webnovel

BLACK DIAMOND CARD

"Ayo, tunggu apa lagi? Ambilah kartu Black Diamondmu di dalam brankas itu," titah Kevin yang sudah tidak sabar mempermalukan Joe.

Kenapa informasinya tidak lengkap? Ceasar tidak mengatakan kalau brankasnya dilapisi pelindung kaca seperti ini. Apa konfigurasi keamanannya menggunakan pindai jariku juga?

Joe sudah berpikir kalau sepertinya kotak yang melindungi brankas itu memiliki akses lain. Sementara dirinya hanya punya satu akses. Sungguh, Kevin akan menang telak di sini.

Dengan terpaksa, Joe pun mencobanya. Dia mendekati kotak kaca yang bahkan diledakan dengan daya ledak yang bisa menghancurkan satu gedung pun, rasanya kaca itu hanya retak retak saja, belum tentu pecah semua.

Begitu Joe berhadapan dengan kotak itu, hati Joe miris ketika mendapatkan kode aksesnya bukan menggunakan pindai jari melainkan sesuatu yang lain.

Di sini, Kevin sudah mulai mendengkus ringan hingga akhirnya dia terbahak. Sungguh, hiburan menyenangkan baginya.

"Benar juga! Dia cuma penipu!" Umpat salah satu nasabah yang ikut menyaksikan.

"Buang buang waktuku saja!"

"Dasar penipu! Bisa bisanya kau mengaku ngaku pemilik black diamond. Membukanya saja kau bingung!"

"Hei anak muda! Kau pikir kotak itu digembok dengan kunci murahan seperti di rumahmu, hah?"

"Kurang kerjaan! Kau membuatku harus mengulang antrian saja!"

Begitu banyak ocehan dari nasabah kelas bawah yang kecewa. Sebagian mereka memilih untuk meninggalkan ruangan khusus ini. Namun masih ada nasabah lain yang masih setia untuk membully Joe dengan berdiam diri di belakang Kevin.

"Bagaimana? Apa kau bisa membukanya?" Cibir Kevin.

"Dasar bodoh! Cepat lakukan! Jangan diam saja!" Seru nasabah. Kemudian dia tergelak sampai urat lehernya nampak mengencang.

Merasa berhasil mempedaya Joe, Kevin pun dapat tertawa lepas.

Ceasar! Kenapa kau tidak mengatakan kalau brankas ini dilindungi material lain? Bodohnya! Kau sudah membuatku malu! Batin Joe.

Sukses. Kevin sampai terpingkal pingkal bersama beberapa nasabah yang melihat kebingungan Joe.

"Bagaimana, apa kau sudah puas berangan angan menjadi orang kaya, hah, Joe!"

Sementara, Jack Palm baru saja mengantar nyonya Kim sampai di pintu lobby. Bagaimanapun juga si wanita tua itu sangat disegani Jack Palm karena kemurahan hatinya yang selalu menyumbangkan dana tidak sedikit kepada panti asuhan. Di situlah Jack Palm kagum dan sangat menghormatinya. Hanya nyonya Kim yang diperlakukan istimewa seperti ini oleh dirinya. Nasabah yang lainnya tidak ada. Padahal, nyonya Kim hanya nasabah prioritas kelas satu, masih di bawah nasabah Silver yang berada satu level di atasnya.

Begitu selesai mengantar, Jack Palm melewati meja Kelie. Dia heran mendapatkam wajah Kelie pucat seperti kurang makan. Dia penasaran ingin tahu.

"Kelie, apa kau sakit?"

Sungguh gugup Kelie mendapatkan direktur utama bank X berdiri dihadapannya. Dia terbayang bayang resiko besar menanti didepan mata akibat sudah lancang memberikan akses ke Kevin untuk ke ruangan khusus. Ya walaupun Kevin atasannya, tetap saja Kelie ikut bertanggung jawab karena dia juga terlibat.

"Umm, ti ... tidak tuan," jawabnya gugup.

Jack Palm bukan orang bodoh. Dia tahu betul kalau Kelie sedang menutupi sesuatu.

"Kalau urusan pribadi, itu hakmu untuk tidak mengatakannya padaku. Tapi kau tau resikonya kalau sampai kau menutupi sesuatu yang menyangkut pekerjaanmu, bukan?" Kata kata Jack Palm begitu halus, namun jelas dan tegas pemahamannya.

Semakin panik Kelie. Apalagi Jack Palm begitu serius menatapnya.

Kelie meremas tangan. Nampak sekali kalau dia ketakutan.

"Waktuku tidak banyak, Kelie. Apa ada yang ingin kau sampaikan?" Pada saat mengatakan ini, sorot mata Jack Palm memebelah tajam wajah Kelie.

"Maafkan aku tuan Jack. Aku baru saja memberi berkas ijin untuk tuan Kevin ke ruangan khusus," ujar Kelie.

Seketika saja wajah Jack Palm berubah rona. "Ruangan khusus yang mana?" Tanyanya, masih bernada datar. Mungkin ruangan khusus prioritas kelas satu atau Silver. Tapi kalau pun iya, kenapa Kelie terlihat gelisah? Bukankah itu sudah biasa dia kerjakan?

"Brankas Black Diamond, tuan."

Di titik ini barulah dua bola mata Jack Palm membulat sempurna.

"Bodoh! Kau tau apa yang kau lakukan?" Bersamaan dengan dia membentak Kelie, Jack Palm menggebrak meja. Dia beranggapan kalau Kelie sudah sangat ceroboh melakukan hal yang keliru.

Tentu saja Jack Palm emosi. Karena sejatinya brankas Black Diamond hanya milik satu orang. Dan hanya melalui dirinya lah yang bisa mengantarkan nasabah itu keruangan. Karena juga hanya dia yang tau siapa pemiliknya.

Jack Palm beranggapan kalau ini ada sindikat. Kalau bukan karyawannya yang bermain nakal, tentu ada nasabah penipu yang mengaku ngaku pemilik brankas itu. Tapi kekhawatirannya sedikit meredam setelah dia menyadari brankas itu tidak bisa dibuka kalau bukan pemliknya sendiri yang melakukannya.

"Kau tau kalau brankas itu milik seseorang dan bukan sembarang nasabah!" Bentaknya.

Kelie mengangguk cepat sambil menunuduk. Dia tidak berani menatap wajah Jack Palm secara langsung.

"Maafkan saya tuan. Tapi tuan Kevin yang memaksa saya untuk melakukannya."

Tidak banyak berkata lagi, Jack Palm sudah sangat gondok dengan keteledoran karyawannya.

"Kau ikut denganku!"

Gegas, Kelie pun keluar dari kandangnya.

"Kalau terjadi apa apa di dalam sana, detik ini juga kau angkut barang barangmu!" Sambil berjalan cepat menuju ruangan khusus, Jack Palm mengatakan ini. Sementara Kelie sudah keringat dingin.

Sedangkan Joe masih dalam bulan bulanan Kevin. Sialnya, dia tidak bisa menghubungi siapapun lantaran Joe sudah terlalu buru buru memusnahkan ponselnya yang khawatir diretas oknum tertentu. Dia sudah sangat yakin kalau urusan ini akan mudah. Tapi ternyata, dia harus berhadapan dengan Kevin si pengacau itu.

"So, apa yang akan kau lakukan sekarang, gembel!" Ucap Joe sambil melipat kedua tanganya di atas dada. Berdiri tegak dengan gaya angkuh.

"Bagaimana kalau aku akan membuatmu merengek kembali kepada ayahmu untuk menolongmu kembali bekerja di sini setelah kau dipecat! Sepertinya aku masih ingat betul bagaimana rengekanmu yang seperti anak bayi pada saat merongrong papamu untuk menolongmu bekerja di sini," sahut Joe.

Mendidih lah darah Kevin. Joe sudah mengungkit masa lalunya dan itu membuat Kevin malu sejadi jadinya.

"Keparat!"

"Hentikan!"

Suara Jack Palm membuat tangan Joe tertahan di udara. Rupanya, bertepatan dengan Joe membalas perkataan Kevin, dia sudah melihat Jack Palm sedang berjalan menuju ruangan khusus ini.

Emosi sudah memuncak, kebetulan Jack Palm datang, Kevin semakin merasa di atas angin. Tentu saja dia tidak akan membiarkan Joe pulang dalam keadaan tenang tenang begini.

"Sepertinya anda datang tepat waktu, tuan Jack. Aku baru saja mendapatkan penipu yang mengaku ngaku pemilik Black Diamond," fitnahnya.

Kevin tidak tanggung tanggung. Dia sudah merencakanan untuk mengirim Joe ke penjara atas tuduhan penipuan untuk menutupi kesalahannya. Sungguh, sangat kebetulan sekali kalau saat ini Joe seperti tertangkap basah karena berusaha menipu bank X dengan mengaku ngaku kalau dialah pemilik Black Diamond.