Bayangan yang berada di rumah sakit kemarin ternyata mengikuti Claire hingga ke rumahnya. Sesosok yang pasti akan mengusik ketenangan Claire pun datang tanpa cewek itu inginkan. Pasti akan sangat sulit jika Claire mengurusinya, padahal baru saja pikirannya tenang mendengar kabar keadaan Kakak nya yang mulai membaik. Kini di permasalahkan lagi dengan hal lain.
Masalah besarnya Claire paling malas jika sudah berhubungan dengan yang tak kasat mata.
Selama ini Claire sudah diam tanpa menghiraukan mereka yang selalu mengganggu selain mengejutkannya. Claire awalnya memang tenang karena dari mereka tidak semuanya tahu kalau Claire bisa melihat bagaimana wujud hingga paling buruk dan membuat perutnya mual.
Kejadian pertama yang Claire tidak bisa percaya adalah ketika ada sosok Ibu yang berada di jalanan terlihat sedang menangisi satu foto di lengan kanannya. Saat itu Claire bertanya karena merasa iba. Namun ketika sekitarnya menyadari Claire yang duduk di pinggiran trotoar sambil berbicara satu hal yang membuatnya hingga di anggap gila oleh orang yang berlalu lalang.
Mereka semua tidak melihat ada sosok Ibu yang sedang menangis di samping Claire. Justru cewek itu berbicara sendirian. Claire jelas terkejut sekaligus kebingungan. Bagaimana bisa mereka semua tidak melihatnya sedangkan Claire jelas menyaksikan Ibu tersebut yang ternyata telah kehilangan anaknya.?
Sejak saat itu Claire merasa stres dan tidak bisa berpikir kejadian apa yang menjadikannya di lihat seperti orang gila oleh orang di sekitarnya?
Padahal sedari kecil Claire tidak pernah sekali pun mengalami hal yang seperti itu. Semua berubah ketika Claire benar-benar menutup kemungkinan ketika sebuah kecelakaan itu datang padanya hingga kehilangan dua orang yang sangat di cintainya.
"Kak Leon, pasti butuh sesuatu."
Claire akan segera pergi dari rumahnya setelah mengemas pakaian hingga makanan yang harus dia masak terlebih dahulu. Kemarin, saat Claire berada di rumah sakit Kakak nya tanpa letih menemani tanpa memikirkan pekerjaan di kantorya. Sekarang saatnya Claire sebagai adik satu-satunya yang Leon miliki juga harus terus menemaninya di rumah sakit.
Walau banyak sekali gangguan tidak menjadikan Claire mogok atau menolak untuk tetap di samping Kakak nya. Bagaimana pun juga Claire masih merasa dirinya bersalah atas kecelakaan Leon. Dengan begitu Claire juga ada tanggung jawab besar untuk menjaga Leon.
'Gue tahu lo bisa lihat kehadiran gue, Claire.'
Langkah kakinya sama sekali tidak berhenti walau Claire mendengarnya, di anggap seolah angin lewat. Cewek itu sibuk mengemasi pakaian Leon ke dalam tas. Sejak Claire di anggap seperti orang gila saat itu lah dia menutup mata, berpura-pura tidak bisa melihat apalagi mendengar mereka.
'Gue butuh bantuan dari lo.'
Sosok yang masih mengikuti Claire geram hanya berdiam. Walau bersuara sekali pun namun tetap saja Claire tidak memperdulikan kehadirannya. Sosok itu bergelantungan, melayang setiap kali Claire berpindah tempat berusaha agar cewek itu bersedia menolongnya.
"Kak Leon, pasti udah nunggu lama." Claire bergegas keluar rumah, kakinya meloncat cepat ketika ada sebuah benda yang akan menusuknya. Iris Claire mulai menajam seolah memberi peringatan.
Claire nyaris saja celaka oleh pecahan guci tajam yang mengarah pada kakinya. Kalau saja tidak meloncat dengan gesit, mungkin kakinya akan berlumuran darah selain rasa marahnya lebih dari yang Claire pendam tadi.
"Aku ga akan pernah nolong hantu seperti kalian!"
>>>>>>>
Siapa juga yang bisa tenang di gangu oleh makhluk tak kasat? Seperti halnya Claire yang terusik ketika banyak mata yang menunjuknya seolah Claire memang ada salah pada mereka semua. Padahal Claire yang di sini menjadi orang yang paling risih ketika sudah di tatap tajam oleh mereka yang terlihat mengerikan.
Claire jijik.
Sejak kecil Claire sudah takut melihat darah apalagi dengan cerita hantu yang sering kali dia dengarkan dari temannya. Itu saja sudah membuat Claire sangat ketakutan. Akan tetapi sekarang justru Claire bisa merasakan hingga melihat wujud aslinya bagaimana.
Tidak terbayang lebih mengerikan dari apa yang selama ini hanya dia dengar.
"Claire, kamu sepertinya banyak melamun." seru Leon yang sedang duduk di atas ranjang rumah sakitnya.
Claire menggeleng pelan. "Kak Leon, beneran mau langsung pulang?" anggukan kepala dari Leon membuat Claire sedikit cemas. "Tapi kelihatannya masih harus di infus."
"Kakak, baik-baik saja. Tidak perlu di pikirkan, Claire."
Dua hari sudah Claire menemani Leon di rumah sakit. Dengan keadaan Claire yang di temani berbagai sosok aneh lainnya di sana. Beruntungnya selama Claire di sana tidak ada yang terlalu macam-macam, mungkin hanya kejadian saat tadi sedang di rumahnya saja.
Entah hantu itu datang dari mana yang jelas Claire tidak memperhatikan darimana asal sosok tersebut. Tiba-tiba saja terlihat bayangan hingga nampaknya wujud dengan tubuh yang banyak sekali luka. Claire tebak jika hantu tersebut mengalami suatu tindasan.
"Bagaiamana sekolah kamu, Claire? Kakak, tidak pernah mendengar kamu menceritakan sekolah baru kamu selama ini." Leon bertanya mengalihkan. Karena hanya Leon yang psti mengawali percakapan. Jika bukan dari Leon mana mungkin Claire akan memulainya sedangkan Leon sendiri pun tahu dengan sikap adiknya yang berubah.
"Ga ada yang menarik."
Leon menautkan alis. "Kamu tidak betah di sini?"
Kepala Claire menggeleng. "Kak Leon, cepat sembuh."
Leon yang juga kehilangan topik. Entah harus bagaimana caranya mengubah kembali keceriaan adik semata wayangnya. Leon tidak berdaya selain tidak bisa berbuat apa-apa untuk Claire. Leon takut salah ucap hingga nanti membuat sikap adiknya bertambaah dingin.
"Kak Leon, mau buah apa?"
Leon tersenyum. "Coba tebak buah kesukaan, Kakak."
Tangan Claire meraih buah yang sudah ada di nakas rumah sakit, tanpa ekspresi dari wajahnya membuat Leon sedih. Leon sebagai Kakak pastinya ingin melihat senyuman manis Claire lagi. Sudah sangat lama Claire seperti jauh dari arah pandang Leon. Entah karena pekarjaan di kantor atau memang adiknya yang menutup dirinya seolah tidak ingin Leon urusi.
"Kak Leon, harus makan buah apel. Jangan lemon dulu." jawaban dari Claire membuat Leon terkekeh kecil. Walau suaranya masih dengan ekspresi ketus tetapi nada Claire seolah sedang mengejek.
"Buatkan air lemon kalau begitu." Leon menahan suapan dari lengan Claire.
"Kalau sembuh nanti." Claire tetap memaksa potongan buah yang sudah di kupasnya memasuki mulut Leon.
Dalam hati Claire tersenyum. Memang beradu gurauan itu hilang ketika Claire menjadi sosok lain. Padahal mereka berdua sering kali tertawa bersama ketika Leon ada waktu untuk beradu candaan dengan Claire. Mungkin memang pekerjaan Leon selalu menumpuk sehingga sekarang ini mereka seakan terasa jauh walau masih satu atap.
"Claire, apa kamu sudah memiliki pacar?"
Claire terbatuk. Pertanyaan konyol itu terlontar pertama kalinya dari mulut Leon. Selama ini bahkan Kakak nya tidak pernah sekali pun membahas mengenai lelaki. Leon pasti hanya bertanya mengenai teman Claire atau hubungan pertemanan adiknya saja.
"Kakak, tebak kalau kamu sudah memiliki rasa suka terhadap laki-laki."