu pulang," jawab Hugo.

"Ti-tidak usah. Tempat tinggalku dekat dari sini. Aku bisa pulang sendiri!" seru Illona sembari melambai-lambaikan kedua tangannya di depan dada.

Hugo tersenyum gemas. Ia suka melihat tingkah Illona yang lucu saat gugup. "Ya sudah. Kalau begitu aku pulang dulu ya. Besok kita bertemu lagi."

Lambaian tangan Hugo mendapat balasan dari Illona. Gadis itu bahkan tersenyum lebar mengiringi kepergian Hugo. Setelah teman barunya tidak lagi terlihat di dalam ruang pandangnya, barulah Illona berbalik dan berjalan kembali ke apartemennya.

Gadis itu melangkah riang dengan senyuman hangat di wajahnya. Ia senang karena memiliki seorang teman baru dan juga seorang yang baik padanya. Meski masih ada kekhawatiran yang menghantuinya, tetapi Illona ingin mencoba saran Hugo yang memintanya untuk menikmati waktu yang ada.

Setibanya di apartemen kecil itu, Illona langsung membersihkan diri dan membaringkan tubuh di tempat tidur. Ia lantas mengirim pesan pada sahabatnya dan menceritakan sedikit kejadian hari ini melalui pesan singkat.

Setelah pesannya dibaca oleh Sarah, panggilan langsung masuk ke ponsel Illona.

"Halo?" ucap Illona begitu panggilan terhubung.

"Apa bagaimana? Bagaimana bisa? Aduh ternyata sahabatku ini sudah dewasa ya!" Sarah langsung heboh dan menghujani Illona dengan banyak pertanyaan. Ia paling tahu bahwa sahabatnya itu sulit berteman dengan orang lain, jadi dia merasa senang setelah mendengar Illona memiliki teman baru.

"Apa dia lebih cantik dariku? Lebih baik dari aku? Atau bagaimana? Pokoknya jangan biarkan dia menggantikan posisi pertamaku, oke?" ucap Sarah lagi.

"Tenanglah, Sarah. Kamu lebih cantik dari dia. Tapi ...."

"Tapi apa?" tanya Sarah penasaran karena Illona menghentikan kalimatnya.

"Tapi dia sangat tampan!" cetus gadis itu.

Mendengar kata 'tampan' membuat Sarah terkejut. Ia lantas mempertanyakan apakah teman yang Illona maksud adalah seorang laki-laki. Setelah Illona berkata tebakan Sarah benar, gadis itu kembali heboh. Dia bertanya banyak hal meski akhirnya tidak dapat Illona jawab karena panggilan mereka harus berakhir.

Illona enggan menjawab semua pertanyaan Sarah. Gadis itu hanya memberitahu sahabatnya bahwa Hugo adalah sosok yang periang dan selalu membantunya. Namun, saat tengah asyik menceritakan Hugo, Illona juga menceritakan tindakan Clara kepada sahabatnya itu.

Dengan tegas Sarah meminta Illona mengabaikan Clara. Gadis itu memberitahu bahwa mulai besok Illona harus peduli pada dirinya sendiri terlebih dahulu. Meski memang memedulikan orang lain itu baik, tetapi untuk apa melakukannya kalau hati sendiri merasa tertekan.

"Pokoknya, kamu fokus berteman saja dengan anak laki-laki itu! Ingat! Jangan pedulikan orang lain!" ucap Sarah.

"Apa tidak apa-apa seperti itu? Tapi aku tidak ingin dibenci," ucap Illona lirih.

"Aduh Illona! Mau kamu dekat atau tidak dengan Hugo, ujung-ujungnya sama saja 'kan? Clara pasti akan mengusikmu 'kan? Jadi selama Hugo bisa melindungimu, ya sudah, dekati saja dia," sahut Sarah kesal.

Setelah beberapa saat terdiam, Illona pun mengangguk dan menjawab perkataan sahabatnya itu. Dia berkata akan mengikuti saran Sarah dan berusaha berteman baik dengan Hugo.

Kini, setelah panggilan telepon dengan Sarah berakhir, Illona baru menyadari bahwa ada pesan masuk dari nomor asing.

"Siapa ini?" gumam Illona. Gadis itu merasa penasaran karena dia merasa tidak memberikan nomor ponselnya kepada siapa pun. Kini Illona segera membuka pesan yang di sisi kanannya tertulis angka tiga sebagai pertanda ada tiga pesan yang nomor itu kirim.

Seolah tindakan yang kontras, kini rasa terkejut dan juga senyum manis terukir di bibir Illona secara bergantian meski hanya terpaut beberapa detik saja.