webnovel

Pengkhianat

Orang misterius itu hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh komandan. Hingga akhirnya Camila bertindak. Ia langsung melompat dan mencakar punggung orang tersebut namun sayangnya, orang itu telah memperkirakan pergerakannya nya dan justru berbalik menyerang hingga Camila terpental. Melihat nya tentu saja membuat Lucas terpaku, ini kali pertamanya sesosok misterius yang dikendalikan oleh iblis terkuat berani menyusup masuk. Sekuat itukah sang iblis?

"Kekuatannya begitu kuat. Dia memiliki rasa dendam atau perasaan buruk yang membuat nya dirasuki dengan jiwa iblis sekuat ini? Hu di saat waktu senggang, justru aku kedapatan mengatasi hal-hal seperti ini. Tidak bisakah aku tenang sehari saja?" Batinnya, mengeluh. Sesosok misterius mencengkram leher Lucas dengan sekuat mungkin, hingga dia kesulitan bernapas.

"Kau! Kau hanyalah orang lemah! Kau tidak pantas berada di posisi kapten apalagi dengan kekuatan sihir mu yang rendah itu! Kau hanyalah masyarakat rendahan! Seharusnya aku, aku lah yang menduduki posisi itu! Aku memiliki kekuatan sihir yang kuat dan terlahir di keluarga bangsawan! Jadi, berikan pangkat mu itu padaku!" Tuturnya dengan sorot mata penuh kebencian. Lucas yang mendengar hal itu menggelengkan kepala nya, ia berusaha melepaskan diri dan beruntungnya usaha yang dilakukan berhasil.

Dirinya lantas menendang wajah orang tersebut sehingga dapat bernapas lega sejenak, sebelum menghadapinya kembali.

"Sampai kapanpun, tidak akan pernah ku memberikan jabatan yang telah ku gapai pada orang seperti mu! Jangan harap! Saya mendapatkan posisi ini dengan susah payah, dan anda? Anda justru mau mengambil nya begitu saja. Mau Anda memiliki kekuatan sihir dengan poin di atas 50, aku pun tidak peduli! Anda bilang kau keluarga bangsawan kan? Anda pikir dengan gelar itu, anda bisa mendapatkan semua yang didambakan? Berusahalah bodoh!"

Usai menuturkan kata-kata, Lucas kembali menyerang orang misterius di hadapannya tanpa ampun. Bagaimanapun dia merasa jengkel sekaligus tersinggung dengan cacian yang sempat terdengar jelas di telinga. Ia juga melepas penutup wajah yang dikenakan orang misterius tersebut.

Kini, semua yang ada di dalam sana dapat melihat dengan jelas wajah orang misterius yang menyerang Lucas serta Camila. Namanya adalah Vano, sahabat dekat Lucas yang tentunya membuat sang kapten tercengang. Bagaimana tidak, sahabat yang dianggap bisa dipercaya dan setia, justru menyerangnya bahkan berusaha mengambil posisi yang telah ia raih susah payah.

"Va-Vano? Jadi kau yang menyerang ku? Kau... Aku ini sahabat mu lho! Kenapa kau menyerang ku seperti ini?!" Ujar Lucas. Dirinya sungguh tak menyangka, bahwa sahabatnya akan melakukan tindakan seperti ini. Sedangkan Vino hanya diam tertunduk, tak mengeluarkan sepatah katapun. Hingga ia membalas yang membuat perasaan sahabatnya semakin rapuh...

"Tidak! Kau bukanlah sahabat ku. Kau adalah orang sok suci yang merebut semua nya dariku!" Balasnya dengan tegas. Lucas membelakkan kedua matanya. Sungguh, apakah orang di hadapannya sekarang benar-benar sahabatnya?

Lucas menghela napas seusainya ia mengepal kedua tangan nya sembari memandang Vino.

"Kau menginginkan posisi ku, Bukan? Baiklah kalau begitu, aku menantang mu! Yang menang di antara kita, dapat menduduki posisi sebagai seorang kapten," Tegas Lucas dengan wajah tak berekspresi sedikitpun,ya memang dia tak dapat menampakkan ekspresi karena suatu hal.

Mendengar tantangan yang diberikan, sontak membuat Vino lantas menyerang tanpa memberikan aba-aba. Ia melempar jarum-jarumnya, sebagai senjata dalam pertarungan tersebut. Bukan jarum sembarang, jarum tersebut telah dilapisi kekuatan spiritual kuat juga racun yang mematikan.

Lucas mampu mengelak dari jarum-jarum yang terbang mengarah nya. Di detik-detik tersebut, situasi menjadi cukup tegang. Para anggota merasa cemas dengan Lucas. Mengingat kondisinya yang saat itu kurang fit, tidak seharusnya ia memaksakan diri untuk melawan Vino yang juga memiliki tingkatan kemampuan lebih tinggi darinya.

Namun, dugaan para anggota dipatahkan oleh Lucas. Meskipun kondisi kurang fit dan perbedaan tingkat kekuatan, ia mampu menumbangkan Vino hingga sahabatnya diam beberapa saat.

"Meskipun kau memiliki tingkat kekuatan yang tinggi, tetap saja kau adalah orang bodoh yang hanya kuat bila bekerjasama dengan klan iblis yang hina." Cakap Lucas yang membuat Vino terpaku. Ia menatap sahabatnya, dengan sorot mata penuh kebencian. Setelah nya ia bangkit berdiri dan memutuskan untuk menghadapinya kembali.

"Kau benar-benar jahat ya? Benar apa yang dikatakan oleh orang-orang bahwa kau adalah orang setengah ras iblis. Apalagi melihat sikap mu yang sok dan juga rambut mu itu! Mengapa rambut mu berwarna hitam dan putih begitu? Seperti perpaduan, bukan?" Caci Vino yang tentu membuat Lucas jengkel.

Jelas-jelas Lucas bukanlah keturunan klan iblis! Justru dia ingin membalaskan dendam atas kematian keluarga besar Scarlett yang disebabkan karena klan iblis.

"Tutup mulut mu, kaulah yang sok tau!" Bentaknya yang membuat suasana sempat senyap. Meskipun ia tak dapat menampakkan ekspresi kekesalan, tapi dari nada bicaranya sudah dapat dipastikan dirinya benar-benar marah dengan cacian yang sedari tadi Vino lontarkan. Lucas tak masalah jika seseorang menghina dirinya, namun jika sudah menghina keluarganya, tentu dirinya takkan tinggal diam.

"Lucas marah?" Gumam komandan yang membuat Camila sekilas melirik kearah nya sebelum ia kembali menatap kearah Lucas.

"Aku tak pernah melihat Lucas emosi begini. Walau begitu, ia berusaha untuk mengontrol emosi nya sekarang. Seperti nya dia benar-benar memiliki dendam dengan ras iblis?" Gumam Camila yang sempat berpikir.

Kembali di sisi Lucas...

Vino tersenyum, mendapati Lucas yang saat ini murka terhadapnya. Ia menghela napas panjang lalu menghampiri sahabatnya yang berusaha mengontrol emosi.

"Kau kenapa? Apa jangan-jangan perkataan ku benar bahwa kau ini masih ada keturunan dari klan iblis? Oh apa jangan-jangan kau ini mata-mata dari klan iblis? Setiap ada suatu perencanaan penyerangan, kau langsung melaporkan nya pada klan iblis. Begitu, ya?" Vino kembali memancing emosi.

Lucas memilih diam, dibandingkan meladeni ocehan Vino yang sungguh menyebalkan.

"Hmm sekarang kau diam saja? Tentu karena semua perkataan ku benar, bahwa kau ini sang pengkhianat. Oh ya btw, aku tak pernah melihat keluargamu? Apa jangan-jangan keluargamu adalah orang dari klan iblis maka nya tidak bersamamu ya?" Ucap Vino yang membuat Lucas spontan menonjok wajah nya hingga ia jatuh tersungkur.

Lucas melangkahkan kaki, menghampiri Vino yang terjatuh. Ia berdiri di depannya, setelah nya melepas cincin yang dikenakan di jari berserta mengarahkan cincin tersebut pada sahabat persetan nya.

"Wahai energi kegelapan, iblis! Pergilah dari hadapanku!" Ketus nya yang kemudian cincin tersebut menyerap seluruh energi kegelapan dari tubuh Vino. Saat itu juga, Vino merasa sakit di sekujur tubuhnya. Ia berteriak kesakitan bahkan sempat memberontak dan menyerang Lucas.

Tetapi Lucas dapat mengelak dan menangkis serangan nya sambil terus menyerap seluruh energi kegelapan yang ada dalam tubuh hingga tak tersisa.

Camila begitu mengkhawatirkan Lucas yang terus-menerus menyerap energi iblis. Sudah ribuan kali dia menyerap energi kegelapan dari tubuh anggota pasukan.

"Hmm aku khawatir Lucas tidak akan baik-baik saja. Ini sudah yang ke seribu kali nya, dia menyerap energi iblis! Ya meskipun energi tersebut masuk ke dalam cincin itu tetapi tetap saja, Lucas menggunakan cincin nya yang pasti nya dia merasakan efek-efek dari cincin tersebut," Batin Camila.

Lucas terus menyerap energi kegelapan Vino hingga tak tersisa. Pada akhirnya, Vino pun memejamkan kedua matanya, kehilangan kesempatan dan jatuh pingsan di hadapan banyak orang. Lucas menatap kearah cincin nya, setelah nya memakai kembali di jari nya.

Semua orang pun mengerumuni nya. Beberapa anggota pasukan, membawa Vino ke ruang perawatan. Camila dan komandan menghampiri Lucas yang kini terdiam di tempat nya.

"Lucas, apakah kamu baik-baik saja?" Tanya komandan yang mencemaskan kondisinya.

"Lucas! Aku benar-benar mengkhawatirkan mu. Aku takut terjadi sesuatu padamu! Aku tak ingin kehilanganmu," Camila memeluk erat sang kakak angkat. Lucas yang berwajah datar nan dingin itu sekilas tersenyum yang membuat semua nya lantas membelakkan kedua mata nya lebar-lebar. Karena hal tersebut merupakan momen yang teramat langka.