webnovel

vampir bersayap

Alan memberinya sebuah pedang perak, "Gunakanlah, ini. Jika ada vampir yang mendekat, bunuh saja. Hati-hati, dengan cakar juga taring mereka!

"Jangan izinkan mereka menggigitmu," pesan Alan.

Nayla bingung harus berkata apalagi, baru kali ini ia merasakan sebuah ketegangan. Ia tidak menyangka hanya dirinyalah manusia yang berada di sana.

"Ya, Tuhan. Apa yang harus aku lakukan?" batinnya mulai kalut.

"Bersembunyilah! Jika kau takut, Nay," ucap Alan meninggalkannya.

"Baiklah, berhati-hatilah!" balas Nayla.

Berusaha untuk memberikan semangat kepada Alan. Walaupun ia sendiri membutuhkan semangat tersebut.

Ia tidak menyangka jika ia harus bertarung dengan vampir.

Alan berlari bagaikan hembusan angin yang menerpa, tidak berbekas hanya mampu dirasakan saja hadirnya.

Nayla berusaha untuk melihat sekeliling dapur, ia menemukan lemari di bawah meja bar di dapur dan di bawah wastafel.

Nayla berlari dan masuk bersembunyi di dalam lemari tersebut. Meringkuk dengan memeluk lutut dan pedang di genggamannya.

Di dalam ruangan sempit dan gelap, Nayla mulai herpikir banyak hal. Ia merasa bagaikan sesuatu yang menjadi beban untuk orang lain.

Selama ini, ia sangat mandiri dan mampu menjaga dirinya selama 3 tahun di perantauannya tanpa seorang keluarga pun.

Ia juga merasa menjadi beban bagi Alan dan keluarganya, "Baiklah, hati-hatilah! Aku harus kuat," cicit Nayla di dalam ketakutannya.

"Aku tidak akan menjadi beban untuk orang lain," batin Nayla.

Ia berusaha untuk menguatkan dirinya dan keberaniannya.

Ia berharap Alan datang menyelamatkannya kembali.

Ia mengira semua itu adanya hanyalah di film-film.

"Bagaimana ini? Apa benar vampir itu benar-benar ada?" batin Nayla bertanya.

Ia masih tidak mempercayai segalanya. Namun, semua itu nyata adanya. Ia menggenggam pedang perak yang diberikan oleh Alan.

Semua orang sudah bergerak ke depan, Nayla berniat membantu. Ia tidak bisa berdiam diri di dalam rumah bersembunyi di balik lemari.

"Bukankah vampir bisa mencium melalui pernapasan? Aku melihatnya di film-film vampir Cina?" batinnya.

Ia pun menahan napasnya, seketika kepalanya menjadi pusing. Ia merasa menjadi orang paling bodoh sedunia.

Ia berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya mengisi setiap sel saraf di otaknya yang sempat kosong.

Akibat napas yang ia tahan. Kini, ia merasa sangat bodoh dan tolol, "Bisa-bisa, aku mati bukan diserang vampir. Namun, karena kehabisan napas!" umpatnya kesal.

Ia berusaha untuk menguasai dirinya, ketakutan, dan segala rasa yang seketika datang menyerbunya.

Ia tidak menyangka akan bertemu dengan mantan tunangan nenek moyangnya. Ia benar-benar tidak habis pikir.

Nayla menajamkan indra pendengarannya ia hanya mendengarkan keributan dan adu senjata. Ia ingin keluar dari persembunyiannya.

Tekad dan rasa penasarannya lebih kuat dari apa pun. Ia mengendap-endap ingin keluar, ia keluar dari dalam lemari dapur di bawah wastafel dan menuju pintu depan.

***

Sementara di depan Alan dan keluarganya menghadapi vampir yang berhibernasi dengan sayap-sayap putih dan tubuh mengeringnya.

Para vampir berusaha untuk mengcengkram batu melemparkannya kepada Alan dan keluarganya.

Alan, Gwendolyn, Agatha, dan Andre langsung melesat menendang semua batu dan batang-batang kayu yang dicabut dan dilemparkan vampir.

Gwendolyn memanah seorang vampir perempuan yang sedang menukik ke arahnya, tetapi vampir tersebut dengan kecepatannya mengelak dari serangan anak panah yang hampir saja menbus dadanya.

Si vampir berang dengan menjerit nyaring, ia melesat ke arah Gwendolyn melesat secepat kilat ingin membunuh Gwendolyn.

Gwendolyn terkesiap ia berusaha untuk melesat secepatnya menghindari serangan vampir sebut.

Ia menarik busurnya dan menancapkan ke tubuh si vampir. Membuat kepulan asap dan jeritan melengking yang nyaring hilang tubuhnya raib tak tersisa.

Seorang vampir ingin menyerang Gwendolyn dari belakang tubuh dan dari depannya. Para vampir yang mengering tersebut begitu murkanya melihat Gwendolyn.

Ia berhasil membunuh sahabat mereka. Mereka berusaha untuk menyerang dan membunuh Gwendolyn.

Gwendolyn tersudut, ia melihat Andre, Alan, dan Agatha juga sedang bertempur dengan musuh mereka di sebelah kanan-kirinya.

Gwendolyn terjatuh terduduk, anak panahnya telah habis. Ia berusaha menggunakan telepati dan cakarnya. Namun, semua itu tidak membuahkah hasil, vampir yang berhibernasi lebih kuat dari vampir biasa.

Gwendolyn terjatuh saat 3 orang vampir merubunginya ingin mencabiknya, "Aaaa!" teriak Nayla.

Nayla berlari dengan menghunuskan pedangnya, menebas punggung vampir dengan beraninya dan berusaha untuk sekuat tenaga dengan ilmu beladiri yang ia miliki.

Gwendolyn terkesiap ia tidak menyangka jika Nayla begitu luar biasanya, berkelahi membunuh para vampir hibernasi tersebut.

Gwendolyn berusaha untuk melindungi Nayla dari cakaran dan gigitan vampir kering dan jelek. Keduanya tersenyum girang dan saling melagakan telapak tangan mereka.

Seakan mereka sedang memenangkan suatu permainan.

Alan terkesiap melihat kemampuan Nayla, ia tidak menyangka sebagai seorang manusia.

Nayla malah mampu menghalau vampir dengan kekuatan yang tersembunyi miliknya yang ia sendiri pun tidak menyadarinya selama ini.

Alan menghalau vampir dengan api dan cakarnya yang setajam silet. Ia juga menebaskan pedangnya ke arah beberapa vampir, membuat lengkingan dan jeritan aneh terdengar.

Andre dan Agatha berhasil melumpuhkan beberapa vampir, hingga sebuah terompet terdengar nyaring.

Membuat para vampir yang masih terbang di angkasa seperti burung melengking keras dengan suara uikan aneh, seakan menyahuti panggilan terompet tersebut.

Mereka benar-benar menyahuti terompet yang mengendalikan mereka. Gerombolan vampir burung tersebut melesat menembus malam menjauh dari rumah Thompson.

Fajar mulai menyingsing. Andre, Agatha, Gwendolyn memasuki rumah dengan bergandengan tangan. Mereka masih bersyukur mereka masih selamat.

Alan mendekati Nayla yang menyeka keringatnya. Alan melihat wajah Nayla yang begitu Cantiknya di dalam bias fajar.

Kemilau jingga fajar membias di rambutnya yang hitam legam, ia memandang wajah Amirah di sana.

Kini, Alan sadari wajah itu yang selama ini ia ingat adalah wajah mantan tunangannya.

Ia tahu, saat ia dan Amirah ditunangan. Mereka tidak saling mengenal dan tidak berbicara sama sekali.

Mereka hanya saling memandang dengan malu-malunya. Sebelum segalanya berubah, Alan pergi untuk tidak bisa kembali bersamanya lagi.

Alan melihat ia menikah dengan seorang pria keturunan ningrat. Ia melihat Amirah tersenyum di dalam balutan pakaian Adat Jawanya.

Alan hanya mampu melihat dari kejauhan, ia ingin ikhlas melepas kebahagiaan Amirah dengan pria tampan tersebut.

Kini, Alan tidak menyangka akan bertemu dengan keturunan Amirah. Ia memandang wajah Nayla, keduanya saling berpandangan dengan penuh perhatian.

Keduanya membuang pandangan mereka, sedikit rasa aneh dan menyentak di jantung di balik dada keduanya.

"Aku selalu terserang penyakit jantung. Bila berdekatan dengan Nayla," batin Alan, "aku rasa Nayla memiliki virus yang mengerikan dan mematikan kaum vampir," batin Alan.

Ia tidak menyadari jika semua itu adalah debaran cinta. Ia tidak pernah merasakan rasanya jatuh cinta. Sehingga ia tidak pernah tahu bagaimana rasanya jatuh cinta.