Fiya dan Erlan berjalan beriringan menuju ruangan Indra. Mereka membuat semua orang yang melihat mereka berjalan bersama tertegun sejenak. Beberapa dari mereka memandang dengan tatapan kagum, betapa mereka serasi. Erlan yang memiliki postur tinggi tegap dan wajah yang tampan begitu terlihat mengangupi dan menjaga gadis di sebelahnya. Fiya yang memeiliki tinggi 165 cm terlihat pas mendampingi Erlan. Pucuk kepalanya sebatas bahu Erlan. Namun tidak sedikit pula yang menatap iri dan mencibir. Betapa tidak iri dosen tampan kesayangan mereka tengah terpampang berjalan beriringan dengan gadis cantik dengan gaya berpakaian yang modis.
Fiya dan Erlan berjalan dengan penuh ketegangan. Sesekali Erlan melemparkan jokes untuk memecahkan suasana namun hanya di sambut dengan senyuman olah Fiya. Fiya dan Erlan berfokus dengan degup jantung masing - masing yang kini tak terkendali. setibanya di ruang indra mereka kembali ke posisi semua. sesekali Erlan mencuri pandang ke arah Fiya. Ia tak bisa terlepas dari magnet Fiya yang menarik hati dan jiwanya. Apa yang dilakukan Erlan tak lauput dari prngawasan Indra. Indra tau Betapa Erlan Mencintai Fiya.
Indra teringat akan kejadian 4 tahun lalu ketika Erlan datang kembali setelah pergi selama 3 tanpa kabar Erlan datang dengan wajah lelah dan lusuh di reuni saat itu dengan tujuan menemui Fiya. Tetapi Erlan tak menemukannya sampai acara berakhir. Handphone Fiya pun tak aktif lagi setelahnya. Erlan dan teman - temanya pun sudah mencari ke alamat rumah yang ada di data mahasiswa tetapi tetap nihil. Erlan seperti kehilangan semangat hidupnya. Hari - harinya hanya diisi dengan kerja dan mencari keberadaan Fiya. Erlan kembali menemukan kehidupannya saat Indra mengatakan bertemu dengan Fiya 6 bulan lalu.
FLASHBACK ON
Hari ini Indra mengadakan syukuran untuk rumah barunya. setelah pengajian indra mengajak para mahasiwa bimbingannya berkumpul. mereka bercengkaram dengan riang. sesekali bernostalgia dengan cerita cerita lama. semua yang hadir tampak bahagia kecuali seoranng pemuda yang menatap air hujan dibalik jendela.
"Lan. ngapain disini? nggak gabung sama yang lain?" Tanya Indra saat melihan Erlan memandang keluar jendela rumahnya dengan tatapan sendu.
" Nggak pak disini aja." Jawab Erlan sambil tersenyum.
"Dia suka hujan. Hujan di sore hari adalah hal terbaik untuknya. Apa dia masih suka hujan."gumam Erlan sambil membuang nafasnya kasar.
"Iya dia masih suka hujan." kata Indra membuat Erlan kaget.
"Dia sekarang cantik dan mempesona." tambah Indra sambil berjalan meninggalkan Elan untuk bergabung dengan yang lain. Erlan yang awalnya hanya mendengarkan dengan asal mulai tersadar apa yang dimaksud dengan dosennya itu.
"Apa dia baik - baik saja?" bisik Erlan setelah berhasil duduk disamping sang dosen. Indra senang ada hal yang bisa membuat mantan mahasiswanya itu terlihat bergairah hidup kembali. Masih orang yang sama.
Erlan dan Indra menepi dari kerumunan. Indra mulai menceritakan pertemuannya dengan Fiya 6 bulan lalu. Fiya yang kini terlihat sangat dewasa baik dari cara berpakaian dan cara bicaranya. Fiya bisa menutupi umurnya dengan kecerdasanya. Sifatnya yang mudah beradaptasi dan supel membuatnya banyak disukai orang. Pertemuan mereka di seminar kala itu membuatnya berkomunikasi lagi dengan Fiya. Indra berusaha agar Fiya dapat datang di Reuni Akbar tahun ini.
"Alhamdulillah jika memang dia baik pak. " ucap Erlan dengan penuh semangat.
"Pak nomer handphonenya berapa? dia sekarang dimana? kerja dimana sekarang dia pak." Tanya Erlan dengan senyum merekah di bibirnya. Erlan terlihat merajuk memaksa Indra untuk membagikan kontak Fiya.
kejadian langkah ini tak luput dari pandangan Denis salah satu mahasiswa bimbingan Indra.
"Ih Pak Erlan ngapain kok gitu sama pak Indra. Kayak pacar yang lagi minta diajak nonton." celetuk Denis
"ha ha ha." suara tawa membahana di seisi rumah. Semua mata beralih kepada mereka.
Indra tersenyum dan menggeleng tidak habis fikir dengan sikap Erlan.
"Lagi minta nomernya mbak cantik." jawab Indra membuat suasana semakin ramai. mereka meledek tingkah Erlan
" Mbak cantikyang ketemu di Surabaya itu pak."Denis penasaran dan di jawab dengan anggukan oleh Indra
"Wah kalo mbak cantik yang itu siapa yang tidak penasaran." tambah Denis
"Mbak cantik yang pake seragam bank itu?." tanya dita yang ikut dengan denis tempo hari
"Iya dit. Mbaknya itu cantik banget kan. pinter lagi. Liburan ini kita kesana yuk. mbaknya kan udah janji kalo kita mau boleh main kesana diajak ja.." Belum selesai Denis bicara seseorang memotong.
" Siapa sih mbaknya itu kok jadi kepo." potong Syafi'i. berbadan tegap itu memang tidak bisa menutupi rasa penasarannya.
"Buat aku ajalah mbaknya. Erlan kan udah ada yang di kejar sampe linglung. hahahah." tawa Pi'i pecah. semua orang tertawa. Erlan dan Pi'i memang sahabat tetapi jika sudah saling ledek mereka tidak akan segan. pi'i yang dari tadi di dekat Denis menarik handphone yang sedang di genggam Denis. Denis menunjukkan Foto seorang Wanita dengan badan semampai sedang mengenakan seragan salah satu bank swasta. dia foto disebelah indra dan diapit para mahasiswa yang ikut di seminar tersebut.
Uhuk...Uhuk...Pi'i Kaget sampai tersedak ludahnya sendiri "Fiya" batin Pi'i.
Dia melihat ke arah Erlan. terlihat jelas raut kebahagiaan dimatanya.inilah yang selalu ditakutkan olehnya. Erlan kembali berharap sedangkan Fiya sudah dengan yang lain. Sudah cukup rasanya 4 tahun ini Erlan menderita mencari Fiya. Pada awalnya Pi'i mendukung usaha Erlan tetapi setelah pertemuan tidak sengaja mereka di sebuah mall di Surabaya Pi'i tau bahwa Fiya sudah punya kekasih. Setelah pertemuan itu Pi'i berusaha membuat Erlan melupakan Fiya. Ia tidak ingin kedua sahabatnya itu saling membenci.
Denis kembali merebut handphonenya. yang lain mulai kepo dan bergerombol di belakang Denis.
"PIA" pekik Widya semua kaget. Semua yang tau Fiya mulai berebut melihat foto itu dan memandang Erlan.
Widya memandang Erlan sejenak. Ia bahagia menghampiri Dita.
"Dek kamu punya kontaknya? Alamatnya atau cabangnya dech." tanya Widya namun hanya di jawab dengan gelengan. Widya masih menggoyangkan tubuh Dita berharap ada info yang keluar.
" Dia gak tau Wid percuma." Indra menenangkan.
"Fiya nanti datang di Reuni Akbar. Sementara jangan ganggu dulu biar dia tidak menghindar lagi. Dia sudah pesan kalo dia tidak mau ada yang tau dulu." tambah Indra.
Ah... dasar anak kecil sok dewasa seberapapun mencoba kamu memang anak kecil. hampir seluruh Super Seven berfikir itu kecuali Erlan dan Pi'i.
FLASBACK OFF
" Permisi." Terdengar suara Widya di depan pintu. Pintu itu memang sedari tadi terbuka membiarkan udara berganti setelah semalaman terkungkung.
Setiap orang yang di ruangan memandang kearah pintu. Widya tersenyum pada semua dan melangkah kedalam. Ia duduk di sebelah Fiya. Widya kaget melihat Erlan dan Fiya yang kini duduk berhadapan.
Tak lama setelah Widya masuk ada 3 orang yang meyusul di belakangnya. Mereka Adalah Adit, Yudis dan Dinda.
"Lho Pia ? " Tanya Yudis kaget saat melangkah masuk dan hanya dijawab dengan senyuman.
"PIA". teriak Adit dan Yudis sambil berjalan ke arah Fiya. Fiya berdiri menyambut kedua temannya dengan tangan terbuka. Mereka berpelukan untuk melepas rindu
"Situ Teletubbies." Kata Dinda dengan Judes saat melihat Fiya, Adit, Yudis berpelukan.
Mereka bertika melihat Dinda dan tersenyum tanpa perduli. mereka duduk di kursi panjang dengan Fiya di tengah.
"Eh Pi kamu masih idup." Adit memulai percakapan. "Gila kangen banget. Udah nikah blm?"tambah Adit sambil memeluk Fiya lagi.
" Ih nanya apa sich. pertanyaan haram tuh buat cew." jawab fiya enteng sambil melepaskan pelukan Adit dengan wajah marah yang dibuat-buat.
" Belum ya."Adit menanggapi. "Udah sama aku aja. Nikah Yuk." kata adit enteng sambil menarik tangan Fiya. semua yang ada di ruangan itu tertawa melihat tingkah mereka.
"Gila. Lu pikir gue cew apaan. Sorry ya gue udah ada yang punya." jawab Fiya sambil memamerkan cincin di jari manisnya.
" Yah setelah sekian purnama ternyata sudah ada yang punya." balas Adit dan disambut tawa semua orang.
" Loe ada yang punya, Erlan udah juga udah sama ..." tambah adit
" Udah yuk mulai." Widya memotong ucapan Adit.
"Yuk." Dinda menimpali.
"Boleh gak ya yang tidak berkepentingan silahkan keluar." kata Dinda sinis
Semua mata memandang Dinda.
"Kenapa? Memang dia g ada urusannya." tambah Dinda setelah merasa semua mata mengintimidasinya dengan menunjuk pada Fiya.
" Ini tentang riset kita. jangan ada orang luar." kata dinda semakin sinis pada Fiya.
"Udah Din biarin. Fiya bukan orang luar. Dia bagian dari Super Seven juga." Indra berusaha menenangkan.
"Ya Gak Bisa dong pak. Dia tidak tau apa - apa tentang kita." Jawab dinda sedikit terpancing emosi.
"Saya atau Dia yang keluar." tambah Dinda sambil berdiri.
Adit, Fiya, Yudis yang sedari tadi ngobrol kaget akan sikap Dinda.
Dinda melihat Fiya dengan tatapan tajam dan benci. Fiya kaget tidak tau apa yang terjadi.
" Kamu Bodoh atau gak perduli ya. Kami mau membicarakan hal yang confidential. Kamu bukan bagian dari kami. Kalo kamu gak keluar saya yang akan keluar." ucap Dinda dengan emosi.
"Udah din." kata Widya menenangkan.
" Sorry lo ngomong sama gue. tenang aja gue juga gak mau ikut campur tetang lo." jawab Fiya Santai.
"Gue juga nggak kepo masalah lo." tambah Fiya." Gue kesini karena pak Indra."
" Saya turun dulu pak. Mau koordinasi sama yang lain." pamit Fiya pada indra
" Gue turun dulu ya." Fiya memandang ke teman - temannya. Semua hanya bisa memandang Fiya dan menjawab dengan anggukan.
Fiya melangkah ke arah pintu. Saat Fiya sampai ke pintu terdengan suara Erlan.
" Tunggu Ang." kata Erlan." Semua saya pamit dulu. Saya mau urus persiapan Reuni." tambah Erlan sambil menuju ke pintu dan menarik tangan Fiya untuk keluar ruangan bersama.
*************
Super Seven
Aditya Herlambang : Instrumentasi
Erlangga Haidar Adiwijaya : Komputasi
Salman Shihab : Material
Hanum Widyaningsih : Optik
Adinda Muaffa, Husain Safiy : Nuklir
Yudistira Natanael : Geofisika
Safiya Anggraini Wijoyo : Akustik