Andrea terkejut Evans ada di dalam apartement Rendy. Namun ia tak mau menyia nyiakan kesempatan ini. Ia berjalan menuju kedua orang itu.
"To - tolong!" pinta Andrea lemah.
Evans mendengar suara Andrea yang lirih. Ia menoleh ke arah Andrea. Dan terkejut melihat Andrea dengan kondisi yang mengenaskan.
Rendy juga menoleh ke arah Andre, tangan Evans sedikit melonggar membuat Rendy dengan sigap melepaskan diri lalu berlari menghampiri Andrea.
"Masuk!" hardik Rendy.
"Tolong," ujar Andrea lirik ke arah Evans.
Meskipun Evans ingin menyelamatkan Andrea, tak ada ekspresi apapun terpancar dari Evans. Ia hanya menatap ke arah Andrea yang meminta tolong padanya.
"Ayo masuk!" pekik Rendy.
Tangannya menarik Andrea dan menyeretnya masuk ke dalam kamarnya. Meskipun sudah tak bertenaga, Andrea masih berusaha melepaskan diri dari Rendy.
"Lepaskan dia!" hardik Evans.
"Siapa kau memerintahku!" pekik Rendy.
Rendy sudah lupa akan pengaruh Evans padanya. Melihat Andrea berusaha meminta tolong pada Evans, seolah membuatnya tak terima.
"Kalau kau tak melepasnya aku jamin besok tak ada lagi keluarga Wijaya bisa mengangkat wajahnya di depan publik!" ancam Evans.
"Kau mau mengadu pada media? Kau pikir siapa pemilik media di negeri ini. Hanya skandal kecil seperti ini tak akan menurunkan derajatku!" balas Rendy.
Andrea masih dengan gigih berusaha melepaskan diri dari Rendy. Namun tangan Rendy justru semakin erat memeluknya.
"Lepaskan aku Rendy," ujar Andrea lirih.
"Andrea Sayang, kau tak akan kemana mana. Kita akan menikmati hari hari bersama. Dan kau hanya akan merasa bahagia bersamaku," ujar Rendy.
"Aku tak ingin bersamamu, Rendy. Lepaskan aku," pinta Andrea lemah.
Evans melangkah ke arah Rendy yang memegang erat tangan Andrea dan enggan melepasnya.
"Berhenti!" pekik Rendy.
"Kemarilah Andrea," ujar Evans.
Andrea berusaha keras melepaskan diri dari Rendy, namun tetap tak bisa. Akhirnya Evans turun tangan dan menarik Andrea ke sisinya.
Tentu saja Rendy geram bukan main. Wanita yang selama ini menjadi bahan fantasy dan menjadi obsesinya direbut paksa oleh orang asing.
"Kembalikan Andrea!" pekik Rendy.
"Dia bukan milikmu, kenapa harus kukembalikan?" ujar Evans santai.
"Dia milikku! Dia akan menikah denganku!" Rendy semakin tak tahu diri dan bicara ngawur.
"Benar Andrea?" Evans menoleh ke arah Andre dan Andrea buru buru menggelengkan kepalanya.
"Dia bilang tidak," ujar Evans.
Rendy melotot ke arah Andrea, wanita itu bahkan memegang erat badan Evans berusaha berlindung di belakangnya.
"Andrea, kita mulai dari awal. Akan kuberikan semua yang kau mau," bujuk Rendy.
"Aku tak sudi! Kau orang gila! Kau orang gila Rendy!" pekik Andrea.
Evans mencoba memahami keadaan saat ini. Rendy terlihat sangat kalut saat Andrea terlepas darinya. Sepertinya Rendy benar benar terobsesi pada sosok Andrea.
"Well, sebaiknya kita pergi Andrea. Akan berbelit belit jika di sini," ujar Evans.
Tak mempedulikan Rendy, dengan santainya Evans membimbing Andrea keluar.
Bagai orang gila Rendy mendorong Evans dan berusaha menarik Andrea. Namun dorongan dari Rendy tak berefek apa apa pada Evans.
Ia segera menepis tangan Rendy dan mendorong Rendy menjauh.
"Dia milikku!" pekik Rendy.
"Maaf, tapi aku dan wanita ini sudah memiliki perjanjian kami sendiri. Jadi maaf, aku tak bisa berbagi wanita ini," ujar Evans.
Tak terima, Rendy pun menghampiri Evans lalu burusaha memukuli Evans dengan membabi buta.
Namun Evans seolah seperti orang yang mahir bela diri dengan santai menangkis pukulan demi pukulan Rendy.
Andrea tak menyangka ia harus menyaksikan adegan seperti ini di depan mata kepalanya sendiri.
Dengan sekali pukulan saja Evans berhasil membuat Rendy tumbang meski tak berakibat apapun.
Ia dan Andrea segera pergi meninggalkan apartement Rendy. Rendy berusaha mencari remot ajaibnya namun Andrea dan Evans sudah berhasil melewati pintu dan pergi.
"Sial!" pekik Rendy kesal.
Ia lantas berlari keluar untuk mengejar Evans dan Andrea namun mereka sudah tak terlihat.
"Andrea!" pekik Rendy.
Ia segera menelepon seseorang dengan raut wajahnya yang geram.
"Cari tahu tentang Felix dan Andrea. Dan juga pria yang hari ini masuk ke apartementku. Cepat!" ujarnya melalui telepon.
****
Sementara Andrea berhasil keluar dan Evans mengajaknya masuk ke mobilnya. Andrea menunduk bersembunyi karena takut Rendy melihatnya.
"Kau pikir itu menyelesaikan keadaan? Dia tetap akan menemukanmu jika kau masih di sini," ujar Evans sambil melirik Andrea yang bersembunyi.
"Cepat pergi dari sini!" ujar Andrea lantang.
"Kenapa kau memerintahku?" Evans terkejut dengan sikap Andrea yang malah kasar padanya setelah ia menolongnya dari Rendy.
"Cepat!" pekik Andrea.
"Okey, okey, okey. Kenapa kau jadi marah marah?" gumam Evans bingung.
Evans segera menancap gas dan pergi meninggalkan apartement Rendy. Saat sudah keluar dari kawasan elit itu, Andrea baru keluar dari persembunyiaannya.
Ia nampak bernapas lega walau akhirnya juga ia menangis. Evans yang melihat perubahan sikap Andrea hanya bisa mengernyitkan dahinya karena bingung.
"Apa kau punya kelainan mental? Kenapa sikapmu bisa tiba tiba berubah?" ujar Evans bingung.
"Diam dan jangan berisik!" ujar Andrea sambil menangis.
"Apa sebarusnya tadi tak kutolong saja? Kenapa aku malah menyesal menolong wanita ini?" gumam Evans.
Evans membawa Andrea ke daerah pinggir kota Jayakarta ke sebuah rumah besar yang begitu mewah walau terkesan tak pernah di huni siapapun.
Banyak tanaman liar tumbuh di sini tak terawat dan lampu lampu taman yang sudah pecah.
"Tempat macam apa ini?" Andrea nampak miris melihat kondisi rumah mewah yang tak terurus ini.
"Kau akan tinggal di sini," ujar Evans. Ia lantas memarkirkan mobilnya di halaman rumah di dekat air mancur yang sudah berlumut.
"Kau gila? Ini rumah hantu kenapa kau membawaku ke tempat macam ini? Selepas dari Rendy aku bertemu orang gila sepertimu. Kenapa hidupku setragis ini?" ujar Andrea sedih.
"Turunlah barus kau boleh protes," ujar Evans seraya turun dari mobil.
Ia lantas masuk ke dalam rumah itu, namun langkahnya terhenti saat tak mendengar langkah kaki Andrea.
Ia berbalik dan menghampiri Andrea yang masih berada di dalam mobil. Dibukanya pintu mobil dan meminta Andrea turun.
"Turun!"
Andrea masih diam saja tak menoleh barang sedikitpun kepada Evans.
"Kau jangan mengujiku, aku sudah berbaik hati menolongmu. Dengarkan saja apa kataku sekarang!" ujar Evans.
"Tidak ada yang memintamu menolongku," sahut Andrea.
Evans terkekeh tiba tiba mendengar ucapan Andrea. Tangannya berkacak pinggang tak habis pikir dengan ucapan Andrea yang bertolak belakang dengan apa yang terjadi.
"To - long aku, To - long aku," ujar Evans menirukan ucapan Andrea saat di rumah Rendy.
Seketika Andrea melirik sinis ke arah Evans.
Next ...
Lanjut ya ke chapter selanjutnya... silahkan menikmati. Silahkan komennya, vote, like, dan rating novel ini... Terima kasih.