Anthony hanya bisa mendesah saat sang ibu terlihat begitu kalut. Ia juga tak ingin semu jadi seperti ini. Namun bagaimana lagi. Ia tak punya kuasa sebesar kakaknya.
"Kita tunggu kabar lagi, Ibu," ucap Anthony.
"Sampai kapan? Sampai kakakmu mati dan kota tak tahu? Kita tak diijinkan untuk menemaninya. Bahkan Kenand pun tak bisa," tukas Chaterine.
"Anthony, Ibu," Laura yang tengah hamil muda baru pulang dari kantor DC. Ia terlihat sangat lelah sekali.
"Kau sudah pulang, Sayang," ucap Anthony.
"Laura memeluk Anthony dan mengecup pipi sang suami.
Ia melihat raut kesedihan pada wajah ibu mertuanya itu.
"Ibu, Ibu sudah beberapa hari tak tidur. Nanti, Ibu sakit. Istirahatlah, Ibu," ucap Laura sambil menguap pundak Chaterine.
"ouh, Laura. Untung ada kau di sini. Kalau tidak apa yang akan kulakukan. Aku sangat stress memikirkan Evans," keluh Chaterine.
"Saya yakin, Tuan Evans pasti akan sembuh. Kami semua sangat berharap itu," ucap Laura.
"Terimakasih Laura," sahut Chaterine.
***
Support your favorite authors and translators in webnovel.com