webnovel

06. KEGELISAHAN LIDIA

Lidia mengerutu kesal. Cewek itu terus menyalahkan Claire menunjuk keterlibatannya dengan kejadian yang kini menimpanya. Padahal baru saja Lidia keluar dari rumah sakit saat di nyatakan sudah dalam keadaan membaik, namun ternyata satu kesialan itu ada ketika Lidia tidak sengaja melihat sosok lelaki yang sangat di kenalinya.

"Itu cewek pasti emang bisa meramal. Kenapa cowok gue adalah seorang … penipu?" mulutnya meracau. Lidia tidak pernah sekali pun akan menyangka jika pacarnya itu adalah orang yang sering kali meminta pada banyak orang dengan tujuan yang berbeda-beda.

Selama ini Lidia memang bodoh. Apa yang di katakana oleh Claire memang benar adanya, Lidia sudah di rasuki oleh seluruh ucapan manis dari pacarnya sehingga isi otaknya mampu di pengaruhi dalam sekejap tanpa berpikir panjang.

"Mungkin kalau di hitung … hampir ratusan juta dia minta duit dari gue." kedua lengannya memijat pelipisnya merasa begitu pening. Lidia sudah keras kepala. Lisannya terlalu menentang lontaran dari Claire yang menunjuk kebenarannya.

Padahal sebelumnya Lidia beserta kedua temannya pun tidak menghiraukan sebuah kata untuk mereka ber-tiga hindari, namun memang mereka menganggap Claire aneh serta tidak masuk akal. Claire pasti mendo'a kan mereka agar celaka, akan tetapi kali ini sepertinya Lidia percaya.

Claire pasti ingin semua orang yang memiliki takdir buruk terhindar dari berbagai hal. Hanya Lidia dan kedua temannya saja yang memang tidak menanggapi berbagai lontaran Claire.

"Kira-kira dia juga tahu ga, ya? Soal … masalah keluarga gue?"

Lidia mewanti-wanti. Jika Claire bisa menebak sesuatu yang akan terjadi, maka pastinya juga Claire sama saja seperti seorang peramal. Namun apakah bisa tahu juga mengenai kepribadian seseorang? Lidia menjadi sedikit ada guratan takut, Claire apa akan membeberkan aib keluarganya?

Lidia pasti sudah membuat Claire sakit hati atas lontarannya kemarin. Claire bisa saja balas dendam dengan satu aib yang sedang Lidia tanggung saat ini. Mungkin kah Claire akan mengungkapkan di depan publik? Pada warga di sekolahannya. Lidia harus berbuat apa jika semisal hal itu terjadi?

Lidia berdiri dari duduknya dengan kegelisahan yang melanda. Pikirannya terus di penuhi oleh Claire yang memiliki kemampuan aneh menurutnya. Lidia menghela napas gusar, lengannya mengotak atik handphone mencoba untuk menghubungi kedua temannya, namun sayangnya mereka tidak ada satu pun yang bisa Lidia andalkan.

"Mereka kemana? Ga biasanya begini." Lidia menggigit kecil bibir bawahnya. Perasaannya mulai tidak karuan seperti akan ada hal lain lagi yang akan menimpanya walau tidak tahu kali ini apa.

Entah hanya perasaannya karena takut dengan Claire yang akan mengetahui hingga membocorkan rahasia keluarganya atau memang akan terjadi hal buruk kembali padanya. Lidia hanya tidak ingin keburukan kembali datang melahapnya. Lidia cemas akan dirinya sendiri.

"Gue harus cegah cewek itu gimana pun caranya nanti. Kalau perlu gue cari sesuatu kesalahan biar dia di keluarin dari sekolahan."

>>>>>

Vero menatap temannya malas. Ribuan kali mereka terus mengolok olok jika semalaman ini Vero banyak memikirkan Claire. Satu cewek yang mampu membuat hati dan otak Vero tidak bisa sedikit saja mendeja untuk memikirkan hal lain. Claire berhasil mengusik pikiran dan hati Vero.

"Bilang aja suka udah, Ver. Lo kenapa sok jaim amat ama kita-kita." kata Bagas seolah memaksa perasaan Vero yang sebenarnya pada Claire.

Doni mengangguk, membenarkan ucapan dari satu temannya. "Lo ampe ga bisa tidur, kan?"

Vero mendecak. "Gue pikir kalian berdua itu setan. Pake ketuk tanpa suara tadi malem, kalau gue jantungan gimana? Lo berdua mau tanggung jawab?!" amuknya sambil mendengus.

Bagas dan Doni jelas tertawa mengejek. Vero sering kali mereka jadikan bahan olokan jika menyangkut dengan lawan jenis. Mereka berdua selalu bilang kalau Vero ini terlalu menjadi pemalu untuk mengakui. Sedari mereka masuk SMP, memang Vero lebih cenderung lebih memilih sendiri saja sedangkan kedua temannya entah sudah berapa kali berpacaran menggonta ganti pasangan.

"Coba deh lo cari cewek, Ver. Gue yakin mereka yang lo tolak juga masih mau aja sama elo." celetuk Doni yang mulai mengompori.

Vero yang berakhir sabar dengan sikap Bagas dan Doni pun hanya bisa diam dan mendengarkan saja celotehan mereka berdua. Vero lebih tidak memperdulikan, sih. Bagas dan Doni memang sudah lemes sejak di kenalnya, tidak heran juga jika mereka berdua terus mengeluarkan suara yang berurusan dengan perempuan.

"Panjang umur banget, Ver. Tuh lihat. Cewek pujaan lo lagi jalan ke sini." seru Doni yang membuat kepala Vero menoleh.

"Ciah, giliran dia aja langsung teralih." timpal Bagas dengan lengkungan bibirnya.

Vero mendeham. "Soal dia beda."

"Akhirnya di akui juga." Bagas dan Doni saling mengepalkan lengan dan meninju kecil seolah berhasil memancing isi hati Vero.

"Samperin sono." suruh Bagas yang tidak di balas oleh Vero, melainkan cowok itu sudah melongos pergi sebelum temannya itu bersuara.

Doni terpingkal. "Gue suka dia yang gercep begini sama cewek."

"Tapi, Don." Bagas sedikit mengerutkan dahi. "Lo denger gosip sekolahan soal cewek itu kaga?" kepalanya menatap Claire yang jauh di depannya.

Doni melirik temannya sekilas. "Denger lah. Lo percaya sama gosip mereka semua emang?" tanyanya balik.

Bagas termenung sejenak. "Kalau di lihat emang dia aneh, sih."

"Gue rasa emang ada yang ganjal ama penampilannya." selidik Doni.

Bagas mengangguk setuju. "Gue rasa temen kita suka ama cewek yang … salah."

"Lah, lo yang semangat deketin mereka kenapa jadi bilang begitu?" Doni melirik keji. Bagas yang pertama menyetujui setiap ada hal yang bersangkutan dengan Vero, namun cowok itu juga yang menjadi labil dengan pilihannya sendiri.

Bagas melihat dua insan yang sepertinya sedang berkomunikasi tersebut dengan tatapan tidak bisa di artikan. Mereka berdua memang kelihatan serasi, namun entah kenapa sepertinya cewek yang sedang Vero sukai tersebut tidak ada tanda menyukai balik temannya.

Apa karena sikapnya yang dingin saja? Jauh dari dalam lubuk hatinya cewek itu pun sebenarnya terpesona dengan Vero?

"Vero, kenapa mukanya di tekuk begitu, ya?" Doni berkata bingung.

Bagas mendecak. "Apa itu cewek ngomong sesuatu yang ga mengenakkan?"

"Samperin."

Bagas dan Doni berlari mendekati Vero yang di tinggalkan oleh Claire sendiri seperti biasanya. Mereka berdua menepuk pelan bahu Vero sambil melihat kepergian Claire yang menjauh.

"Lo di tolak, Ver?"

Vero menatap kedua temannya malas. "Kepo banget jadi manusia." ketusnya membuat Bagas dan Doni mendecak bersamaan.

"Ver, ini penting banget kita harus tahu. Lo di apain ama itu cewek?" Doni menatap Vero serius.

"Mau tahu banget emang?" kedua temannya mengangguk antusias dengan cepat. Vero mengulas senyuman kecil sambil mendeham. "Claire, tahu kalau lo berdua itu sering kali jatoh maen skate karena ga becus!"

Creation is hard, cheer me up!

Carrellandeouscreators' thoughts
Next chapter