webnovel

Chapter 41 (The Worked Hard)

Malam hari hujan ini berjalan begitu lambat, terlihat sebuah mobil masuk ke wilayah jalan tanah yang akan menuju ke desa, di kanan kiri hanya ada ladang dan sawah, semuanya begitu gelap saat malam hari tak seperti di kota yang terang dipenuhi lampu cahaya. Yang mengendarai mobil itu adalah Neko sendiri.

"[Tempat ini... Tidak ada siapa siapa]" Ia melihat sekitar. Tiba tiba ponselnya berbunyi dari Ketua sindikat, Ia mengangkatnya sambil masih mengemudi. Tak masalah karena Dia menggunakan holder untuk ponselnya.

"Kau sudah sampai disana?" Tanya Ketua sindikat dari ponsel.

". . . Sama sekali belum"

"Apa Kau tahu desa itu tempat apa?"

"Entahlah, Aku tak terlalu ingin tahu"

"[Gadis ini....]" Ketua menjadi marah dengan sikap Neko.

"5 kilo meter dari desa itu ada sebuah kampus Jiang"

"[5 kilo?, itu berarti dari kota bagian barat, Aku berjalan di bagian timur sekarang] Memangnya apa yang harus kutahu?" Kata Neko.

"Kampus itu bukanlah kampus biasa, disana ada seseorang milik Cheong"

". . . Apa maksudmu, putra, putri nya atau malah bawahan nya?'"

"Aku tidak tahu, cari tahu saja Dia, ini tugasmu"

"Huh, Aku kemari bukan untuk tugas" Neko menyela dengan kesal tapi ponselnya mati. "[Apa yang terjadi?]" Ia melihat dan mendekat ke holder dan rupanya baterai ponselnya habis. "[Oh, tentu saja Aku menggunakannya untuk map, terserah, sebentar lagi Aku sampai]" Ia menjadi kembali fokus. Tapi tiba tiba roda mobilnya masuk ke lubang berlumpur. Neko menginjak gasnya tapi tak bisa, roda mobilnya tersangkut.

". . . [Sial]" Ia mengkerutkan mata.

Menghela napas panjang sambil melihat keluar, hujan itu benar benar masih sangat deras.

"(Aku tidak bisa menggunakan ponsel ku, dan aku tidak bisa keluar....)" Ia meletakan kepalanya di kemudi supir dengan putus asa.

Lalu tak sengaja mengingat sesuatu, itu saat Jun memberikan payung pada Neko sebelum pergi. "Boss.... Jaga jaga jika hujan"

Neko yang selesai mengingat itu menjadi menoleh ke belakang, di bawah bangku tengah mobil ada payung.

"Tidak mungkin aku mendorong mobilku, mungkin aku hanya akan menunggu saja..." Gumam nya kembali putus asa.

Tapi Ia tiba tiba saja melihat didepan ada sebuah cahaya besar dan rupanya sebuah traktor bercahaya menyorot berjalan, posisi itu akan menabrak mobil Neko.

"Oh baiklah.... Apa akhirnya..... Aku mati di dalam mobilku sendiri" Neko menatap suram, dia mengira traktor itu akan menabrak mobilnya, tapi rupanya traktor itu berhenti didepannya.

Seseorang keluar dari sana, orang itu bertubuh agak besar memakai jas hujan dan topi jerami yang menutupi wajahnya.

Neko menatap traktor itu dengan wajah tanpa takut tiba tiba ada tangan orang yang bersarung tangan mengetuk kaca mobilnya.

Neko membuka kacanya dan melihat bahwa orang itu membawa rantai penarik besar.

Orang itu membungkukan badan untuk bisa menatap Neko di kaca mobil itu.

Seharusnya itu adalah hal bahaya, bisa saja pria itu berbahaya dan sekarang Neko juga berpikir begitu. "(Apa aku akan mati di sini?)" Ia terdiam, tapi meskipun dia berpikir begitu, wajahnya benar benar masih datar dan tidak menunjukan rasa takutnya.

Tak lama kemudian terlihat bahwa orang itu membantu Neko menarik mobilnya dari lubang dengan rantai yang di ikatkan ke traktor, Neko menatapnya agak jauh sambil membawa payung yang ia pegang. Ia melihat itu dengan wajah datar.

"(Hmm... Hanya orang baik)" Pikirnya.

Tapi tiba tiba angin kencang menyambar membuat nya terkejut menutup mata dan tak sengaja melepas payung itu, alhasil payung itu terbang jauh membuat Neko terdiam datar dan sekarang benar benar kehujanan. Sambil menatap dingin payung yang terbang itu, ia juga berbatin.

"(Sialan)"

Setelah itu, pria misterius itu berjalan ke mobil Neko dan melepas rantainya, lalu Neko berjalan mendekat dengan masih kehujanan.

Hal itu membuat pria itu menoleh dan tubuhnya terkejut melihat Neko kehujanan.

"Aku terselamatkan, terima kasih untukmu" Neko mengulurkan dan memberikan segepok uang.

"Apa? Kau tidak perlu memberikan itu" Orang itu berdiri dan menolak.

"Apa ini tidak cukup?"

"Ah, maksudku, Aku hanya melihat mobilmu saja jadi Aku hanya menolong, aku tidak meminta apapun, jangan khawatir"

"Tak apa ini balas budiku" Kata Neko. Dia menatap pria itu yang terdiam, bahkan wajah pria itu tidak terlihat. "Terima ini" Neko melirik memaksa.

"B... Baiklah terima kasih..." Pria itu membungkukan badan.

Tak lama kemudian mobil Neko berhenti di rumah besar di pagi yang cerah seperti villa yang ada ditengah padang rumput. Ia turun dan mengambil kopernya.

"(Ha.... Ini tempatnya, ini adalah vila ku yang sudah lama ingin aku tempati)" Pikirnya, lalu menatap bajunya.

"(Semalaman aku harus menahan basahnya bajuku, sekarang sudah kering karena AC... Agak dingin tapi aku tidak peduli)" Dia tak mempedulikan tubuhnya yang semalam kedinginan karena bajunya basah apalagi AC yang kuat di mobil.

Ketika menutup pagar gerbang vila itu sendirian, ia juga melihat sekitar. "(Tempat ini masih baru, padahal aku sudah meminta di buatkan 2 tahun yang lalu, yang artinya tempat ini tertinggal kan selama 2 tahun, aku bahkan tak tahu bentuknya seperti apa hingga aku datang kemari.... Tidak buruk, tapi kurang terawat juga... Apakah ada orang yang selalu kesini?)" Ia tetap melihat sekitar.

Tapi tiba tiba Ia mendengar suara anjing. Ia langsung melihat kesekitar dan melihat anjing nya dulu yang menghampirinya dari balik samping rumah.

Masih ingat Anjing yang pernah menggigit bahu Neko dan menjadikan nya sebagai anjing peliharaan. Anjing itu bernama Dongsik yang sudah duluan tinggal di villa Neko itu.

"[Anjing?..]" Neko bingung dan mendekat melihat di kalung nama itu bernama Dongsik. "[Ah, aku benar benar hampir lupa, Kenapa rumah kecilmu ada disamping rumahku, apa dia menunggu rumah ini]" Neko menatap dingin sambil berpikir dalam hati. Dia bahkan lupa pada anjingnya sendiri.

Dongsik mengendus kaki Neko dan melompat girang mengelilinginya. Sepertinya Dia senang karena bertemu dengan Neko kembali.

Lalu Neko merasakan sesuatu di perutnya.

"(Perutku... Sepertinya aku benar benar agak sakit...)" Ia menghela napas panjang lalu berjalan melewati Dongsik.

"Woof... Woof..." Dongsik tampak memanggil dan bermain dengan ekornya sendiri, dia seperti ingin berbicara sesuatu.

== Kemana kau akan pergi Nona... Ayo bermain dengan ku... == "Woof!"

Neko menoleh. "Hei, tunggu saja.... Aku harus menyiapkan semuanya di dalam..." Ia menatap tajam membuat Dongsik terdiam kaku mendengar itu yang mirip seperti ancaman.

Didalam rumah, Neko membuka sepatunya dan berjalan dengan kaki telanjang, yakni tanpa kaus kaki maupun alas. Ia melihat sekitar. "(Tidak terlalu buruk, desain nya juga begitu modern)" Pikirnya, di sana juga ada perlengkapan seperti televisi, sofa, karpet, kamar dan yang lain nya.

Setelah itu, kebetulan akan melewati kamar mandi, di sana ada mesin cuci. Lalu Neko melepas baju yang Ia pakai tadi dan memasukannya ke mesin cuci.

Dia terlihat hanya memakai celana hitam panjang nya dan bra nya karena dia baru memasukan kemeja putih nya ke mesin cuci. Tampak sebuah kalung kristal hijau berbentuk setengah hati, itu adalah kalung yang di berikan Matthew, dia bahkan masih memakainya.

Ketika akan melepas celana nya, mendadak ponselnya berbunyi dari meja sofa, Neko terdiam menoleh keluar kamar mandi, lalu mendekat dan melihat bahwa panggilan itu dari Jun. Ditengah hanya memakai bra dan celana hitam panjang nya, dia mengangkat ponselnya yang ada di meja masih mengisi baterai.

"Boss, Kau sudah membuka kopernya?" Tanya Jun dari ponsel.

". . . Belum" Neko membalas.

"Boss, apa kau sudah jauh?"

"Aku sudah sampai disini, ada apa?"

"Boss, sebenarnya kopernya salah bawa, entah kenapa koper anda disini dan berisi baju kemeja yang telah anda siapkan sendiri"

". . . Apa maksudmu, lalu koper yang ku bawa?" Neko berjalan ke kopernya dan langsung membukanya, terlihat banyak sekali baju baju pendek musim panas wanita tertata rapi di koper itu, ukuran nya pun ukuran miliknya.

Neko terdiam kaku melihat semua itu. Hingga akhirnya dia kesal.

". . . . SIALAN..." Ia berteriak.

Jun dan Hyun yang mendengar itu menjadi terkaku. "Apa isinya boss?"

"Semuanya baju pendek, celana pendek, apa ini, tidak ada yang panjang, dimana piyama untuk tidur... Kalian sangat payah, dasar tidak berguna!!" Kata Neko.

"B..., Bos lebih baik pakai seadanya saja..[seharusnya Aku dan Hyun mengeceknya terlebih dahulu, tapi kita memang memasukan kopernya yang asli, aneh nya malah tertukar begini]" Kata Jun. Tapi Neko sudah mematikan ponselnya membuat Jun terkaku.

"Siapa yang menukar koper itu?" Hyun menatap sambil berpikir. Sementara Jun putus asa karena menerima sikap Neko tadi.

--

Neko membuang baju baju itu, dia mengambil satu persatu dan melemparnya termasuk bra dan celana dalam wanita.

"Sialan.... Sialan.... Dimana... Dimana?!" Dia terkaku dan tak bisa percaya.

"Sialan.... Tidak hanya pakaian pendek yang membuat ku strees.... Tapi..." Neko memegang kepalanya dengan banyak pikiran.

Dia begitu karena ada sesuatu yang tidak ia bawa, yakni darah.

Kikiyo sudah memberikan kantung darah dan pil puasa darah pada Neko, tapi mau bagaimana lagi, kedua benda itu ada di koper satunya.

Dan sekarang Hyun dan Jun menemukan nya tertinggal.

"Ini.... Pil dan darah yang harus dimakan bos" Hyun terkaku mengambil kedua benda itu dari koper yang seharusnya di bawa Neko.

"Jika Bos tidak mendapatkan asumsi kedua benda ini, dia akan memiliki sikap gila yang bisa saja menyerang orang lain bahkan melihat darah sekalipun, dia akan membunuh demi melihat darah" Kata Jun.

"Lalu kita harus apa? Di desa itu, tidak mungkin Bos akan menyerang mereka seperti harimau buas?"

--

"Gr....Tak bisa dimaafkan, ini benar-benar membuat ku gila" Neko menjadi geram sendiri. Terpaksa Ia harus memakai semua baju itu selama 4 minggu.

Di tengah dia sedang pusing karena perlengkapan yang tidak di bawa. Dia kebetulan melihat di luar jendela. Ia terdiam dan berjalan mendekat ke jendela. "(. . . Mungkin aku harus.... Menikmati ini juga, jika di pikir pikir musim panas pastinya akan menyengat....)" Ia menghela napas panjang dan menerima kenyataan yang terjadi saja.