"Kita akan memberi sambutan kepada semuanya sebentar lagi, kalau begitu ayo ke panggung" ujarku, "anu- nama kalian siapa ya?" Celetuknya.
"Ah.. Nama ku-" entah kenapa angin berhembus kencang, " ini dihutan? Bagaimana bisa, "sial! Posisi kita diketahui seseorang ayo sembunyi" seru diva.
"kalian saja yang bersembunyi, aku akan melawannya" aku mengeluarkan katana atau yang biasa kalian kenal dengan samurai, dan katana ini sudah merenggut nyawa banyak orang karena biasanya aku pergunakan untuk misi pembunuhan.
"hm aku tidak akan bersembunyi, tapi aku akan melawannya juga haha" bila mengeluarkan javelin Spears atau yang kita kenal dengan tombak tapi dia memberikan nama javelin untuk tombaknya dengan dalih karena tombaknya sangat ringan.
"dasar kalian ini! kalau begitu mari kita lawan" diva mengeluarkan senjata claymore atau yang biasa kita kenal dengan pedang dua tangan.
"aku akan melindungi kalian dari belakang!" ajeng mengeluarkan Compound Bow yang mana panah ini mampu melesatkan panah dengan kecepatan 340 kaki/detik.
"lawan terdeteksi satu orang" apa? satu orang.. tapi aura yang aku rasakan sangat pekat,
tunggu! jika ajeng hanya merasakan aura orang dari injakan tanah maka orang yang tidak menginjakan tanah tidak terhitung.
"lawan kita ada banyak.. waspada!" aku lasngsung mengambil langkah kuda - kuda, "rain arrow!" ajeng membuat hujan dengan anak panahnya dan semua orang yang bersembunyi keluar dari sarangnya.
"hoho, sepertinya kalian salah tempat ya" orang itu kuat sekali dan terasa dari aura tubuhnya.
"kalian bereskan anak buahnya dan biarkan aku melawan orang itu" semua tampak setuju dengan keputusanku, "kau tak perlu susah payah melawanku, toh kau akan kalah" dia sombong sekali.
"Apa mau mu?" Aku memastikan, "sepertinya belum waktunya kau kembali ya" dia tersenyum dan menghilang.
"Tapi sebagai gantinya, lawanlah para monster ini" suaranya menggema di hutan ini. "Fire spreads!" Bila menghentikan semua monster dengan kekuatannya, "kalian menjauhkan biar aku yang selesaikan semuanya."
Dia kuat juga rupanya, "sepertinya ada orang lain yang akan menuju kesini" Ajeng memperingati kami.
"Kita pergi sekarang! Hempasan api!" Semua monster langsung musnah, "siapa yang bisa teleportasi?" Celetuk diva.
"Kupikir kau bisa" celetuk bila, "aku bisa saja tapi aku tidak bisa memindahkan kita semua" itu berarti dia masih belum cukup kuat.
"Kalian diam lah, dan santai aja!" Aku teleportasi ke tempat kami sebelumnya tapi waktunya tidak berhenti rupanya.
"kalian para ketua kenapa tidak ada dari tadi?" Kami dikagetkan oleh ucapan guru dari belakang.
"Ah.. kami sedang membicarakan rencana kedepannya bagaimana hehe, apakah sudah dibuka acaranya?" Aku segera mencari alasan, "sudah kalau masalah itu, tapi kalian tetap harus mengawasi yang lainnya walaupun acara kali ini lancar" kami mengangguk dan guru itu pergi.
"Ayo kita cari tempat mengobrol karena ini Masalah yang serius dan harus dibicarakan sekarang juga" ujar Ajeng.
"Sebentar gue angkat telepon dlu ya" seru diva, "disekolah ini ada rooftop kan?" Aku mengangguk dan mereka berdua segera kesana tapi aku menunggu diva.
"Mama gak pulang lagi?" Celetuknya, "tapi bukannya dah janji hari ini balik ya?" Mukanya segera berubah menjadi sedih.
"Baiklah ma, see ya" dia menutup tlpnya dan aku kaget sepertinya dia meneteskan air mata tadi tapi air itu hilang dengan cepat.
"Diva ntar pulang bareng gue aja ya?" Aku menawarinya dengan cepat, "eh? Kok tiba - tiba" hm matanya menunjukan ia maish sedih.
"Gk mau ya?" Aku menarik ulur perkataanku, "bukan begitu! Aku mau kok" balasnya cepat.
Sudah kuduga haha.
"Rumah ku juga sepi sih, kalau kau minat menginap saja hehe" batinku yang awkard, "ayo keatap" dia menarik tanganku tapi tiba - tiba ada sebuah ingatan masa lalu yang sangat jelas.
-ingatan
"Menyerahlah fia, kau tidak akan memang melawanku" entah kenapa yang muncul sosok anak kecil imut tapi raut wajahnya dingin.
"Aku kalah darimu? Hanya mimpi saja" entah kenapa kami bertarung dengan cepat tapi anak imut itu punya banyak celah untuk ditembus dan aku peka terhadap hal itu.
"Sudah ku bilang bukan kau akan kalah?" Entah kenapa aku terkesan sombong padanya, "kenapa aku masih kalah?" Ujarnya.
"Kau masih banyak celah diva, lain kali jika kau mencoba mempercepat gerakan mu.. kamu harus memperbaiki gerakan dasarnya juga" aku pergi meninggalkan anak kecil itu.
-spin off
"Eh apa itu?" Dia menoleh ke arahku, "aku sendiri tidak tau" aku menggeleng keras terhadapnya.
"Baiklah ayo cepat kita sudah ditunggu" dia langsung berlari tapi wajahnya keliatan sedang memikirkan hal yang tadi.
"Kalian dari mana saja?" Celetuk bila ketus, "maaf tadi ada sedikit Masalah" balasku.
"Sebenarnya kenapa kalian bisa punya kekuatan juga?" Ajeng menanyakan hal yang menurutku itu jadi pertanyaan kami semua disini.
"Aku sendiri sudah memilikinya sejak lahir dan teman ku juga begitu, orang tua ku tidak memilikinya dan mereka tau aku memiliki kekuatan ini" jelasku, "aku sendiri merahasiakan ini dari orang tua ku" ujar mereka bertiga serempak.
"Heh?" Aku sampai bingung harus bagaimana.
"ya tidak ada salah sih dirahasiakan tapi jangan sampai ketahuan saja" jawab ku spontan ketika aku diberikan tatapan penuh tanya dari mereka.
"Lalu kau sendiri bagaimana orang tua mu tau?" Tanya bila, "ya aku anggap semua nya punya jadi aku menunjukkan nya! selain itu karena tidak ada yang berani menangkapku atau bertindak macam - macam terlebih lagi keluargaku-" ah sial! Aku tidak mungkin bilang kalau keluarga ku adalah mafia.
"Keluarga mu kenapa?" Mereka penasaran, "ah- anu keluargaku lumayan terpandang jadi tidak ada yang macam - macam hehe" sial! Aku harus membuat alibi kalau aku hanya anak orang kaya biasa.
"Disini tinggal sama siapa fi?" Kenapa jadi sesi wawancara, "aku tinggal sendiri dan keluarga gue diluar negri bukan di Indonesia" jawabku lugas.
"Kamu gak kesepian?" Ajeng nanya Mulu dah, "iya sih tapi udah biasa, toh gue yang pengen pergi dari mereka" jawabku ceplas - ceplos.
"Lha kenapa?" Diva membalas, "karena ada sebuah masalah yang intinya gue harus pergi sejenak biar itu bukan tanggung jawab gue" entahlah kakak gue malah pergi tanpa kepastian apapun.
"Kalian bisa cerita asal usul kalian? Kenapa jadi sesi wawancara ke gue sih" aku kesal sekarang, "ya hidup gue biasa aja dan keluarga gue gk kaya banget" bila membalas dengan nada datar.
"Bohong! Aku tau kamu anak dari atlit voli terkenal dan keluarga lo bukan kaleng - kaleng" entah kenapa aku yang kesal, "njir gimana lu tau" ujarnya dan aku terkekeh.
"Ya gimana lagi, intinya kalian bertiga bukan dari keluarga biasa dan itu bisa terlihat dengan mata telanjang" jawabku.
"Memang benar yang tentang apa yang kau bicarakan itu tapi kita tidak mungkin bisa bersantai sekarang! Kita harus melatih kekuatan kita" diva ada benarnya, "caranya?" Ya kalimat Ajeng mewakili kami semua sekali lagi.
"Aku tidak tahu caranya tapi yang jelas kita harus fokus dengan ujian nasional bulan depan, jangan lupa hal itu guys! Aku pergi dlu ya" aku segera loncat dari rooftop menuju lantai dasar dengan santainya.
"Woi kita belum selesai bicara!" Teriak bila, "ada guru yang datang lho.. pergilah kalau tidak mau ketahuan" balasku sambil teriak wk.
Diva langsung menghilang dan Ajeng segera pergi dengan kekuatan tanahnya itu, "dasar orang aneh kau!" Bila tetap melanjutkan emosinya. "Siapa disana?!" Seru guru itu yang teriakannya sangat kencang, tapi syukurlah bila sudah pergi dari sana.
Aku yakin guru itu panik sekarang, "fia? Kamu disini sendirian dari tadi?" Seru brayn.
"Oh aku hanya berkeliling saja hehe, kamu sendiri?" Aku langsung balik menanyakannya agar dia tidak curiga. "Aku mencarimu dari tadi tapi untung lah bertemu disini" sial! Dia tampan sekali, "kenapa mencariku?" Tanyaku.
"Ah- itu aku" entah kenapa bila menyusul ku, "hei kita belum selesai bicara" ujarnya sambil berlari. "Sial! Ayo kita lari rayn" aku teleport bersamanya kearah taman sekolah, "kenapa kita kabur dari ketua osis smp sebelah?" Dia terlihat bingung.