webnovel

Bab 2 "Pilihan Orang Tua"

Bab 2 "Pilihan Orang Tua"

Terdiam di dalam kamar, itulah yang saat ini dilakukan oleh Dita. Bahkan air matanya sudah habis karena terus saja menangis sejak tadi. Dita rasanya masih belum percaya bahwa hari yang dirinya tunggu tunggu ternyata hanya mimpi yang tidak pernah bisa terjadi.

Helaan napas berat terdengar sangat jelas, hari ini harusnya menjadi hari yang begitu spesial untuk Dita namun, hari ini hari paling buruk. Seminggu sudah Dita dan keluarganya menderita karena pembatalan pernikahan untuk kedua kalinya.

Hancur, kesal, marah, dan semua rasa sudah dirasakan oleh Dita. Gadis yang selalu dewasa dan ceria berubah menjadi pendiam dan tertutup. Kedua orang tuanya, tidak bisa berbuat apa-apa, Surya dan Sonya berulang kali mencoba untuk membuat Dita kembali menjadi seperti sebelumnya namun, tetap saja sama.

"Pa … Mama takut Dita berbuat yang tidak baik," ucap Sonya. Surya yang sedang menikmati kopinya melotot dengan sangat tajam ke arah sang istri.

"Mama bicara apa sih. Dita tidak akan pernah mungkin melakukan hal seperti itu, sudah biarkan saja dulu. Saat ini, Dita butuh waktu untuk berpikir," balas Surya. Pria itu sudah berulang kali, mengatakan kepada istrinya untuk tidak berpikir yang buruk buruk terhadap sang anak, karena Surya sangat yakin bahwa Dita tidak mungkin melakukan hal tersebut.

Anak gadisnya itu memiliki pemikiran yang luar biasa, pemikiran yang sangat dewasa dan tidak akan mungkin Dita berpikir sedangkan itu, sedangkan Sonya sebagai seorang ibu sangat takut sesuatu hal yang buruk terjadi pada anaknya.

Sebagai seorang ibu wajar jika Sonya takut sesuatu hal terjadi pada anaknya namun, Sonya seolah lupa jika darah Surya sang suami juga mengalir di dalam tubuh Dita. Darah seseorang yang tidak akan pernah menyerah atau mengeluh.

Dita melakukan hal seperti ini, hanya sebagai balasan mengenai kesalahan yang dirinya ambil.

Setelah selesai sarapan pagi, Sonya langsung menuju ke lantai atas dimana kamar sang anak berada. Wanita itu membawakan sepiring nasi goreng kesukaan sang anak.

"Sayang … mama masuk ya, Nak." Sonya lalu membuka pintu kamar sang anak, dalam benak Sonya saat ini adalah bahwa Dita masih berada di atas tempat tidur bergulung dengan selimutnya.

Namun, ternyata hal itu salah saat ini Dita sudah terlihat sangat rapi dengan pakaian kerja berwarna Navy yang begitu pas digunakan.

"Sayang!!" panggil Sonya. Dita lalu menoleh ke arah belakang, menatap ke arah sang Mama dengan senyuman yang begitu mengembang.

Melihat hal itu membuat Sonya tertegun, sungguh anaknya sudah tidak bersedih lagi, sudah terlihat dengan sangat jelas senyuman yang begitu indah di wajah Dita saat ini, dan hal itu membuat Sonya begitu senang.

"Kamu sudah rapi, mau kemana, Sayang?" tanya Sonya.

"Aku harus ke kantor Ma. Sudah seminggu dan pasti kerjaan sudah semakin menumpuk," jawab Dita.

"Kamu yakin?" tanya Sonya lagi. Wanita itu bukan tidak percaya dengan kemampuan sang anak hanya saja, sebagai seorang ibu rasa khawatir di dalam diri Sonya begitu besar.

"Yakin dong, kalau aku terus di dalam kamar, semua tidak akan pernah selesai Ma."

Sonya tertegun mendengar ucapan yang dilontarkan oleh anaknya tersebut namun, dengan segera Sonya tersenyum ke arah DIta dengan senyuman yang begitu lebar. "Kalau itu yang sudah kamu putuskan, Mama akan selalu mendukung kamu," ucap Sonya. Dita tersenyum ke arah sang mama lalu memeluk erat wanita yang sudah melahirkan dirinya itu dengan penuh kasih sayang.

"Ya sudah sekarang kamu makan dulu sarapannya, baru pergi kerja," ucap Sonya. Dita menganggukkan kepala, lalu keduanya duduk di sofa yang ada di dalam kamar Dita. Tidak membutuhkan begitu banyak waktu untuk Dita menghabiskan makanannya. Setelah selesai dengan makanannya, Dita dan juga Sonya lalu turun ke lantai bawah.

"Kamu hati hati di jalan, pokoknya kalau memang ada sesuatu bilang sama Mama, jangan kamu pendam sendirian, Mama dan papa akan selalu ada untuk kamu," ucap Sonya.

"Mama tenang saja, aku bisa jaga diri kok. Semua sudah berlalu, saat ini adalah waktunya untuk membuka lembaran baru," jawab Dita.

Sonya tersenyum begitu tulus, wanita itu menganggukkan kepalanya. Dita lalu pamit untuk pergi ke kantor, mobil yang dikendarai oleh Dita sudah keluar dari dalam rumah. Sonya masih setia berdiri di sana, hingga mobil tersebut tidak terlihat olehnya lagi.

"Bahagia selalu sayang. Mama dan papa akan selalu ada di samping kamu."

***

Di lain tempat seorang pria sedang menatap tajam ke arah lawan bicaranya, terlihat sangat jelas bahwa pembicaraan ini begitu mengerikan.

"Papi nggak mau tahu, kamu haru segera menikah dengan pilihan orang tua. Jangan jadi anak membangkang Malik!!" Ucapan dengan nada tinggi itu membuat pria yang bernama Malik Tyaga Anugerah, menatap ke arah sang papi dengan begitu tidak suka.

"Aku nggak setuju!!" jawabnya.

"Di sini, Papi tidak meminta persetujuan dari kamu. Mau tidak mau kamu harus menerima pernikahan ini, Papi akan menjodohkan kami dengan anak rekan Papi. Yang sudah jelas asal usulnya, anaknya baik dan yang jelas dari keluarga yang baik baik," lanjut Lukman. Pria yang sudah berusia 55 tahun itu, menatap dengan sangat tajam ke arah sang anak. Lukman sudah lelah dengan drama percintaan yang dilakukan oleh sang anak. Hanya karena seorang wanita yang tidak baik, merubah sikap dan tingkah laku sang anak.

"Kamu mau terima perjodohan ini atau kamu keluar dari rumah Papi!!"

"Papi!!" Teriakan itu keluar dari mulut seorang wanita cantik yang baru saja akan duduk di antara mereka berdua. Wanita itu adalah Luna ibu Malik dan juga istri Lukman lebih tepatnya ibu sambung bagi Malik.

Pernikahan kedua sang papi lah yang memicu hubungan ayah dan anak itu tidak berjalan dengan baik. Malik tidak suka posisi mendiang sang mami digantikan dengan wanita lain, padahal Luna begitu mencintai Malik seperti anaknya sendiri.

"Papi tidak boleh berkata seperti itu," ucap Luna.

"Biarkan saja Ma. Biarkan dia berpikir, selalu saja membangkang mau jadi apa dia diluar sana."

"Mama mengerti Pi. Tapi Malik pasti ada alasannya. Papi nggak boleh seperti ini, Mama sudah bilang kita harus membicarakan semuanya dengan baik baik. Jangan memaksakan kehendak kita, Mama tahu apa yang menjadi niat Papi baik, tapi Malik juga harus memilih," ujar Luna.

"Nggak usah sok membela di sini, gue nggak butuh pembelaan dari mulut kotor Lo," ucap Malik lalu pergi dari tempat tersebut. Lukman ingin memanggil sang anak namun, Luna melarangnya. Wanita itu tidak ingin hubungan sang suami dan anak sambungnya semakin memburuk.

"Kamu lihat anak yang kamu bela, malahan berkata kurang ajar sama kamu. Lihat dia, tidak pernah menghargai kamu." Lukman tidak pernah habis pikir dengan sang istri yang selalu mendapatkan bentak bahkan penolakan yang sangat jelas oleh Malik. Tapi tetap mencintai dan menyayangi Malik dengan begitu besar.

"Mau seperti apa Malik, dia anak aku Mas. Kamu jangan selalu emosi bicara dengan dia, anak laki-laki jika diajak bicara dengan nada tinggi akan terus berontak."

Lukman menatap ke arah sang istri, tidak salah mendiang istri pertamanya meminta dirinya menikah Luna yang memang memiliki hati bak seorang malaikat. Lukman sangat tahu bagaimana tingkah laku Malik kepada istrinya itu.

"Kamu memang ibu yang luar biasa baik."

###

Selamat membaca dan terima kasih.