webnovel

NOW, IT IS ME

" Gue turun dulu ya." Fiya memandang ke teman - temannya. Semua hanya bisa memandang Fiya dan menjawab dengan anggukan.

Fiya melangkah ke arah pintu. Saat Fiya sampai ke pintu terdengan suara Erlan. " Tunggu Ang." kata Erlan." Semua saya pamit dulu. Saya mau urus persiapan Reuni." tambah Erlan sambil menuju ke pintu dan menarik tangan Fiya untuk keluar ruangan bersama.

Setibanya di tangga Fiya melepaskan tangganya yg di genggam Erlan.

"Duluan ya mas. Gue ketemu tim dulu." ucap Fiya sambil berjalan mendahului Erlan tanpa menoleh. Jantung Fiya tak karuan. "Shit. kenapa jantung gue. No Fiya lo udah ada Arman." batin Fiya sambil berjalan menuju sisi pangung.

Disisi panggung ada 2 mahasiswi yang sedang menunggu.

"Hi dek." Sapa Fiya setelah sampai di dekat mereka. Fiya membuat mereka berdua kaget.

"Maaf, mbak Fiya?" kata salah seorang dari mereka dan di jawab dengan anggukan oleh Fiya. Fiya mengajak mereka mencari tempat yang rindang untuk mereka berlatih. Fiya dan kedua gadis itu Rizki dan Dita sedang melatih kekompakan untuk memandu acara esok hari. Fiya yang terbiasa menjadi MC wedding banyak memberikan masukan kepada.

"Ok ya Dit. nanti saat penutupan kamu dan Rizki barang ngomongnya. Waktu salam kita bertiga bareng. Ok." Jelas Fiya kepada kedua adik tingkatnya itu. Fiya sangat senang melihat dua gadis yang terlihat grogi tetapi penuh semangat itu. Mengingatkan dia kala pertama terpaksa membawakan acara pernikahan teman SMAnya namun hal itu pula yang telah membukakan pintu rejeki bagi Fiya.

"Siap mbak." jawab Dita dengan semangat.

I'M Fliying wihout wings

Suara Shane Filan mengema. Fiya mengambil ponsel dari tasnya. Fiya tersenyum saat melihat nama yang tertera di layar. Arli.

"Halo." sapa Fiya

"Gak usah sok manis pake halo segala. Lo dimana Gue udah di kampus lo." Jawab orang yang berada di seberang.

"Gue emang manis. kalo gue pahit udah lo lepeh. Ngapai lho jauh - jauh dari Jogja kesini."Jawab Fiya sambil tertawa.

Rizki dan Dita yang masih berada di dekat Fiya ikut tersenyum

Mereka tampak mengagumi Fiya. Fiya yang ramah dan ngayomi.

"Eh gue cabut dulu y. ada temen yang mau ketemu. kalian udah pahamkan yang kita diskusikan tadi." Tanya Fiya kepada Rizki dan Dita

"Udah mbak beres. Insya Allah tinggal eksekusi." jawab Rizki.

"Ok gue pergi y. kalo g ntar ada yang ngomel - ngomel." tambah Fiya mulai melangkah pergi dan melambai. lambaian itu di jawab dengan anggukan oleh adik kelasnya.

Fiya berjalan dari shelter yang berada di bagian belakang Fakiltas MIPA menuju jalan depan. Di setiap jalan yang ia lewati Fiya seperti menjadi magnet. banyak orang bertanya - tanya siapakah dia. wajahnya tidak pernah terlihat di lingkungan kampus. Saat ia melewati parkiran mobil di situ ada beberapa alumni kakak tingkatnya tetapi dari jurusan lain.

"Itu Fiya kan." ucap salah seorang dari mereka.

"Fiya Anak Fisika?" tanya yang lainnya.

" Bukan Ah. orang masih mahasiswa gitu masih kecil. Fiya lulus aja lebih cepet dari kita. Mungkin anaknya udah 2. Kenapa masih Kasih tak sampai." tambahnya.

Fiya yang terus berjalan sudah tak nampak dari pendangan mereka.

"PIA". Teriak Arli saat melihat Fiya melintas.

" Ih kemana aja. kamu tau kan gue gak tau daerah sini." omel Arli saat fiya sudah menghampirinya.

" Ah kangen." tambah Arli sambil memeluk Fiya.

Fiya pun hanya tersenyum melihat tingkah Arli. Arli adalah seorang Fashion Designer yang cukup mempunyai nama. Fiya pertama kali bertemu saat mengisi acara pernikahan dan Designer busana pengantinya adalah Arli. Arli adalah designer yang di pilih ibu pengantin pria tetapi tidak ada satupun dari anggota keluarga, bridesmate, dan pengisi acara yang mau menggunakan rancangannya karena Arli belum terkenal saat itu. Disaat terpuruk itulah Fiya datang sebagai penolong. FIya mengenakan pakaian rancangan Arli dan mempesona banyak mata di acara tersebut. Banyak dari mereka memposting foto dengan Fiya dan itu artinya namanya pun ikut terexpose dan jadilah ia sekarang.

" Udah ah malu diliatin banyak orang." kata Fiya sambil mencubit pingang Arli yang tak mau melepaskannya.

Arli ke datang untuk Fitting dan Photoshoot koleksi terbarunya. Rencananya mereka akan melakukan Photoshoot di daerah Tawangmangu tapi batal karena melihat kampus Fiya yang asri dan memiliki beberapa unsur etnik membuat Arli berubah pikiran dan berencana untuk melakukannya di sini.

Setelah beberapa perdebatan akhirnya Fiya pun mengalah. Ia menyampaikan niat Arli ke Indra. Namun Indra tidak mempunyai wewenang di sana. Indra menghubungi Dekan dan menyampaikan maksud dari Arli. diluar dugaan Dekan memberikan ijin asalkan semua sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku.

Arli yang senang dengan kabar yang di bawa Fiya segera mempersiapkan semuanya. kini ia sibuk memoles perona pipi di wajah FIya.

"Cantik." ucap Yudis saat masuk di ruang khusus Super seven yang kini sudah menjadi ruang make up.

"Eh Sorry ya Dis jadi bikin berantakan." ucap Fiya sambil terus menerima kelihaian tangan Arli.

" Sorry aja. Gak ada yang gratis di dunia ini."jawab Yudis

"Batik kali buat panitia. Arli hadikusumo. Masa gak mampu. Bos batik" tambah yudis membuat Arli menghentikan gerakan tangganya. Nama panjangnya disebut.

"Boleh kamu itung aja berapa orang di sini. Mahasiswa ukuranya kecil - kecilkan. Ada stock di mobil. emang mau buat Pia." jawab Arli sambil melanjutkan aktifitasnya.

Keluarga Hadikusumo memang terkenal sebagai keluarga pengusaha batik terkenal. Di Solo mereka mempunyai pabrik dan took yang sangat besar. Namun sayabf Arli tidak tertarik dengan dunia bisnis keluargaya itu ia lebih nyaman dengan usaha dengan passion-nya yaitu Fashion Designer.

Fiya yang telak siap kini berlenggak lenggok dengan berbagai ekspresi. Beberapa orang melihat dengan kagum sedangkan yang lainya sibuk dengan Yudis yang sedang membagikan baju batik untuk panitia. Arli Juga sudah menyiapkan baju untuk dosen yang sering Fiya bangga – banggakan.

Fiya yang sudah ganti baju keempatnya kini memukau dengan dress batik sepanjang lutut. bagian atasnya beraksen kerah sanghai dengan potongan pas badan dan bagian bawah mengembang membuat kesan elegan namun cute secara bersamaan. Di sisi lain Yudis kini membagikan batik khusus untuk Super seven. Mereka menerima batik sambil memandang Fiya yang sedang melkukan Foto di salah satu ruang kelas.

"Dia sudah berubah ya. Dia yang dulu selalu bersembunyi di belakang kita untuk minta perlindungan sekarang sudah berani melangkah sendiri. Bahka di depan kita." Kata Yudis memecah kan keheningan teman – teman nya yang masih terpana dengan FIya

"Iya. Dia yang dulu menghindari pendapat orang sekarang dengan percaya diri menarik perhatian orang." Tambah Salman.

"Senang melihatnya seperti ini. Apa yang kita khawatirkan ternyata salah. Dia terlihat bahaga dengan dunianya." Widya ikut berkomentar

"Dunianya sudah berbeda degan kita. Lihat cara dia bergaul dengan orang lan. Bukan kita banget. Dia sudah tidak cocok dengan kita. Sudah lah. Dia datang hanya untuk reuni. Kalian jangan terlalu banyak berangan. Hukum Newton aja mungkn dia udah gak inget." Ucap Dinda ketus sambil mengalihkan padangannya dari Fiya.

"Maksud kamu apa? Apapun itu dia salah satu bagian dari kita. Dia yang punya ide kita berkumpul." Timpal Salman yang tak terima Dinda yang menjelekkan sahabatnya.

"Emang kenyataanya gitu. Apa gunanya lulusan termuda cumlaude tapi ilmunya gak di pake. Malah kerja di bank yang gak ada hubungannya sama sekali." Jawab Dinda masih dengan nada tak suka.

Salman yang ingin menjawab Dinda mengurungkan niatnya setelah di tahan oleh Widya dan ia melihat Fiya berjalan ke arah mereka.

Fiya kini duduk kembali di bangku tempatnya saat awal dating. Setelah mengantar kepergian Arli dan timnya Fiya ingin beristirahat. Tetapi suasana kampus saat ini sedang sepi. Sebagian orang sedang melaksanakan Sholat Jumat dan yang lainya memutuskan untuk makan siang. Fiya yang lelah belum tidur ingin merebahkan diri di Ruang Super Seven setelah ia meletakkan bebrapa gaun pemberian Arli tetapi ternyata disana ada yudis yang sedang menunggu yang lain selesai Sholat Jumat dan akhirnya iya memutuskan duduk kembali ke bangku ini.

Fiya memandang sekitar. Persiaa sudah mencapai 80%. Semua stand dan dekorasi sudah berdiri dan tertata. Mata Fiya behenti beredar saat ia memandang panggung utama. Disana sudah ada satu set peralatan band dan seuah Biola disana.

"Mau main?" Suara pria mengagetakn Fiya. Yudis Kini sudah duduk di sampingnya. Fiya yang kaget hamper melompat reflex memukul lengan Yudis.

" Lo gila ya dis. Kalo gue asuk got gimana." Fiya Sewot

"Kalo masuk ya entar keluar lah."Jawab Yudis santai. "Lagian ngapain ngelamun di siang bolong gini. Kesambet lo." Tambah Yudis

"Yuk." Yudis berdiri dan menarik tangan Fiya sehingga Fiya pun iku berdiri

"Kemana?"Tanya Fiya reflek

"Ke Bulan. Ya ke panggung lah. Banyak nanya lo." Jawab Yudis sambil menarik tangan Fiya menuju ke panggung. Fiya yang heran hanya bisa pasrah mengikuti langkah Yudis.

Yudis dan Fiya kini sudah berada di atas panggung. Yudis mangambil Biola dan menyerakkannya pada Fiya dan Yudis mengambil posisi di belakang Keyboard. Semua anggota Supper Seven tau bahwa Fiya mahir memainkan Biola.

Yudis mulai memainkan Keyboardnya. Alunan music indah di hasilkan oleh Yudis.

Not sure if you know this

But when we first met

I got so nervous I couldn't speak

In that very moment

I found the one and

My life had found its missing piece

Yudis mulai menyanyikan lagu Beautiful In White yg pernah dinyanyikan oleh shane Filan. Fiya tersenyum. ini salah satu lagu Favoritnya.

"May I?" tanya Fiya pada Yudis utuk ikut bergabung.

Fiya mulai memainkan Biolaya. Perpaduan Keyboard dan Biola yang dimankan Yudis dan Fiya membuat suasana yg tadinya semi menjadi lebih semarak. bberapa orang mulai mencari tau asal suara tersebut.

So as long as I live I love you

Will have and hold you

You look so beautiful in white

And from now 'til my very last breath

This day I'll cherish

You look so beautiful in white

Tonight

What we have is timeless

My love is endless

And with this ring I

Say to the world

You're my every reason

You're all that I believe in

With all my heart I mean every word

So as long as I live I love you

Will haven and hold you

You look so beautiful in white

And from now 'til my very last breath

This day I'll cherish

You look so beautiful in white

Tonight

You look so beautiful in white, yeah yeah

Na na na na

So beautiful in white…

Fiya dan Yudis mengakhiri lagu dengan manis. suara tepuk tangan membuat senyum mereka semakin merekah.

"Jangan Lupa nyawer y." Teriak Yudis disambut dengan gelak tawa yang lain.

Fiya dan Yudis melanjutkan permainan mereka. kali ini lagu More Than Word diaminkan Yudis dengan Gitar dan Fiya tetap denga Biolanya. Tak terasa mereka sudah bermain selama 30 menit. permainan mereka memukau banyak orang. Sholat Jumat sudah selesai semua orang sudah kembali. Fiya dan Yudis pun mengakhiri pemainanya. Beberapa orang yang menoton merasa kecewa, tapi mereka harus kembali mengerjakan tugas masing - masing.

Fiya dan Yudis kembali ke Ruangan Super seven. Disana Sudah banyak orang. Mereka terlihat bingung. raut wajah mereka sepeti ada yang di khawatirkan.

"Dari mana aja sih ." ucap Dinda saat melihat mereka masuk.

"Ngamen di depan. kenapa mukanya pada pabik gitu?" tanya Yudis.

"Asesor datang hari ini." jawab Widya.

"APA. Hari ini?Jam Berapa?

Hai Readers

corat coret dong. pengen tau nich readers nya

thank you

JustCallMeTocreators' thoughts