5 PERTENGKARAN SAUDARA

Sekitar 2 jam-an aku keluar bersama Angel. Setelah ku antar Angel pulang, aku kembali ke bengkel berharap makanannya sudah di makan Rain. Belakangan ini tingkah Rain membuat ku kesal. Tapi harus bagaimana lagi, aku yang membuatnya manja seperti itu. Meskipun sikapnya menjengkelkan, jujur aku sangat sayang padanya dan tak mau kehilangannya. Akhirnya aku pun sampai di bengkel. Aku melihat banyak pelanggan kami yang antri. Aku bergegas turun dari mobil.

Saat aku membuka jaket, aku melihat nasi yang tadi ku beli masih utuh tak di sentuh oleh Rain. Amarah ku mulai naik dan melihat ke arah Rain. Dia tetap saja melakukan pekerjaan tanpa memikirkan perutnya.

Aku langsung menghampiri Rain mengambil alih kerjaannya. "Lu makan dulu sana, biar ini gua yang kerjain."

"Minggir sana ah...,! Ketus Rain mendorongku hingga aku bergerak mundur ke belakang.

Aku berusaha menahan emosiku melihat tingkahnya. "Gua bilang makan dulu, biar ini gua yang kerjain. Lu gak dengar?" Teriakku.

Para pelangganku jadi ketakutan melihat aku marah pada Ray. Semua mata melotot memandangiku. Sebenarnya aku malu, berantem di depan umum dengan adikku lagi. Tapi Tingkah Rain bikin aku kesal. Ntar kalau dia sakit aku juga yang repot.

"Maaf ya Kakak-kakak, Ibu, Pak. Adik saya mau makan dulu. Biar saya yang mengerjakan kendaraan kalian. Sabar ya!"

Aku menarik tangan Rain ke meja yang ada dekat kasir. Rain memberontak dan berteriak kepadaku.

"Lepaskan gua! Apa yang kau lakukan?" Teriak Rain.

"Makan dulu lu sana, habis makan nanti kerja lagi." Bentakku sambil membuka nasi bungkus dan menaruh di hadapan Rain.

Rain langsung mengibaskan tangannya hingga nasi tersebut jatuh berserakan kemana-mana. Kemarahanku jadi memuncak, Tanpa sadar aku menampar Rain. Rain terlihat kesakitan setelah ku tampar keras. Wajahnya yang putih seketika merah bekas tamparanku.

Para pelangganku yang sedang antri langsung pergi mengambil kendaraan mereka. Sedangkan pelanggan yang motor nya sedang di kerjakan pamit mau beli makan dulu.

Aku tak bisa mengontrol emosiku melihat kelakuan Rain yang makin hari membuatku kesal.

"Terserah lu mau makan atau tidak. Gua pergi dulu menenangkan diri. Ntah balik atau tidak gua gak tau." Ketusku meninggalkan bengkel, Rain langsung menatapku dengan mata yang berkaca-kaca. Aku tak peduli, tetap terus melangkah keluar dari bengkel lalu naik ke mobil meninggalkan Rain.

Aku lihat tatapan Rain saat aku mau pergi. Dia seolah tak mau jika aku meninggalkannya, tapi dia tidak berani mengucapkan hal tersebut dan tidak mau menahanku. Dia terlalu egois pada pendiriannya. Apa pun harus di turutin, kalau tidak dia akan ngambek. Kapan dirimu akan dewasa Rain.

Mungkin aku akan pergi ke rumah Alex untuk menenangkan pikiranku. Ya, cuma dia teman dekatku sejak SMA. Dia pun kenal dengan Angel, karena awalnya kami bertiga adalah teman dekat. Aku menelpon Alex mengajaknya keluar untuk ngopi atau minum sesuatu.

.......…........

Kopi yang ku pesan sudah datang dan berada di hadapanku. Mungkin juga sekarang sudah dingin. Sudah setengah jam aku menunggu kedatangan Alex. Sampai saat ini tak juga muncul.

Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku. Aku melihat ke belakang dan si jam karet baru nongol. Ya, dia adalah Alex teman dekatku sejak SMA. Sifat nya yang suka telat memang gak berubah. Jangankan janji dengan teman, janji dengan pacarnya pun kadang lupa sampai-sampai pacarnya sudah lama menunggunya. Apalagi sekolah tiap hari telat sampai guru selalu marah padanya.

"Sudah lama lu nunggu Dit?" Tanya Alex seperti tak berdosa.

"Ohh... gak lama kok, baru 1 jam." Sahutku kesal.

"Bohong aja lu, kita telponan aja baru setengah jam lebih." Seru Alex bikin kesal.

"Ya..., ya. memang dari dulu lu tukang telat." Ejekku sambil memanggil pelayan cafe."

Aku memesankan minum untuk Alex. Sekitar 2 bulan juga kami tidak pernah bertemu karena kesibukan masing-masing. Aku sibuk dengan bengkelku, sedangkan Alex sibuk dengan kuliahnya.

Padahal dulu sering sekali kami main bareng-bareng. Bahkan Rain pun juga dekat dengan Alex.

"Oh ya, gimana kabar adik lu?" Tanya Alex.

"Itulah yang mau gua ceritakan." Jawabku menghela nafas panjang.

"Lho..., lu ada masalah? Apa lu berantem dengan Rain?" Tanya Alex penasaran. Karena sebelumnya dia tidak pernah melihat kami bertengkar.

"Begitu lah Lex, Makin dewasa pikirannya bukan semakin bertambah malah lebih manja dari sebelumnya. Bentar-bentar ngambek, pusing gua!" Seruku mengeluh soal Rain.

"Yah..., namanya juga remaja yang beranjak dewasa. Lagi puber dia itu, makanya lebih manja. Lu cariin cewek buat dia."

"Cewek? Itu juga yang gua bingung. Waktu lu sering ke rumah, lu kan dekat dengan Rain. Lu lihat ada tanda-tanda aneh atau kelakuannya yang aneh gak?" Tanyaku seraya mengambil minuman Alex yang baru saja diantar. "Minum dulu Lex."

"Kelakuan yang aneh? Maksud lu apa, gua gak ngerti." Tanya Alex kebingungan.

"Yaaah, seperti...." Aku menempelkan jari-jari tangan kanan dan kiriku seperti berciuman.

"Maksud lu, gua ama Rain gituan?" Teriak Alex terkejut. "Gila lu, gua masih normal kali."

"Sssttt pelan-pelan lu ngomong." Ketusku kesal.

"Ya lu ngomong yang aneh-aneh aja." Seru Alex

"Gimana ya, sekarang tingkahnya begitu aneh. Aku gak boleh pergi darinya, harus selalu di samping dia. Terus kalau gak ku masakin dia gak mau makan. Yang bikin aku kesalnya lagi, masa dia minta mandi bareng?" Jelasku.

"Ya biasa kan, lu kan saudara jadi biasa aja kalau kalian mandi bareng. Lagian pun kalian sama-sama cowok."

"Iya gua tau, tapi malah dia pegang burungku!"

"Apa burungmu?" Teriak Alex.

"Sstttt gila lu, jangan ngomong keras-keras napa? Lihat semua orang lihatin kita." Ketusku kesal.

"Yee... apa peduli mereka. Mereka kan gak kenal sama kita, ngapain malu." Jawab Alex dengan santainya.

" Ya ini masalah gua, bukan masalah lu. Makanya lu gak malu. Gua yang malu." Ketus ku marah.

"Tapi aneh juga kalau Rain memegang burungmu ketika kalian mandi hahahhah."

"Malah ketawa lu, pokoknya hari ini gua mau nginap di rumah lu."

"Silahkan, pintu rumah gua selalu terbuka untuk lu. Tapi, apa nanti lu gak kecarian Rain?"

"Biarkan saja dulu dia belajar hidup mandiri. Yang ada nanti dia lebih manja jika gua terus yang minta maaf."

"Ya udah terserah lu, terus hubungan lu sama Angel gimana?"

"Baik-baik saja, malahan pagi tadi dia datang ke bengkel. Dia juga tau kalau gua lagi ada masalah sama Rain."

"Drama kali hidup lu ya, kayak film korea Hahahhaha...!" Seru Alex mengejekku.

"Apaan sih lu." Ketusku sambil menghabiskan minumanku.

Setelah minuman kami habis, aku pun pergi ke rumah Alex. Rumahnya cukup besar karena dia anak orang kaya. Kami berdua langsung masuk menuju kamarnya di lantai 2. Ayah Alex kerja, yang ada di rumah cuma Ibu dan pembantunya.

Sudah lama juga aku tidak ke rumah Alex. Terakhir aku dan Angel main ke rumah ini saat lulus SMA. Tak banyak berubah, hanya saja cat kamar alex sekarang di ganti warna hijau yang sebelumnya bewarna krem.

Aku langsung berbaring di kasur empuknya Alex sambil mengeluarkan HP dari kantong celana. Aku memberi tahu Angel, untuk sementara aku nginap di rumah Alex. Angel pun bertanya kenapa, tapi aku tidak memberitahu pertengkaran ku dengan Rain. Aku juga tak mau Angel khawatir dengan masalahku dengan Rain. Jadi untuk sementara ini aku menjawab ada urusan penting dengan Alex.

Untunglah Angel tidak banyak bertanya. Dia adalah pacarku yang sangat pengertian. Bahagia aku bisa memilikinya. Dia tidak banyak tingkah dan menerimaku apa adanya, meskipun aku hanya kerja di bengkel.

Tiba-tiba saat memikirkan Angel, aku teringat Rain. Menyesal aku telah menamparnya. Aku hanya khawatir tentang kesehatannya. Apakah dia sudah makan atau belum. Ahhh, semua membuatku pusing, untuk sementara biarlah dia sendiri dulu.

avataravatar
Next chapter