webnovel

11. DI GUDANG SEKOLAH

Ada segurat rasa kasihan setelah mendengar penuturan dari Lidia. Vero hanya di tuduh sebagai si pelaku masalah, padahal nyatanya yang tega melakukan itu semua dalang dari Lidia. Claire baru tahu jika Lidia ini memang sangat berpengaruh di sekolahannya itu, pantas saja selama Claire di sana tidak ada yang pernah menyapa Lidia selain yang mengenalnya dekat.

Lidia sudah membuat lingkaran untuknya, sebagai orang yang membuat masalah. Claire tidak takut, namun yang di pikirannya itu satu. Lidia sedang merasa terancam dengan objek yang sangat penting di dalam hidupnya. Claire juga kasihan dengan cewek itu, padahal Claire di benci hingga di caci namun hatinya masih saja tidak tega dengan orang sekitarnya.

Lidia bersikap semena-mena pastinya ada sebab dan maksud tertentu. Bukan karena niat di dalam diri untuk mencelakai orang, Lidia melakukannya semata-mata hanya karena ingin mendapatkan kepuasan. Namun sebagian menyangka bahwa Lidia ini adalah cewek paling ganas di sekolahan tersebut.

Claire berjalan menelusuri lorong sekolahan. Dia melirik siswi yang baru saja masuk ke dalam ruangan kosong dengan pintu yang terbuka lebar. Helaan napas terdengar halus, Claire mulai merasakan aura negatif yang keluar dari sana. Jika di lihat dari perawakan siswi itu, Claire sepertinya mengenal. Namun entah kenapa hatinya ragu dengan pikirannya.

"Sheila, atau dia." Claire bergumam pelan. Dia menarik napas panjang tidak mengambil keputusan untuk pergi masuk ke dalam, hawa di sekitarnya sudah mulai tidak enak. Claire yakin jika itu bukan lah sosok yang di kenalnya.

Dia ...

Hantu lelaki yang menyamar siswi teman satu kelas Claire, untuk memastikannya cewek itu berjalan ke kelasnya. Jika ada dugaannya benar, namun jika tidak ada maka … sosok itu adalah siswi yang di rasuki. Claire harus mencegahnya sebelum siswi itu pergi jauh.

"BERHENTI!"

Siswi itu ternyata naik ke atas bangku, meraih tali yang terikat di atasnya. Dia mencoba untuk bunuh diri, Claire mengambil satu benda yang tergeletak di ruangan tersebut dan segera menarik lengan Sheila memukul pelan punggung siswi itu dengan kayu yang sempat di ambilnya.

"KELUAR KAMU!"

Sheila terbatuk kecil hingga memuntahkan isi perutnya. Claire melihat hantu lelaki itu melayang ke atas melewati atap. Dia bernapas lega. Setidaknya Sheila bisa selamat dari kesadarannya yang telah di kelabui oleh hantu lelaki itu. Claire menahan bahu Sheila saat cewek itu merasa kakinya lemas.

"Kamu duduk dulu." kata Claire sambil menuntun pelan ke arah bangku tadi.

"Kalau kamu merasa lebih baik, aku bisa anterin ke uks."

Sheila memegang kepalanya saat di rasa berdenyut kencang seolah terguncang oleh sesuatu. "Memangnya aku kenapa, Claire?" tanyanya kebingungan.

Claire diam sejenak mencoba untuk berpikir alasan sebagai alihan. Tidak mungkin jika Claire cerita kalau tubuh Sheila telah di kontrol oleh makhluk tak kasat. Pasti Claire akan di pikir sebagai orang yang semakin aneh. Mereka semua kan tidak pernah percaya dengan ucapan Claire selain di anggap sebagai orang irit bicara.

"Kamu nyaris pingsan, mungkin kelelahan." itu lah yang di lontarkan Claire ketika tidak ada kalimat meyakinkan untuk Sheila, semoga saja siswi itu dapat mempercayainya.

"Tapi kenapa aku ada di gudang lama ini?"

Pertanyaan kedua ini paling sulit. Claire harus menjawab apalagi jika sudah menyangkut tempat? Salahkan hantu lelaki itu yang membuat Claire kini bingung setengah mati harus memiliki alasan lain lagi.

"Claire, kenapa di atas ada tali? Apa ada yang bunuh diri di sini?" Sheila bertanya cepat setelah melihat di atas kepalanya.

Claire menelan ludah pelan. "Ga ada."

"Terus kenapa ada tali di iket gitu? Yang aku tahu kalau ada tali yang melingkar kayak gitu tandanya … ada yang mau bunuh diri, Claire."

>>>>>>>>>

"Lo tahu ga, Ver? Soal gosip hari ini di sekolahan kita apaan." geger Bagas yang mulai mengalihkan topik pembicaraan mereka.

Doni melirik temannya dengan penasaran. "Gue belum denger dari tadi. Tapi cewek-cewek pada heboh aja, sih." komentarnya.

Vero tidak menghiraukan, perutnya terasa keroncongan dan memilih untuk fokus dengan makanan yang sudah sangat terlihat menggiurkan. Baginya tidak pernah penting gosip apapun yang menyebar luas di sana. Sekali pun mengenai Claire yang masih saja di lihat buruk.

Bagas melirik Vero dengan raut menggoda. "Gue denger ada kaitannya sama, … Claire."

Alih-alih Vero terbatuk, tersedak oleh mie kuahnya yang terlihat merah oleh saus.

"Aer woy! Aer!" ricuh Vero mengambil gelas berisi teh botol milik Bagas.

"Kena lagi gue." gerutu Bagas pelan. Dia yang memancing duluan dia juga yang mendapatkan rugi. Minumannya sama sekali belum di sentuh, namun kini habis di teguk oleh Vero yang merasakan panas di tenggorokannya.

"Eh, ini juga ulah lo buat dia begitu." Doni menimpal tanpa menyanggah. Bagas mendecak kecil sambil menatap sinis, kemudian dia mengambil porsi mie yang lumayan cukup banyak memasukkannya ke dalam mulut. Bagas mulai kesal dengan tingkahnya sendiri yang di anggap salah.

"Lo denger apa tentang dia?" Vero mulai bertanya penasaran saat tenggorokannya mulai merasa enak. Bagas semakin menatap malas ke arah Vero dan melanjutkan makanannya hingga mangkuk berisi mie rebusnya tersisa sedikit.

"Giliran dia aja langsung antusias lo!" desis Bagas yang mengambil alih gelas minumnya yang sudah kosong. "Balikin minuman gue." pintanya sambil mendengus.

Vero mendeham. "Mau gue muntahin lagi gitu ke gelasnya?"

Bagas bergidik. "JIJIK WOY! Beliin yang baru lah!" pekiknya membuat Doni dan Vero tertawa.

"Itung-itung lo tanggung jawab aja tadi, Gas. Vero, keselek karena elo. Jadi wajar aja kasih dia minum." tutur Doni seakan membela Vero.

Bagas mencebik. "Iye, dah. Gue lagi yang salah, emang susah jadi temen paling ganteng."

"Gantengan si anak osis kali, Gas." sahut Vero menyangkal kepercayaan diri dari Bagas.

"Terserah." Bagas berdiri untuk kembali memesan minumannya, sedangkan Vero melirik Doni yang sedang khidmat memakan mie gorengnya.

Vero mendeham kecil. "Emang yang lagi booming sekarang gosip apaan, Don?" tanyanya sedikit pelan.

Doni menatap Vero yang duduk di hadapannya. "Mending tanya langsung aja sama, Bagas. Gue belum tahu pasti soalnya, baru sekilas denger dari cewek-cewek yang gosip di luar toilet tadi."

"Yang lo denger apaan emang?"

Doni mengingat-ingat kejadian sebelum ke kantin menyusul dua temannya itu. "Yang gue denger, sih ... katanya ada satu kejadian di bekas gudang. Lo pasti tahu kan gudang itu di biarin kosong melompong karena apaan?"

Vero menggeleng pelan merasa tidak tahu apa-apa.

"Astaga! Selama lo sekolah ini tahu apaan emang? Belajar doang, kah? Saking ga pedulinya ama gosip lo jadi lemot begini, Ver."

"Kasih tahu aja, deh. Gudang itu angker atau kenapa?" Vero mulai masuk dalam dunia gosip yang meluas, padahal ketika belum ada Claire ke sana Vero sama sekali tidak pernah bertanya mengenai hal itu.

"Gudang itu sebenernya emang angker banget, kalau ampe lo lewatin gudang itu." Doni menjeda ucapannya sejenak. "Konon lo bakal di bawa ke alam lain."

Creation is hard, cheer me up!

Carrellandeouscreators' thoughts