webnovel

The Secret #4

Setelah membeli barang barang yang Rissa perlukan untuk sekolah. Rissa dan Kelvin langsung pulang ke rumah, sekitar 30 menit kemudian mereka tiba di rumah atau bisa disebut mansion keluarga mereka.

"Tumben kamu gak teriak-teriak kayak dulu waktu masih kecil Sa?"tanya Kelvin bingung dengan tingkah laku kembarannya yang tidak seperti dulu ketika mereka masih kecil.

"Orang rumah gak ada yang tahukan kalo hari ini aku pulang?"tanya Rissa ketika mulai membuka pintu mansion keluarga Devon dan menunggu sang saudara kembar untuk berjalan terlebih dulu guna memberikan kejutan untuk keluarga mereka yang tak tahu perihal kedatangan Rissa di New York.

"Enggak. Kamu aja bilang ke aku dadakan mana bisa aku bilang ke Mom, Dad sama Alex soal ini."jawab Kelvin apa adanya sambil mengangkat koper milik Rissa untuk keluar dari bagasinya.

"Bagus deh kalo kayak gitu."jawab Rissa sambil tersenyum senang sebelum masuk terlebih dahulu kedalam rumah yang disusul Kelvin dan beberapa pelayan yang membawa koper milik Rissa dibelakangnya.

Ketika Rissa melihat kearah ruang keluarga, tampak kedua orang tuanya dan kakak tertuanya tengah bercengkrama diruang keluarga sambil melihat televisi yang menayangkan berita tentang berbagai perusahaan.

Seakan mengerti isi kepala kembarannya, Kelvin berjalan terlebih dahulu kearah ruang keluarga sambil membawa camilan yang tadi sempat mereka beli di mall sebelum kembali pulang.

"Mom, Dad!"sapa Kelvin sambil mencium kedua pipi orang tuanya sebelum duduk di sofa beresebelahan dengan Alex, sang anak sulung.

"Tumben pulangnya cepet kamu Kelvin?"tanya Mommy kepada sang anak yang tengah asik memakan snack nya.

"Tadi ada urusan sebentar terus Elvi langsung pulang karena gak ada urusan apa-apa lagi."jawab Kelvin santai tanpa melihat Rissa yang tengah diam-diam memperhatikan interaksi keluarga yang ia rindukan selama ini.

"Eh Vin! Coba lihat ini deh!"ucap Alex sambil menunjukkan sesuatu di ponselnya.

"Wah...makin maju aja nih bisnisnya Alex!"kagum Kelvin ketika melihat grafik bisnis yang dirintis oleh Alex seorang diri tanpa bantuan kedua orang tuanya.

"Berarti nanti yang lanjutin bisnis Dad kamu ya Kelvin."canda Daddy kepada Kelvin yang lantas membuat Kelvin yang awalnya tengah melihat grafik perkembangan bisnis sang kakak sontak menoleh kearah sang Daddy.

"Daddy apaan sih?!"kesal Kelvin sambil mengembalikan ponsel milik Alex kasar.

Ketika dirasa cukup untuk Rissa berdiam diri dan mengamati keluarganya, kini Rissa perlahan demi perlahan berjalan kearah keluarganya tanpa menimbulkan suara sedikitpun. Ketika dia telah berada di belakang kedua orang tuanya, barulah Alex menyadari keberadaan sang adik tercinta.

Seakan menyadari gelagat sang anak pertama mereka, kedua orang tua mereka lantas bertanya kepada Alex yang tengah menatap kearah mereka lebih tepatnya dibelakang mereka dengan kedua mata berkaca-kaca sedangkan Kelvin melihatnya hanya menahan tawa.

"Kalian berdua kenapa?"tanya sang Mommy kepada kedua putranya sambil menoleh ke belakang.

"Oh my gosh!!! Rissa!!!"pekik sang ibu ketika melihat anak perempuan yang sejak dulu ditunggunya kini telah berada dihadapannya.

"Kamu kapan pulang?"tanya sang Daddy sambil mengelus puncak kepala Rissa.

"Tadi bareng Elvi. Elvi yang jemput Sasa di bandara."jawab Rissa masih memeluk sang Mommy yang tengah menangis bahagia di pelukannya.

"Udah dong Mom...jangan nangis lagi. Sasa jadi sedih loh kalau Mommy nangis kaya gini."ucap Rissa sambil menguraikan pelukannya dan menghapus air mata milik sang ibu tercinta.

"Kamu lebih baik istirahat dulu, nanti waktu mau makan malam biar Dad suruh Kelvin buat bangunin kamu. Mom, biarin anak kita istirahat dulu. Kasihan dia, dia kelihatan kelelahan gitu!"tegur sang ayah yang lantas membuat sang Mommy melepas peganggannya dari sang putri dan berhenti menangis.

"Ya udah kalau kaya gitu. Sasa istirahat dulu ya Mom, Dad, Alex, Elvi."ucap Rissa sambil mencium kedua pipi keluarganya masing-masing.

***

Setelah Rissa selesai mandi dengan handuk yang masih bertengger di kedua bahunya. Dia segera beranjak ke depan ranjang sambil membawa koper berwarna hitam miliknya. Dengan perlahan, dibukanya koper miliknya itu dan terlihatlah barang-barang saat dia bekerja tertata rapi di dalam koper.

Di keluarkannya semua barang-barang itu di mulai dengan pakaian kantor dan beberapa pakaian lapangannya dan dengan segera, ditaruhnya pakaian itu ke salah satu lemarinya yang berada tersembunyi disuatu ruangan dibalik lemari pakaiannya.

Setelah itu, dengan segera dia kembali kedepan kopernya untuk mengambil dan menyimpan senjata-senjatanya yang biasa ia gunakan saat bertugas didalam ruangan tersembunyi miliknya.

Setelah selesai menyimpan itu semua, Rissa kembali membuka koper miliknya yang lebih kecil dari koper sebelumnya yang berisi beberapa figura dan album fotonya bersama para sahabatnya ketika berada di Jerman.

Di ambilnya salah satu figura yang berfotokan dirinya semasa kecil yang sedang tersenyum manis dengan latar belakang taman asramanya ketika ia sedang melakukan pelatihan di salah satu asrama militer di Jerman dengan diapit oleh 2 anak laki-laki yang mana kedua-duanya saling mengapit kedua tangan Rissa dan tersenyum kearah kamera.

"Aku rindu kita yang seperti dulu. Apa kamu tetap tidak mau kembali kesisi kita berdua Ronald?"ucap Rissa lirih dengan nada sarat akan kesedihan dan kekecewaan yang mendalam.

“Maafkan kami yang tidak mempercayaimu dulu. Maafkan kami yang sudah memilih pihak yang salah hingga membuatmu seperti ini. Tolong! Setidaknya berilah kami penjelasan tentang perilakumu yang sangat bertolak belakang dengan kamu yang dulu. Kami percaya jika pasti kamu memiliki alasanmu sendiri hingga membuatmu berada di sisi yang berlawanan dengan kami berdua. Tapi percayalah! Kami berdua sangatlah merindukan sosok seorang kakak kami yang dulu.”lirih Rissa sambil menatap pigura itu dengan rasa penuh penyesalan dan berbagai perasaan yang memang tengah ia rasakan kini.

“Semuanya telah berubah sejak kamu pergi. Semuanya tampak asing di mata kami berdua. Tidak ada lagi kehangatan yang tampak bagi kami. Semua tampak gelap setelah kamu memilih pergi dari kami. Apa ini hukuman bagi kami? Apa ini caramu melampiaskan rasa dendammu pada kami? Jika iya, kamu telah berhasil! Berhasil membuat kami semua yang berada di sini merawa bersalah kepadamu atas segalanya. Aku, Revan bahkan para petinggi telah gagalkan menahanmu untuk pergi dan mengacungkan senjata kepada kami yang tersisa.”sesal Rissa lagi sambil menatap kosong sosok yang memang berada di dalam pigura itu.

Setelah di rasa puas telah melampiaskan apa yang sepama ini telah ia rasakan, di tatanya semua figura yang ia miliki disalah satu meja kosong yang memang sudah ia pesan kepada kakak tertuanya untuk menaruhnya didepan ranjang tempat tidur miliknya.

Setelah selesai menata figura-figura itu, diambilnya beberapa album yang ia bawa kedalam laci dan dimasukkannya album album itu di laci yang berada disamping tempat tidurnya.

Setelah ia selesai mengemas barang-barang miliknya itu ditaruhnya koper-koper itu kedalam lemari khusus untuk menyimpan tas-tasnya. Setelah selesai, Rissa segera berbaring diatas ranjangnya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang telah bekerja 3 hari belakangan ini lebih keras dari biasanya.