webnovel

The Prince of Curse

Kutukan itu di juluki "Pangeran Penempuh Masa" dalam dunia yang penuh misteri, sejarah yang tak pernah tertulis. Misi untuk mencari kebenaran tentang siapa dirinya tidak pernah jelas. Seperti mesin waktu, dunia berubah dalam sekejap di waktu yang sama. Manusia 5 musim menjadi petunjuk untuk mengungkapkan kebenaran di masa lalu dan masa depan. Sihir adalah sumber dari segalanya. Dibalik misterinya hidup, kisah asmara juga mempengaruhi dunia yang di tempuh. Akankah cinta itu nyata? *Cut Ara*

Cut_Ara · Fantasy
Not enough ratings
30 Chs

Presiden MoinS Grup itu Ternyata...

(Melangkah) Tidak. (Mundur... mudur... mundur...) Tidak. Lalu apa?

"Se..semuanya, terima kasih atas kehadiran kalian di mana hari peluncuran robot terbaru MoinS Grup yaitu "Robot Stone DNxx2R". Hormat kami kepada..."

Mata penuh warna itu tak berhenti menatap hangat, pandangan yang tak teralihakan dengan suara dan sorak-sorak ria. Sampai akhir ucapan penyambutan dan sorakan itu... tatapan kami masih sama.

Tidak (memutuskan pandangan). Hanya kata tidak yang muncul dari pikiranku. Jika memang benar itu dia, namun perasaan sudah tak lagi sama. Kekecewaan, kepedihan, luka dan terkhianati tak bisa lagi menjadi cinta. Kesabaran telah habis, karena hati yang tulus telah di hancurkan, bukankah begitu? Dia tak menganggap cinta, saat itu tak penting baginya hidup karena dia tak cinta.

Karena itu, pergilah! Lupakan masa lalu dan lupakan dirinya. Lagi pula aku bukan lagi seorang pangeran, hanya manusia termiskin di dunia, Zayn. Semua orang pindah ke ruang makan, kenapa dari tadi aku berdiam diri disini?

(Berbalik)

"Hei kau!" seseorang memanggilku. "Hei... mencoba untuk kabur yah? Oh tidak bisa, aku tetap akan menuntutmu sampai kau sadar kesalahanmu itu!" ucap Reen dengan marah.

Harapan bodoh. "Minggirlah!" perintahku dengan suara pelan.

"Apa? Berani sekali kau..." putus Reen.

"Tunggu!" Wanita mirip Moin-Moin itu memutuskan ucapan Reen dan datang perlahan. "Ada apa ini? Sesuatu terjadi?" tanyanya.

"Maaf Ms. Eva, ini hanya masalah pribadi antara aku dan dia," ucap Reen pada wanita itu.

"Kau bilang ini masalah pribadi?"

"Ya.."

"Di tempatku?"

Reen terdiam.

"Kalau begitu aku menarik tuntutanmu untuknya, sekarang kembali bekerja dan jangan ulangi kesalahamu, MoinS Grup bukan pengadilan atau sidang!" cetus wanita itu.

"Baik Ms," tunduk Reen. Reen pun pergi setelah memerengkan bibir kesalnya padaku.

Kenapa? Kenapa wanita mirip Moin-Moin itu yang di panggil Ms. Eva menolongku? Sekarang Reen sudah pergi, terus apa? Aku berterima kasih padanya atau...

Mataku tak sengaja meliriknya dan pandangan kami lagi-lagi bertemu canggung. Jangan.. jangan terus memandangi mata rindu, pergilah seolah tak ada sesuatu yang terjadi.

"Ste.. Stefan!"

Deg.. deg.. deg...

Tidak mungkin... Presiden MoinS Grup adalah Moin-Moin, dia sungguh Moin-Moin, dia mengenaliku.

"Siapa Stefan?" tanyaku pura-pura tak mengenal.

"Stefan, kau Stefan kan? Aku yakin itu kau, kau adalah Pangeran, Putra Raja Buth dan Ratu Katrinei dari Kerajaaan Konai, dan kau menyamar sebagai Pangeran Joe dari Kerajaan Saka. Dan kini, kau menyamar sebagai Zayn. Benar kan?" jelas Ms. Eva.

Tunggu, bagaimana dia tahu tentang itu? Tapi tidak mungkin dia Moin-Moin yang sama, dunia ini adalah dunianya sejak kecil, sejak lama dia mengelola MoinS Grup dan menciptakan banyak robot. Dia tidak mungkin ada di waktu itu, tidak.. itu bukan dia... pasti bukan...

"Hei, jawab aku!" tegas Ms. Eva.

"Tidak! Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, namaku memang Zayn, tapi aku tidak mengenalimu!" ucapku bohong.

"Bohong, kau adalah Stefan, kau ingat aku kan? Aku Moin-Moin, kekasihmu!" Ms. Eva terus memaksaku mengingatnya, namun aku tak bisa jujur soal itu. Maaf.. maafkan aku!

"Aku tak tahu, terima kasih atas kebaikanmu hari ini, dan aku harus pergi," pamitku.

"Tidak... tidak... Stefan!" jerit Ms. Eva, memelukku erat sambil menangis.

Deg.. deg.. deg...

"Kumohon jangan pergi! Aku merindukanmu dan selalu merindukanmu, kemanapun kita pergi, takdir akan mempertemukan kita kemabali, karena itu kita kekasih selamanya," ucap Ms. Eva, rindu atau dusta.

(Melepaskan pelukannya) "Maaf, aku harus pergi," ucapku pergi tanpa rasa bersalah.

"Stefan... Stefan!" jerit Ms. Eva tak rela berpisah.

Maaf... aku bukan lagi Stefan yang sama, aku bukan lagi Stefan yang sama... hiks....

Setelah keluar dari kalangan MoinS Grup aku berlari secepat mungkin dan melepaskan semua keresahan di hatiku.

"Aaaaaa...." Hhhh... hh tidak... tidak.... hiks...

***

"Aku pulang," ucapku sambil membuka pintu rumah.

"Dari mana saja kau?" tanya Apha di tempat biasa dia menyantap kopi hangat dan membaca lembaran kertas besar.

Aku harus berbohong, jika Apha tahu kemana aku pergi tadinya Apha pasti akan marah besar padaku.

"Hanyaa..." putus.

Tidak. Jangan berbohong lagi, setelah apa yang terjadi tadi pagi, kepentingan Apha hanyalah pekerjaan yang tak jelas itu. Aku tak ingin berpura-pura menjadi Zayn, dan aku tak suka di kendalikan oleh siapapun. Jadi, akan lebih baik aku jujur dan mengatakan yang sebenarnya, lalu aku bisa bebas pergi kemana yang aku inginkan, hidup sendiri dan jauh dari mereka.

"Aku pergi ke MoinS Grup dan menyaksikan peluncuran robot terbaru itu. Sebelum kau melampiaskan amarahmu padaku, aku ingin mengungkapkan suatu kebenaran padamu yang pastinya kau akan jauh lebih marah padaku. Aku.. bukanlah Zayn, entah kau percaya atau tidak , aku tidak peduli. Zayn telah tiada dan aku memakai jasadnya, karena aku bukanlah manusia utuh, aku terlahir tanpa jasad. Bukankah kau lihat sendiri betapa bedanya Zayn yang kau kenal dengan sekarang? Karena itu aku katakan sekali lagi, aku bukan Zayn. Dan aku akan pergi," ucapku untuk terakhir kalinya.

Ku harap kau mengerti, memang aku menjadi egois dan begitu keras kepala. Jadi jangan coba untuk menahanku, karena aku tak akan mendengarkanmu, jiwaku Leo sang singa.

Apha hanya terus melotot kejam, namun dia menahan kekerasan yang ingin menghantamku. Entah dia percaya atau tidak, yang penting aku telah melakukannya, dan inilah keputusanku. Aku tak ingin menjadi sapapun, aku hanya ingin menjadi diriku sendiri.

Setelah ucapan trakhir menyakitkan itu, aku berbalik arah, pergi tanpa rasa bersalah.

"Tunggu!" cegah Apha. Kenapa? "Aku sudah memikirkan hal ini berulang-ulang, dan aku tidak akan menemukan jawabannya setelah kau jujur padaku. Entah aku percaya atau tidak, akupun bingung. Tapi, aku tahu kau benci padaku sejak aku tak memperbolehkanmu bermain bersama orang kaya, ya kau benci Aphamu. Aku hanya menyuruhmu bekerja dan bekerja lebih keras pada usiamu yang harusnya bersantai. Dan aku selalu bertanya pada diriku, sudahkah benar aku mendidikmu? Jika benar, maka kau tak akan berani melantakku. Baiklah, aku hargai keberanianmu untuk pertama kalinya, Zayn. Jika itu yang kau inginkan, maka lakukanlah! Aku melepaskanmu dari tanggung jawabku, pergilah!" ucap Apha melepaskan rasa kasihsayang dan tanggung jawab untuk terakhir kalinya. Sungguh Apha bukan orang yang jahat, hanya saja aku... tak bisa menahan emosiku.

"Apha..." panggilku kecil.

"Pergilah! Kejar impianmu, bawa kesuksesan padaku bukan air mata!" ucap Apha dengan nada semangat. Tidak... air matanya mengalir, sulit merelakan.

Maafkan aku... maaf...

Berbalik pandangan dan pergi seperti pecundang. Tak peduli apa kata yang pantas untukku, aku tetap harus mengakhirinya. Aku sudah lelah memainkan permainan ini, permainan hidup yang tak jelas arahnya. Aku akan pergi jauh tanpa arah, maafkan aku!

***