webnovel

Chapter 77 (The Worked Hard)

Terdengar pintu terketuk di Villa Neko pada tengah malam.

Neko yang terbaring di sofa dan terlihat menutup mata di ruangan yang gelap itu, menjadi membuka mata perlahan dan seketika di antara gelapnya ruangan, matanya bercahaya merah.

Ia bangun duduk mendengar suara ketukan pintu.

Di luar, Kim terus mengetuk pintu. "Nona Akai.... Kenapa anda tidak membuka pintu..." Kim tampak menunggu lama, dia menatap kode pintu itu. "Ha... Anda bahkan tak memberitahu kode ini, makanya aku harus menunggu anda membuka dari dalam"

Untung nya Neko membukanya. ". . . Masuk saja" Kata Neko.

Lalu Kim berjalan masuk dan melihat sekitar yang gelap.

"Nona Akai, apa ini baik baik saja aku datang hari ini?"

"Hm.... Letakan mochinya di lemari es" Kata Neko.

Lalu Kim meletakan dua kotak mochi besar di lemari es lalu melihat kembali ke Neko.

"Kau ingin pergi lagi atau bagaimana?" Neko menatap.

". . . Aku tadi.... Sebenarnya, ada sedikit masalah tadi..." Kata Kim.

"Apa maksud mu?" Neko terdiam bingung.

--

Sebelumnya, Kim dan Matthew masih ada di museum. "Tuan Matthew.... Apa anda kenal dengan yang bernama Neko?" Kim menatap serius.

Matthew agak membuang wajah nya dengan ekpresi yang begitu sedih. Jadi di sini sudah jelas, Matthew sama sekali tidak berubah, dia masih memakai ekspresi wajahnya dulu, mungkin dalam artian masih memikirkan Neko membuat Ekspresi harus sama ketika membahas soal Neko.

"Bagaimana jika aku memberitahu anda sesuatu, tapi... Tolong rahasiakan ini pada Tuan Beum" Tatap Kim.

Matthew kembali terdiam. "Apa yang ingin kau beritahu dulu"

"Aku memberitahu mu sudah termasuk rahasia yang tak boleh di dengar oleh Tuan Beum"

". . . Baiklah" Matthew menyetujuinya.

Kim kembali terdiam, dia melihat sekitar memastikan tak ada orang lalu mengatakan sesuatu. "Aku bukan asisten Tuan Beum, melainkan asisten dari Nona Neko" Kata Kim.

Seketika wajah Matthew terkejut, dia membuka mata lebar dan tak percaya. "Apa bukti mu tahu hubungan ku dengan Neko? Tak seorang pun tahu hubungan kami yang begitu aneh"

". . . Kalung" Kim menatap leher Matthew, rupanya Matthew terlihat memakai kalung.

Matthew tambah terkejut memegang bawah lehernya. "Kau.... Kalung ini?"

"Ya, kalung yang di pakai Nona Neko, berwarna hijau kristal dan kalung yang anda pakai, merah kristal, sama seperti warna mata kalian berdua" Kata Kim.

". . . (Apakah dia memang benar benar asisten Neko....) Kalau begitu bisa beritahu aku dimana dia sekarang?" Matthew bertanya dengan agak panik dan tidak sabaran.

". . . Tidak semudah itu Tuan Matthew, sebelumnya, bisa beritahu aku kenapa kau meninggalkan nya waktu dia pergi?" Kim menatap tajam.

". .  . Itu... Apa maksud mu, aku tidak meninggalkan nya... Aku... Aku mengunjungi teman ku yang ada di desa Jeongju" Kata Matthew. Seketika Kim terkejut. "(Itu adalah desa yang di kunjungi Nona Akai sekarang... Jangan jangan ini semua kesalahan pahaman...)"

"Setelah aku mengunjungi nya, aku kembali lagi ke kota, tapi.... Aku malah tertangkap kakak ku sendiri yang memegang organisasi sindikat yang bahkan itu milik Neko sendiri... Aku sudah tahu Neko berada di organisasi dari dulu, tapi aku bertanya tanya kenapa kakak ku yang memegang nya, dia bilang orang yang memegang jabatan nya saat ini, yakni Neko, telah mati di Seoul tempatnya dia berpamitan padaku untuk ke sana, aku tak tahu harus berpikir apa... Aku memang setengah percaya padanya, tapi mau bagaimana lagi, dia memaksaku untuk ikut dia dalam bisnis nya, dia bilang, marga Jyoun harus kembali hidup lagi" Kata Matthew.

Kim terdiam. "(Rupanya benar, Tuan Matthew tidak ada maksud meninggalkan Nona Neko....)" Kim terdiam mengerti.

Matthew lalu melihat sekitar dan mengambil sesuatu dari belakang lehernya, rupanya dia melepas kalung yang ia pakai.

Rupanya benar, itu kalung liontin setengah hati berwarna merah kristal.

Dia mengulurkan nya pada Kim. "Berikan ini padanya jika kau masih bersama nya, aku ingin melihat nya sekali lagi tak peduli dia mengatakan ku apa dan tak peduli wajah apa yang ku pasang padanya nanti... Aku selalu memikirkan nya" Kata Matthew.

Kim masih terdiam, dia lalu mengambil kalung itu dan menatapnya di telapak tangan nya.

". . . Jika dia sudah membenci ku... Ini tak apa... Tapi paling tidak, kau harus mengatakan semuanya, tanpa terkecuali" Kata Matthew sekali lagi.

"(Aku tak tahu, ini situasi apa.... Selama 2 minggu Nona Neko ada di desa itu, dia sudah berpikir bahwa Matthew memanglah sangat buruk karena namanya setelah terdengar sama seperti Beum, padahal tidak, dia hanya ikut Tuan Beum dan di sini, yang memaksa adalah Tuan Beum....) Kalau begitu... Tutupi patung itu" Kata Kim.

". . . Katakan pada Beum, bahwa, ada bagian yang rusak dalam patung ini dengan begitu dia percaya kenapa aku mengundurkan memamerkan patung ini" Kata Matthew.

"Aku mengerti, kalau begitu aku pergi, Terima kasih, mari kita lebih bekerja sama" Tatap Kim mengulur tangan.

Matthew terdiam, dia lalu menerima jabatan tangan itu dan seketika suasana gelap muncul, dalam pandangan tekanan, bayangan yang sangat tinggi datang dan muncul dari pundak Kim, bayangan dari pundak Kim menutupi patung itu dan memegang leher Matthew, itu seperti sebuah hal yang bisa di katakan tanpa Matthew lihat.

--

Neko yang mendengar itu tadi menjadi terkejut tak percaya, dia melihat sesuatu dari tangan Kim yakni kalung setengah hati berwarna merah kristal itu.

"(Tidak mungkin....)" Ia tampak memasang wajah agak kesakitan.

Tiba tiba saja ia batuk. "Akh... Cough!" Tak disangka sangka, muncul darah dari mulutnya membuat Kim terkejut.

"Nona Akai!! Tidak" Dia langsung mendekat dan menahan bahu Neko, tangan Neko menekan dada miliknya sendiri.

"Nona Akai, apa yang terjadi, katakan padaku..." Kim menatap panik.

"(Ugh... Sial... Ini tidak nyaman... Aku masih ingat ketika aku melakukan ini pertama kali di depan Matthew sendiri, ketika aku mengingatnya seperti ini, rasanya aku meminum darah dari lehernya tapi masih tetap keluar dari perut ku... Ini tidak enak....)" Neko bernaaps panas.

"Nona Akai, kau mendengarku!" Kim berteriak membuat Neko membuka mata lebar menatapnya.

"Singkirkan itu" Dia menampar tangan Kim yang ada kalung merah tadi sehingga kalung itu jatuh di lantai.

"Ugh.... Sialan...." Neko kembali kesakitan.

"Nona Akai, aku mohon lihat aku... Jangan sampai ini terjadi lagi..." Kim memegang erat bahu dan pinggang Neko.

Hingga Neko benar benar menatapnya, pupil mata Neko menjadi runcing dan gemetar. Darah masih melewati bibirnya hingga ia memegang kerah Kim, seketika dia menggigit leher Kim membuat Kim terkejut.

Kim berlutut masih memegang punggung dan bahu Neko, dia memangku Neko tapi posisi nya masih terpaku karena Neko menggigit lehernya dengan sangat tajam.

Terus menggigit dan terus menggigit hingga gesekan sakit membuat lubang luka di leher Kim membuat Kim agak terkejut sedikit.

Tapi belum menghisap darah nya, Neko melepas bibirnya dan seketika dia jatuh ke belakang membuat Kim menahan nya, siapa sangka, dia tampak tak sadarkan diri dengan wajah yang pucat kesakitan.

Kim terdiam, dia masih tak percaya dengan apa yang terjadi. "Nona.... Akai...."

--

Terdengar suara ponsel dari lorong depan kamar Neko, Kim menerima ponsel itu dari Beum.

"Kim, kemana kau?"

". . . Maafkan aku.... Bisa aku libur sebentar untuk hari ini saja, Tuan Beum... Aku, aku ada hal penting..."

"Hal penting apa, jangan membuat alasan, pekerjaan kita lebih penting, kau harus membantu ku"

". . . Aku tak bisa, jika anda tidak memberikan ku libur untuk hari ini saja, aku lebih baik berhenti" Kata Kim.

Seketika Kim meremas tangan dan menyetujui nya. "Baiklah dan jangan lupa, patung milik adik ku tak jadi di pajang" Kata Beum, lalu panggilan berakhir membuat Kim terdiam dan menghela napas panjang.

Dia tampak putus asa, lalu bersandar di dinding dan menurunkan tubuhnya, hingga ia jatuh duduk di bawah dengan masih bersender di dinding.

"(Nona Akai... Sampai kapan kau akan kesakitan begini....)" Dia memegang kepalanya, di dalam kamar Neko, Neko terbaring di sana dengan kondisi masih tak sadarkan diri.

Hingga Neko terbangun duduk, dia memegang kepalanya. "(Ugh... Sial...)" Dia menatap sekitar, dan kebetulan Kim membuka pintu masuk ke sana.

"Ah, Nona Akai, anda sudah bangun" Dia panik dan langsung mendekat. "Bagaimana perasaannya?"

Neko terdiam hingga ia melihat di leher Kim ada bekas gigitan nya yang tidak tertutupi penutup luka. ". . . Apa yang terjadi..."

". . . Masalah ini akan terus berlanjut... Soal Tuan Matthew dan Tuan Beum, anda harus memilih apakah memperbaiki kaitan dengan Tuan Matthew atau menghancurkan bisnis Tuan Beum"

"Aku benar benar tidak tahu, aku sangat sangat pusing" Neko memegang kepalanya dengan banyak pikiran.

". . . Nona akai, tenanglah, ikuti saja rencana ku yang aku sarankan mulai dari sekarang, ingat ini nona akai, anda hanya harus setuju dengan rencana ku..." Kim menatap.

". . . Ha... Jika rencana mu buruk menurutku, biarkan aku mengubah dan menambahnya"

"Baiklah, itu akan menjadi rencana kita, karena kondisi anda kurang baik.... Istirahat dulu saja"

"Tidak bisa, aku harus ke tempat seseorang terlebih dahulu" Kata Neko keluar dari ranjang.

Kim terdiam dan mengikutinya. "Tunggu Nona Akai, anda akan kemana?" Ia mengikutinya hingga ke bawah dan Neko mengambil kotak mochi yang di bawa Kim semua tadi malam.

Dia memasukan nya di tas mochi itu dan berjalan keluar memakai sepatunya.

"Nona Akai, apa anda harus melakukan ini? Berpamitan?" Kim menatap.

". . . Aku juga melakukan itu untuk Matthew dulu, diam saja dan tunggu aku di sini, aku hanya sebentar" Kata Neko, dia lalu berjalan pergi membuat Kim terdiam.

"(Aku tak tahu lagi jalan pikir Nona Neko, aku sudah berpikir dan bekerja keras sejauh ini hanya untuk dekat dengan nya dan mencoba membantunya, aku juga bekerja keras membantunya dalam ini semua.... Tapi kenapa... Dia masih saja menganggapku sebagai asisten, mungkin ini memang dari dulu aku di anggap asisten olehnya....)" Pikir Kim dengan agak kecewa.