webnovel

The Kingdom of NETERLIANDIS

NETERLIANDIS sebuah kerajaan yang melibatkan bentuk mata dan fantalis sihir dalam penentuan kasta dari takdir seseorang. Hingga pada suatu ketika, lahirlah seorang bayi yang akan merangkai takdirnya sendiri. Seorang bayi pemilik fantalis berbeda yang akan mencoba menciptakan perubahan di kerajaan Neterliandis. Percintaan, pemberontak, penghianatan serta ribuan rahasia akan terungkap dalam perjalanannya membentuk keadilan. Akankah keadilan benar-benar tercipta di tangan seorang bayi yang akan menjadi dewasa nantinya? Atau malah kehancuran yang akan di dapat oleh kerajaan Neterliandis. Note: Cerita ini belum direvisi, bisakah kalian membantu saya untuk mencari paragraf yang mana typo dan sebagainya dalam cerita ini? jika iya kalian hanya perlu memberi komentar pada paragraf yang sebaiknya perlu saya revisi. 07 Oktober 2021

Aksara_Gelap · Fantasy
Not enough ratings
40 Chs

Maafkan Saya

"Liliana dimana kamu, tolong jawab Liliana!! Saya tidak bisa melanjutkan kehidupan ini tanpa kamu, jawab saya Liliana!!"

Suara serak dari Pangeran Antoni akibat tangis yang tak henti-hentinya dari tadi, bergema di dalam puncak gunung Negalitipus. Suara Pangeran Antoni seperti auman singa jika terdengar dari luar, membuat penduduk di sekitar lereng gunung ketakutan karena berpikir leluhur mereka sudah benar-benar mengamuk.

Air mata Pangeran Antoni semakin deras mengalir ketika melihat kerangka wanita yang mengambang di atas magma yang panas.

Pangeran Antoni mencoba mendeteksi pikiran dari kerangka wanita itu, untuk mengetahui apakah itu Putri Liliana atau bukan. Sihirnya menembus alam bawa sadar kerangka wanita itu, 15 menit sebelum kematiannya.

------

"Siap anda? Mengapa anda lakukan ini pada saya? Tolong lepaskan saya!!!"

"Diamlah gadis bodoh."

Suaranya seperti seorang lelaki? Siapa dia mengapa dia ingin membunuh saya? Bagaimana cara agar bisa lepas dari sini, ikatan ditangan saya kuat sekali. Dan lagi dengan mata tertutup ini saya tidak bisa dengan jelas tempat saya berada sekarang.

"Kita sudah sampai gadis bodoh, hiduplah udara dari hawa panas gunung Negalitipus yang akan menjadi makam kamu ini. Saya beri 10 menit untuk menghirup aroma dari makam kamu."

"Sebelum saya mati tolong jawab saya, siapa kamu dan menganggap kamu ingin membunuh saya?"

Apa yang dia lakukan? Ah, akhirnya dia membuka penutup mata saya. Tunggu saya dia siapa, Bayan sang pembunuh paling terkenal kejam di Neterliandis, pasti ada dalang dibalik ini.

"Baiklah saya akan memberi tahu siapa yang memerintahkan saya untuk menghabisi nyawa kamu agar kamu bisa mati tidak penasaran. Orang yang membayar saya adalah Perdana Menteri Suliam, apa kamu mau tahu juga alasannya mengapa ingin membunuh kamu? Dengan senang hati saya bisa mengatakannya."

"A...apa alasannya? Katakan pada saya!!"

"Karena kamu terlalu ikut campur dalam urusannya dan Pangeran Antoni. Kamu terlalu banyak tahu tentang rencananya, bisa-bisanya nanti kamu membongkarnya jika tidak segera dihabisi. Cukup sederhana bukan? Hahahh, kenapa hati saya senang jika melihat kamu masuk dan terbakar dalam magma itu hidup-hidup, agar kamu bisa merasakan kenikmatan panas itu mengoyak daging kamu. Hahahh... Ehm, 3 menit lagi waktumu."

Sepertinya tidak ada harapan lagi untuk selamat. Antoni maafkan saya, sepertinya saya tidak bisa menjaga janji untuk selalu bersama melihat gugusan bintang di atas bukit Istana, karena saya akan menjadi bintang yang akan kau pandang. Sepertinya mitos gugus bintang Triangulum yang saya lihat kemarin benar, ada orang ketiga yang menghancurkan hubungan kita. Orang ketiga itu bukan Dinata atau wanita lain, melainkan ayahmu sendiri Antoni. Ah, saya tidak pernah berpikir akan mati seperti ini.

"Tet... hahaha, waktu bernapasnya selesai gadis cantik."

Kenapa dia semakin mendekat, saya harus mundur. Ctrak... Husss, ah selpihan batunya langsung hangus terbakar dalam magma. Saya tidak bisa mundur lagi, ini sudah diujung tebing yang dibawahnya ada magma yang mendidih.

Gretak...

ARGHhhh...

Dalam hitungan detik lagi tubuh saya akan sampai dalam magma ini, hawa panasnya sudah benar-benar terasa. Arhgg, sakit sekali, panas... Antoniii...

--------

"Aaahhhhhhh, ternyata benar itu kamu Liliana. Maafkan saya mempercayai ucapan kamu, maafkan saya telah meninggalkan kamu di bukit kemarin. Maafkan saya, Liliana saya bodoh, bodoh," ucap Pangeran Antoni yang terus berjalan ke arah tebing yang merupakan tempat Liliana jatuh tadi.

Jika saya tidak bisa melihat bintang bersama kamu lagi di dunia ini, lebih baik kita bersama-sama menjadi bintang di langit itu. Selamat tinggal, Ayah. Selamat tinggal, Dinata terima kasih telah menjadi teman terbaik bagi saya, terima kasih telah mengajarkan ketulusan dalam hidup saya.