Pertemuan Aksa dengan Gea menyisakan rasa bahagia dan semangat. Karena Aksa ingin mempertemukan Gea dengan Hana. Dan Gea bisa jadi penghubungnya dengan Hana.
Sekarang mungkin itu akan dipakai Aksa agar bisa sekedar dekat dengan Hana. Waktu di Berlin tersisa dua hari lagi. Itu bisa dia gunakan untuk menghabiskan waktu dengan Gea dan juga Hana. Akan tetapi Aksa belum tahu Hana dan Intan akan tinggal berapa hari tinggal di Berlin.
Aksa akan menanyakan langsung itu pada Intan. Dia teringat kalau nanti malam dia akan berjanji bertemu dengan Intan di bar hotel tempat mereka menginap. Untuk itu Aksa kemudian mengajak Daniel untuk menemui Intan di sana.
Mereka berdua pun akhirnya berjalan menuju bar hotel. Sampai di sana, tempat itu lumayan banyak pengunjung dari tamu hotel tersebut. Aksa kemudian memeriksa ponselnya dan ada pesan dari Intan kalau dia akan sedikit terlambat sampai di tempat. Aksa kemudian langsung menuju kursi di depan bar, dan bartender pun langsung menanyakan pesanan Aksa dan Daniel.
"Anda mau pesan apa Tuan?" tanya bartender.
"Aku pesan segelas Martini!" Daniel mendahului Aksa. Dan Aksa hanya melongo Daniel yang suka minuman bar.
"Niel, aku mau pesan ice tea aja!" Mendengar pesanan Aksa yang tidak sama dengan Daniel sedikit mengerutkan dahi sang bartender.
"Dia tidak bisa minum alkohol, berikan saja dia minuman ringan ber es dan tidak beralkohol!" pinta Daniel seperti bosnya.
"Kenapa pergi ke bar jika tidak minum alkohol?" tanya bartender itu.
"Tequila please!" sebuah suara di samping mereka dan itu tidak asing di telinga mereka berdua.
"Arabella!" teriak mereka berdua kaget melihat Arabella ada di sini.
"Hai, kalian pergi ke sini bersenang-senang tidak mengajakku?" tanya Arabella dan langsung bergelayut manja di lengan Aksa. Aksa sedikit jengah dengan sikap Arabellah itu.
"Kenapa kau bisa berada di sini?" tanya Aksa.
"Aku menyusulmu datang ke sini, setelah tahu kamu ada di sini dari anak buahmu Dian di kantor," jawab Arabella dengan senyuman sensualnya pada Aksa.
Tak lama bartender itu kemudian memberikan pesanan mereka bertiga.
"Ada sesuatu yang harus aku bicarakan empat mata dengamu Aksa," kata Arabella tersenyum lalu melirik Daniel yang saat itu hendak meminum segelas Martininya.
Merasa diusir secara halus, Daniel kemudian membawa gelas minumannya dan berjalan menjauh dari mereka menuju meja billiard dan memberikan privasi umum pada Arabella Miss Bikes berbicara dengan Aksa. Di tinggal Daniel berdua dengan Arabella membuat Aksa tidak nyaman. Apalagi saat itu pakaian Arabella yang seksi. Gaun malam berwarna kuning terang membalut tubuhnya yang seksi dengan belahan kaki sampai pahanya yang mulus. Aksa merasa tidak nyaman, apalagi sebentar lagi pasti Intan datang dan dia akan memergoki dirinya bersama Arabella.
"Pergilah, aku sedang janji bertemu dengan seseorang di sini!" usir Aksa ke Arabella.
"Aku tidak mau pergi sebelum kamu menuruti permintaanku!" jawab Arabella manja dan membuat kepala Aksa jadi pusing.
"Apaan sih, aku sedang tidak mood."
"Ayolah Aksa, apa kau selama ini bisa menahan gairah lelakimu setelah ditinggal Hana bertahun-tahun, apa kau ..." Arabella menggoda Aksa dengan menyentuh dada Aksa. Aksa langsung menepis tangan Arabella yang nakal itu. Lalu Aksa beranjak dari kursinya dan mengatakan kalau dia mau pergi ke toilet.
Arabella hanya tersenyum menatap Aksa yang terlihat risih. Setelah Aksa pergi, Arabella menatap gelas minuman Aksa yang belum sempat diminum oleh Aksa. Kemudian Arabella melihat situasi sekitarnya. Lalu dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sebuah bungkusan plastik yang di dalamnya seperti berupa serbuk. Dengan cepat Arabella memasukkan serbuk itu ke dalam minuman Aksa mengaduknya dengan jari supaya tercampur lalu menyimpan kembali bungkusan kosongnya ke dalam tasnya.
"Aksa, malam ini akan kubuat kau menyentuhmu. Seperti janjimu di depan ayahku, kalau kau menyentuhku kau akan berjanji menikahiku," gumam Arabella dalam hati yang mempunyai niat tidak baik.
Sepuluh menit kemudian Aksa nampak kembali ke kursinya dan tak mengacuhkan Arabella yang terlihat menampilkan seringai senyumnya. Aksa kemudian mengambil minuman ice tea nya yang belum dia minum. Baru saja dia meneguk minumannya. Sebuah tangan tiba-tiba menyambar gelasnya dan menghentikan Aksa yang akan minum minuman yang sudah diberi obat itu.
Aksa terkejut ketika gelasnya tiba-tiba direbut oleh seseorang. Dan orang itu tak lain adalah Intan. Dan Intan kemudian meminum minuman itu tanpa permisi.
"Hei itu minumanku!" seru Aksa protes karena minumannya direbut Intan. Baru dua teguk Intan minum Aksa kembali merebut minumannya dan minum karena dia merasa haus sekali setelah merasakan hawa panas karena Arabella.
Arabella yang kaget ada orang yang menggagalkan rencananya.
"Hey, permisi kenapa kamu meminum minuman orang lain?" tanya Arabella marah pada Intan.
"Hey, kau ... kau seperti nenek sihir yang ...." Intan terlihat melantur seperti orang yang sedang mabuk.
"Kau mabuk, dasar wanita aneh. Pergi sana!" usir Arabella, namun hatinya bergetar dan sangat senang karena Aksa menghabiskan minumannya itu.
"Kau yang pergi dasar cewek buluk!" ejek Intan masih omongannya melantur. Benarkah dia sedang mabuk?
"Apa kau bilang, buluk. Dasar kau wanita jalang!" balas Arabella.
"Apa aku perlu bilang sama security di sini, kalau kau coba berbuat jahat pada dia?" ungkap Intan.
"Apa maksudmu?" tanya Ara.
"Kau sudah memasukkan obat ke dalam minumannya."
"Apa?" Aksa nampak terkejut mendengar ucapan Intan. Dan tiba-tiba saja dia mulai merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya.
"Kau beri obat apa dia?" tanya Intan. Terlihat wajah Intan mulai memerah.
"Kau ... kenapa kau bicara menuduh?" tanya Arabella tidak terima.
Maka terjadilah sebuah pertengkaran antara kedua wanita itu. Daniel yang melihat kejadian itu langsung mendekat. Beberapa security datang melerai.
"Mister usir dia dari bar, karena wanita itu jahat!" kata Intan dengan sedikit tubuh sempoyongan.
"Apa Anda mengenalnya?" tanya salah satu securitynya.
"Kita tidak mengenalnya!" ucap Aksa kemudian menyuruh security untuk membawa Arabella menjauh dari mereka.
Security itu pun kemudian menarik paksa Arabella untuk keluar.
"Hei wanita jalang, siapa kau berani-beraninya bermain api denganku. Dan kau Aksa, apa kau tidak takut atas perbuatan ini padaku!" teriak Arabella di telan suara bising musik dan hilang dibawa keluar oleh security.
Setelah Arabella pergi, wajah Aksa semakin memerah, dan dia terlihat mengibas-ngibaskan tangannya seperti kepanasan.
"Kok badanku terasa aneh Niel?" tanya Aksa mulai merasakan ada yang tidak beres.
"Aku melihat dia memasukkan obat ke minumanmu, dari tadi aku memperhatikannya dari jauh."
"Apa, maka dari itu kau merebut minumanku, apa kau bodoh? kenapa malah meminumnya?" tanya Aksa.
"Aku hanya spontan bertindak. Dan kau jauh lebih bodoh kenepa minuman yang sudah aku minum malah kau minum dan menghabiskannya."
"I-itu karena aku haus." Aksa terlihat cemas dengan badannya yang sekarang mulai aneh.
"Obat apa yang dia masukkan ke dalam minumanmu?" tanya Daniel ikut juga khawatir.
"Sepertinya obat perangsang," jawab Intan dengan wajah yang mulai memerah. Tubuh Intan juga mulai bereaksi seperti Aksa.
"Sial!" umpat Aksa kemudian mengucapkan sumpah serapahnya untuk Arabella. Dia yakin itu adalah salah satu tipu dayanya agar dia bisa menikahinya.
"Aku harus kembali lagi ke kamar!" kata Intan dengan wajahnya yang memerah. Tangannya tak berhenti mengusap-ngusap kedua lengannya yang terbuka.
"Sepertinya aku juga!" sahut Aksa panik. Dan kini dia merasakan ada sesuatu yang bangun di bawah perutnya.
Daniel melihat keduanya dengan cemas. Kedua orang itu sedang dalam pengaruh obat perangsang. Dan itu artinya mereka akan tersiksa dengan efek obat itu. Tapi Daniel lebih kasihan melihat Intan, langkah Intan tidak normal karena tangannya tak beraturan meraba-raba tubuhnya sendiri. Melihat itu Daniel kemudian membopong Intan. Tapi Intan langsung mendorong Daniel agar menjauh darinya.
"Santai Nona, aku hanya ingin memastikan kau ke kamar dengan aman. Berbahaya sekali jika ada orang yang jahat melihat kondisimu seperti ini," ucap Daniel merasa kasihan. Intan memandang wajah Daniel yang ingin membantunya membopongnya menuju kamarnya di lantai 15.
"Daniel, lebih baik kau membantuku kembali ke kamar!" kata Aksa mengulurkan tangannya ingin ditolong Daniel.
"Bapak bisa sendiri, karena bapak seorang laki-laki. Aku lebih cemas dengan keadaan Nona ini!" kata Daniel kemudian mulai menarik tubuh Intan yang sebentar lagi hampir ambruk itu. Intan terlihat pasrah di bawa Daniel. Intan merasa kakinya lemas tak berdaya, berulang kali Intan terjatuh tapi terus ditahan oleh Daniel. Aksa mengikuti mereka di belakang. Aksa membuka kancing bajunya satu per satu karena merasa tubuhnya seperti terbakar.
"Sial." umpat Intan sungguh tersiksa dengan tubuhnya yang tiba-tiba merasakan libido yang kuat. Daniel merasa kasihan dengan kondisi Intan, kemudian dia menggendong tubuh Intan ala bridal style dan menggendong tubuh Intan menuju pintu lift. Melihat itu Aksa menjadi iri dan meracau aneh.
"Daniel, aku saja yang kau gendong, aku juga merasa aneh dengan tubuhku." gerutu Aksa. Tapi tidak dengan Intan, Aksa merasa kalau tenaga dan staminanya seperti orang yang akan siap berperang. Langkahnya terasa ringan dan badannya merasa ada gelitik-gelitik aneh.
Daniel kemudian berteriak agar Aksa cepat masuk ke dalam lift. Aksa dengan wajah yang sudah merah seperti bara sudah tak tahan. Dia melepas semua kancing bajunya dan membiarkan dada dan roti sobeknya terekspos. Intan yang melihat itu mencoba memalingkan wajahnya dari pemandangan yang malah menambah gairah sensasi obat perangsang itu semakin menjadi. Masih dalam gendongan Daniel,Intan mencium aroma parfum Daniel yang menerpa wajahnya. Refleks Intan kemudian menatap wajah Daniel. Entah karena efek obat atau apa. Intan menatap wajah Daniel dengan tatapan sayu. Membuat Daniel jadi salah tingkah dibuatnya. Daniel kemudian mencoba mengalihkan pandangannya ke Aksa yang sedang melakukan hal bodoh di lift. Yang dilakukan Aksa adalah jongkok berdiri beberapa kali. Daniel ingin menertawakan kondisi bosnya sekarang yang mungkin sedang tersiksa.Tersiksa gara-gara obat itu.
Sampai di lantai 15 mereka keluar dari lift. Daniel masih kuat membopong Intan dengan bridal style. Intan tak bisa mengalihkan pandangannya dari Daniel. Dan membuat Daniel menjadi tambah kikuk. Sampai di depan pintu kamar mereka. Daniel melepaskan gendongannya dan menurunkan Intan pelan-pelan.
"Masuklah dan mandilah air dingin untuk meredakan efek obatnya!" kata Daniel pada Aksa dan Intan. Intan kemudian mencoba menetralisir pikirannya yang sedikit kacau balau dan mencari kartu kunci kamarnya.
Daniel pun kemudian masuk ke dalam kamarnya sambil meregangkan otot lengannya yang pegal karena sudah menggendong Intan tadi. Dan entah kenapa saat dia membuka pintu kamarnya, Intan pun ikut masuk ke dalam kamarnya. Itu membuat Daniel terkejut. Dan lebih terkejutnya lagi Intan langsung menutup pintu kamarnya. Daniel melongo melihat Intan yang kini berdiri di depannya dan menatapnya dengan wajah yang menggoda imannya sebagai laki-laki normal.
"Apa kau penyuka sejenis?" tanya Intan membuat Daniel shock mendapat pertanyaan mendadak. Wajar, karena Intan beberapa kali memergoki situasi aneh dengan Aksa.
"Ten-tentu tidaklah, aku masih normal suka dua lingkaran dan satu segiti ...." Belum sempat Daniel berkata, entah kenapa Intan langsung membungkam mulut Daniel dengan bibirnya. Daniel kaget mendapat serangan ciuman agresif dari Intan. Namun Daniel tak kuasa menolak. Bodoh rasanya jika dia menolak. Intan seorang gadis berparas cantik dan bertubuh seksi memberinya sebuah ciuman.
Daniel sampai kehabisan napas mendapat ciuman tak terduga dari Intan. Kedua tangannya yang tadi hanya berada di samping tubuhnya kini perlahan menyentuh pinggang ramping Intan dan menarik tubuhnya semakin dekat dan menyatu dengan tubuhnya.
Aksa shock melihat Intan yang masuk ke dalam kamar Daniel. Dan itu artinya Intan akan mendapat pelampiasan dari obat sialan itu. Sementara dirinya sendiri berdiam diri tersiksa dan merasakan iri.
"Daniel .... kau!" Aksa menyerukan Daniel yang seperti mendapat kado istimewa.
Merasa frustasi, Aksa kemudian mengetuk pintu kamar Hana. Beberapa kali dia menggedor. Aksa tahu ini sudah lewat tengah malam, dan pasti Hana sudah tidur. Apalagi dia baru selesai pemotretan.
Di tengah keputuasaannya. Pintu pun terbuka. Terlihat Hana membukakan pintu dan menatapnya aneh sudah menganggu tidurnya. Melihat pintu terbuka, Aksa kemudian menerobos masuk dan membuat Hana kaget.
"Tolong aku Hana!" kata Aksa menyatukan kedua tangannya dan dengan sorot mata yang memohon.
"Kenapa kau masuk sembarangan?"
'Maaf, ini darurat, aku minta tolong padamu?"
"Apa, tengah malam gini kamu mau minta tolong apa?" timpal Hana kesal.
"Tolong aku!" Aksa meringis seperti kesakitan.
"Iya ada apa?" tanya Hana heran dengan kelakuan Aksa.
"Ada yang berdiri tegak, tapi bukan keadilan Hana," kata Aksa menunduk malu.
"Apa yang berdiri tegak tapi bukan keadilan, memangnya kau sedang main tebak-tebakan hah?" kata Hana tidak paham.
Aksa kemudian membuka baju dan celananya dengan cepat di depan Hana. Hana berteriak mendapati Aksa yang akan membuka seluruh pakaiannya.
Aksa kemudian berlutut.
"Dasar kau mesummm!" teriak Hana shock baru paham maksud Aksa barusan. Ada yang berdiri tegak tapi bukan keadilan. ".
Dengan santai Aksa hanya tersenyum sambil menatap wajah Hana dengan sorot mata memohon.
===Studio Author===
"Hayo, hayo, otaknya sudah traveling kemana nih readers? Mau tahu kekocakan mereka selanjutnya?"
"Lempar dulu PS dan review bintang lima untuk karya ini!"
Haturnuhun pemirsaaaah