Happy Reading!
Jangan lupa komen guys!
Pekerjaan semua sudah selesai, meski ada beberapa yang ada di meja kerjanya. Angel sedikit lebih lega, kepalanya tidak menjadi pusing lagi karena tugas lembur malam ini. Angel bebas, ia pun beranjak menuju ke toilet. Tapi, Angel berhenti sejenak karena melihat Damian sedang mengobrol dengan seorang wanita sembari membawa anak kecil di depan lift.
Apa mungkin itu anak dan istrinya?
Mereka terlihat sangat dekat, begitu juga dengan anak kecil yang langsung merangkul Damian. Angel merasa tersentuh ketika melihat anak itu, batinnya seperti merasa kenal dan dekat. Namun, itu hanya perasaan Angel saja.
Angel menuju ke toilet, pikirannya masih kepada anak itu. Kenapa perasaannya menjadi aneh, apa karena Angel terlalu membenci Damian? Mungkin saja, kalau dilihat-lihat. Damian benar-benar sangat menyayangi keluarganya. Kapan dia menikah? Angel jadi kepo sendiri tentang bos galak.
"Kenapa aku terus memikirkannya?" gumam Angel, sembari menatap wajahnya di depan cermin.
"Aish, tidak mungkin aku cemburu kan? Aku hanya mencintai Arya wijaya, aku ada-ada saja." Angel mencuci tangannya begitu kasar, hingga terkena kuku dan telapak tangannya sedikit merah. "Aw," desisnya.
Clenting! Suara pesan masuk membuat Angel buru-buru membuka ponselnya. Ia mendapat kabar dari rekannya kalau Damian telah mengirimkan beberapa Bodyguard untuk menangkap seseorang yang mengkhianatinya.
"Apa kau takut? Bukannya kau menyamar saat itu?" balas Angel.
"Iya, aku sudah menyamar jadi kapan aku bisa kembali."
"Sudahlah jangan khawatir, lanjutkan pekerjaanmu!"
"Ck, kenapa dia selalu membuatku sakit kepala? Benar-benar tidak waras!" gumam Angel kesal, kemudian keluar toilet. Kenapa Angel selalu memikirkannya sih? Bukannya Angel harus pada tujuan balas dendam pada Damian. Jangan sampai Angel termakan dengan tatapan Damian yang begitu mempesona.
Tidak! Itu akan membuat Angel gagal. Malah dia yang akan terjerat lagi untuk kedua kalinya.
****
Flashback saat pernikahan Damian dan Angeline.
Semua para tamu undangan datang, karena ini pesta pernikahan yang mewah dan megah. Ribuan tamu menyalami Angeline dan Damian, pengantin baru yang sangat serasi. Senyum mereka terlihat bahagia. Namun, tidak dengan hati Angeline yang gelisah dan entah kenapa ia terlalu bodoh. Terjebak dalam perangkapnya sendiri, menikah dengan iblis yang telah membunuh keluarganya.
Damian menoleh ke arah istrinya yang sejak tadi diam, Damian pikir kelelahan karena banyak sekali tamu. "Apa kau lelah?" tanya Damian sembari memandang Angeline.
"Aku tidak apa-apa, lanjutkan saja drama mu!" cetus Angeline melirik tak suka ke arah Damian.
Damian terkekeh, sikap buruk Angeline padanya sebentar lagi akan berubah menjadi sikap yang baik. Tentu, Damian akan membuat Angeline mencintainya. "Kalau begitu, setelah ini kita akan melakukan malam pertama." ujar Damian sembari mengelus punggung Angeline.
"Sialan, dasar pedovil!" kesal Angeline, sampai kapan ia akan terus hidup bersama Damian. Seseorang yang kejam dan seenaknya sendiri, kasar dan tak pernah lembut dengannya.
Setelah acara selesai, mereka langsung menuju kamar yang sudah dihias. Sebagaimana orang kaya tidak perlu menyewa gedung. Rumah saja sudah seperti istana, bisa menampung ribuan orang. Kamar yang indah mengalahkan hotel bintang lima.
Angeline merasa risih dengan gaunnya, mencoba melepas sendiri tapi kesulitan. Karena memiliki suami yang peka, Damian langsung membantu istrinya melepaskan gaun tersebut. Punggung mulus, serta leher yang menggoda membuat Damian ingin menghisapnya. Memberikan tanda mahakarya saat malam pertama ini.
"Apa kau sudah siap sayang? Aku benar-benar menginginkannya." bisik Damian kemudian mengecup daun telinga Angeline.
"Aku lelah, sungguh." tolak Angeline karena memang lelah setelah menyalami ribuan tamu.
"Ayolah, ini malam pertama kita." Damian tetap kekeh dengan keinginannya, ia pun membalikkan badan Angeline ke hadapannya. Tanpa perlu lama lagi, Damian meraih tengku gadis itu kemudian melumat bibir ranum itu. Memutar-mutar dengan pagutan seperti biasanya, lenguhan Angeline meningkatkan rasa malam pertama mereka.
Meski sering melakukannya, tapi malam ini benar-benar indah bagi Damian.
"Emmmh," lenguh Angeline
Damian merebahkan tubuh Angeline sembari melepaskan gaun yang mengganggu aktifitas mereka. Dengan cepat tangan Angeline juga membantu Damian melepaskan kemeja putih. Permainan panas akan dimulai, terlihat Angeline yang tidak bisa menolak lagi. Karena sudah membutuhkan kejantanan Damian.
Setelah full naked, mereka kembali berpagutan lembut dengan posisi yang sangat intim. Decapan khas menghiasi ruangan, Angeline mengubah posisi menjadi di atas Damian. Tatapan sensual, kemudian memuaskan suaminya dengan cara Angeline sendiri.
Beberapa menit kemudian, Damian sudah menindih Angeline sudah siap menggagahi istrinya. Dan "Aghhhh," desah Angeline, miliki Damian sudah masuk sempurna lalu memaju mundurkan dengan ritme santai. Menikmati malam pertama sampai beberapa ronde yang mereka inginkan.
.
Keesokkan harinya, Angeline merasakan pusing perutnya seperti bergejolak ingin mengeluarkan sesuatu. Sebelum itu, Angeline memakai kemejea milik Damian yang keberasan di tubuhnya. Tak tahan, ia pun berlari ke kamar mandi sembari memegangi perutnya. Mual, mual, kepala pun pun pusing.
"Huek, huek," yang keluar hanya air bening saja, Angeline menatap ke cermin. Wajahnya terlihat sangat pucat sampai bibir juga berubah warna.
"Ada apa denganku?" gumamnya, "Apa aku hamil?" sambungnya lagi, Angeline khawatir kalau dia hamil. Tidak ada kesempatan untuk kabur, "Tidak, aku tidak mau hamil anaknya dia!" gerutunya.
Sebenarnya Angeline sudah merasakan benih-benih cinta dengan Damian. Tapi, mulutnya benar-benar membenci Damian.
Selanjutnya kita akan lanjut ke masa depan.
Flashback of!
#
"Kau tidak ada apa-apa Damian?" tanya Elina kakak kandung Damian satu-satunya. Wanita itu sangat mengerti dan paham dengan kehidupan Damian sekarang.
"Aku tidak apa-apa, aku akan membawa Aurora pulang ke rumah, apa boleh?" meminta izin Elina untuk membawa Aurora untuk tinggal bersama dirinya. Damian ingin sekali merasakan sebagai Ayah.
"Jangan, bukannya aku melarang mu tapi ini demi kebaikan Aurora. Dia tidak bisa tinggal tanpa seorang ibu," ujar Elina lembut, menolak permintaan Damian yang pasti membuat lelaki itu melotot tak percaya.
"Tapi, aku ini Daddy-nya!" sentak Damian,
"Aku tahu, apa kau akan selalu ada 24 jam untuk Aurora? Apa kau akan terus mengawasinya?" tentu tidak Damian! Aku mengerti perasaanmu, aku tahu dia anak mu. Tapi, aku tidak mau Aurora tinggal bersama mu." balas Elina, memang benar apa yang dikatakan sang kakak. Damian terlalu sibuk bekerja. Tidak mungkin kalau setiap saat selalu ada untuk Aurora. Apalagi Aurora masih sangat kecil.
"Apa aku harus menikah lagi? Agar Aurora bisa bersamaku?" tanya Damian
"Ck, kematian Angeline belum jelas Damian! Belum bisa ku izinkan. Tentu belum," tolaknya lagi, Elina takut semuanya akan buruk. Kematian Angeline belum jelas apa sebab dan siapa pembunuhnya.
"Dia sudah mati!"
"Daddy!!!!" teriak Aurora berlari menghampiri Damian dengan senyuman ceria gadis kecil itu. Dan, Damian menghentikan ucapannya kemudian meraih Aurora di dekapannya.
Penyemangat Damian saat ini adalah Aurora, sang putri kecil imut dan pintar. Usianya baru 3 tahun tapi pandai sekali. Apalagi menyebut nama Daddy dan Mommy begitu jelas.
"Bagaimana kalau kita main hari ini, pergi ke mall? Atau taman bermain?" ajak Damian untuk menyenangkan sang Anak.
Tapi, Aurora menggeleng pelan sembari memuncungkan bibirnya. "Tidak mau." kemudian berbisik.
"Aulola hanya ingin beltemu dengan mommy," dengan logat cedalnya, Damian mengerti perkataan Aurora. Sebuah permintaan untuk kesekian kalinya, membuat hati Damian merasa sesak.
"Mommy jauh dengan kita, maafkan Daddy tidak bisa menurutinya lagi." balas Damian kemudian mengecup kedua pipi Aurora.
Karena masih kecil jadi Aurora hanya mengangguk pelan, jawaban Damian memang tidak pernah berubah. Gadis itu pun merangkul leher Daddy nya, kepalanya menumpu di pundak lebar Damian. Ketika melihat seseorang yang menuju ke sini, Aurora tak lepas memandangnya.
"Maaf pak, 10 menit lagi kita akan meeting mendadak." ucap Angel sembari tersenyum sapa ke arah Elina. Yang Angel pikir adalah istri dari Damian.
"Kenapa mendadak sekali?" tanya Damian.
"Tuan Lee meminta dipercepat, dan baru saja memberi kepada saya."
"Baiklah, aku akan menyusul. Tunggu di ruangan saya!" balas Damian,
"Baik pak, saya permisi. Pak, bu." kemudian Angel membalikkan badannya kembali ke ruangan. Dan menunggu Damian.
Setelah itu Damian menitip Aurora kepada Elina lagi, sulit sekali jika harus jauh dari sang putri. Tapi, ini demi Aurora. Semoga kelak Damian akan mendapat seseorang yang jauh lebih baik dari Angeline. Karena, Damian mengira Angeline berselingkuh dengan temannya.
Menutup luka lama, membuka lembaran baru. Tidak peduli dengan apapun lagi kecuali masa depan Aurora. Damian akan melupakan Angeline selamanya.
To be continued.
Terkadang ungkapan hati dan mulut berbeda. Benci tapi masih cinta. Begitulah manusia.