webnovel

Chapter 23 (Flashback Neko)

Hingga esok harinya, Amai kembali masuk ke kelasnya. Tampilan nya berbeda yakni mata miliknya, dia berwarna mata hitam.

Semua anak anak menatap nya. "Hei bukankah itu gadis baru itu?"

"Ya, dia tampak cantik..." Mereka menambah.

"Kemarilah" Salah satu dari mereka menarik tangan Amai dengan lembut, Amai terdiam, ia lalu di ajak duduk bersama.

"Hei, kami dengar kamu dari Tuan Ezekiel, ayah ku bilang dia orang paling kaya" Mereka mengobrol.

Mereka mau dekat dengan Amai dan tidak merendahkan maupun mengejek nya.

"(Aku sekarang mengerti.... Manusia sangat bodoh... Ketika mereka menganggap penampilan sebenarnya adalah sebuah dari istilah mengerikan, mereka menilai bahwa itu buruk. Tapi ketika melihat penampilan yang tertutup atau bisa di bilang di sembunyikan, mereka benar benar tertipu... Aku tidak tahu jelas nya... Ini benar benar membuat ku tahu akan sesuatu...)"

Amai berjalan sendirian ke perpustakaan ketika waktu istirahat, dia melihat sekitar dan masuk ke sana sendirian. Seperti yang suka dia lakukan yakni membaca buku.

Dia tampak senang membaca buku di sana hingga seseorang datang. "Buku mana..." Ia berguman bingung, tepatnya wanita pengajar di sana.

Ia lalu terdiam berjalan berhenti ketika melihat seorang gadis kecil yang membaca buku sambil duduk bersandar di bawah rak. Siapa lagi jika bukan Amai.

"Oh...." Ia menatap membuat Amai ikut menengadah menatap.

"Kamu... Bukankah kamu putri Tuan Ezekiel" Dia berlutut menatap.

"(Apa?! Apakah aku sekarang di kenal sebagai putri Ezekiel... Aku tak mau di kenal dengan sebutan yang seperti itu)"

"Hei, apa yang kamu lakukan.... Kamu suka membaca?" Wanita itu menatap.

Lalu Amai mengangguk.

"Oh, aku dengar kamu di tindas teman teman mu... Maafkan saja mereka ya, itu hanya kebiasaan mereka saja... Jangan sampai Tuan Ezekiel mengeluarkan mu dari sekolah ini karena menilai sekolah ini buruk untuk mu... Bilang saja pada Tuan Ezekiel, sekolah ini sangat bagus... Agar dapat uang banyak" Tatap wanita itu.

"(Yeah, ini sikap mereka yang lain, sikap manusia yang tidak pernah di mengerti, atau aku bisa bilang, ini sangat mudah di kenali untuk orang gila yang mempercayainya, begitulah hingga aku harus menahan semuanya, menjalani kehidupan sekolah dan setiap hari hanya membaca, karena itu yang aku suka)"

Tapi, satu hari itu, dia mengalami hal yang begitu menakutkan. Di saat itu dia sedang membaca buku di perpustakaan seperti biasa tapi ada yang aneh, dia selalu mengucek matanya.

"(Akhir akhir ini... Mata ku sakit dan begitu perih)" Pikir nya, ia sampai menggeleng kepalanya melihat tulisan buku membuat nya pusing.

Lalu seseorang datang, seorang gadis yang sebaya. "Oh, Amai...." Ia memanggil membuat Amai menoleh menengadah.

"Kamu suka membaca?" Dia berlutut ikut duduk menatap Amai yang terdiam.

"(Apa... Siapa... Aku tak bisa melihat nya dengan jelas...)" Amai terus mengedipkan matanya.

"Ada apa.... Kamu baik baik saja..."

"I... Ini baik baik saja..." Amai membalas sambil menggeleng, dia menyembunyikan nya agar gadis itu tidak tahu.

Hingga di kamar nya, Amai melepas kontak lensa nya tapi ia kesusahan.

"Hng... Ini sakit... Mataku perih" Dia menatap dirinya di kaca kamar nya, bahkan dia sampai menangis karena berusaha melepas kontak lensa itu.

"(Ini sakit... Aku mohon lepas lah...)" Dia memaksakan jarinya mengambil kontak lensa itu hingga dua duanya lepas membuat nya bernapas panas.

Tapi, kontak lensa yang ia lempar di meja itu, mencipratkan darah, ia terdiam dan mulai melihat di bawah nya, tetesan darah jatuh di meja, ia mencoba memberanikan diri menatap wajahnya di kaca.

Dan yang benar saja, dia menangis darah lagi.

"(Hng.... Ini sakit....)" Dia mengambil tisu dan mengusap matanya secara paksa, ketika sudah bersih, tampak kelopak matanya benar benar berwarna merah, sangat merah.

Di saat itu juga wanita yang dia panggil ibu itu masuk. "Amai... Makan malam" Tatap nya, tapi ia terkejut melihat darah di meja dan tisu yang mengusap darah.

Amai menoleh dengan panik.

"Amai!! Ada apa?!!" Dia mendekat langsung berlutut menatap.

Mata miliknya membesar terkejut ketika menatap Amai. "(Kenapa warna nya.... Semakin merah...?!)"

--

Karena takut, tentu saja wanita itu bilang pada suaminya, Tuan Ezekiel.

"Maaf, aku sepertinya mengkhawatirkan gadis kecil itu, wajahnya sangat cantik tapi warna mata miliknya.... Sangat tidak biasa"

"Apa maksud mu... Aku membawanya kemari apakah kau mau aku membuang nya lagi?"

"Jika saja Clara tidak pergi.... Ini semua tidak akan terjadi... Amai mencoba menjadi sama seperti orang orang di sekitarnya, tapi itu terlalu berat untuk nya, sampai kapanpun dia akan berbeda... " Wanita itu menatap. Mereka saat ini ada di ruangan sofa sementara Amai ada di kamar nya.

Dia duduk di kursi meja belajar nya sambil meletakan kepalanya di meja dengan sanggaan tangan nya, dia tampak seperti tidur tapi rupanya dia memikirkan sesuatu juga. "(Aku lapar... Aku ingin sesuatu yang cair... Dan enak...)"

--

"Kita bisa melakukan nya sebentar, kita hanya harus menerima nya..." Tuan Ezekiel menatap.

"Gadis itu, dia memiliki sesuatu yang unik tapi orang orang di sekitarnya itu berpikir dia mengerikan..."

"Untuk sebagian orang, orang baik pastinya bisa berpikir dan suka padanya, aku yakin dia akan tumbuh menjadi gadis yang di sukai banyak orang dengan wajah yang sangat menawan nya..."

"Ha.... Tetap saja... Tapi untuk saat ini, terserah padamu... Aku tidak bisa melakukan apapun untuk nya, mata nya... Dia harus di paksa jika ingin sama seperti yang lain..."

--

Amai tampak terbaring di kasur, dia menatap langit langit tapi siapa sangka, ada yang aneh, taring giginya terlihat ketika dia membuka mulutnya.

"(Aku haus... Lapar... Di saat yang bersamaan... Tapi aku tak ingin makan... Apa yang harus aku masukan ke dalam perut ku...)" Dia lalu bangun duduk dan melihat tangan nya sendiri.

Dia terdiam menatap tangan nya, lalu mengangkatnya mendekat ke mulutnya, di saat itu juga dia menggigit tangan nya dengan cepat dan terlirkan darah di sana.

Amai melepas gigitan nya. "Ini sakit" Dia menekan lukanya tapi ia terdiam melihat darah itu mengalir.

Masih terdiam dan perlahan menjilat lukanya, perlahan lahan menjilat hingga ia menghisap luka di tangan nya, menelan nya sedikit lalu melepasnya dengan akhiran menjilat bibirnya sendiri.

"(Ini enak....)"

Hingga hari esok, wanita itu membangunkan Amai.

"Amai.... Amai... Bangun sayang" Dia memegang kepala Amai.

Tapi ia terkejut melihat luka di tangan Amai.

"(Apa... Apa yang terjadi....)" Dia memegang luka itu, luka itu hanyalah luka kecil, dia memilih untuk diam.

"(Aku tak tahu apa yang terjadi dengan Amai... Gadis ini, apakah dia memang benar benar seorang gadis... Dia tampak begitu tertekan...)" Dia menatap wajah Amai yang tertidur begitu pulas.

--

Sudah ada satu bulan ini berlalu, Wanita itu tampak berlari ke kamar mandi dan di lihat oleh Tuan Ezekiel yang sedang memakan roti.

"Ada apa?" Dia menyusul ke kamar mandi.

Lalu melihat istrinya itu memegang perutnya menunjukan alat pengecek kehamilan.

"Ini.... Dua garis" Tatap nya, seketika mereka berdua senang dan sangat tidak dapat di percaya. Mereka akan memiliki bayi. Tapi bagaimana dengan Amai.

--

"Amai.... Sebentar lagi kamu akan mendapatkan adik.... Semoga adik mu ini sama manis nya dengan mu" Tatap wanita itu duduk di sofa dan Amai yang duduk di bawah sofa menatap nya.

"(Apa... Apa yang dia bicarakan... Adik? Aku akan punya adik? Apa yang terjadi kenapa secepat ini...)"

Sampai pada suatu masa, Ibu merasakan sakit yang luar biasa pada perutnya. "Aku akan membawamu kerumah sakit" Ayah membantu ibu berjalan, Aku berlari mengikuti mereka tapi ayah menahanku di depan pintu. "Amai, jagalah rumah, Kau sebentar lagi memiliki adik" Ia menutup pintu. Aku terdiam didepan pintu sambil berpikir apa itu adik.

Hingga, Aku melihatnya, dia lelaki yang tampan, padahal masih berumur bayi.

"Bagaimana Amai, apa Kau terlihat senang" Ibu menatapku. Aku tersenyum dan mengangguk.

3 tahun berjalan, Ayah membawaku ke sekolah tinggi. "Amai, dengar, Kau akan tinggal disini. Dan akan pulang 6 tahun lagi, sesekali Kami juga akan menjengukmu"

Mendengar itu aku tidak bisa melakukannya dan langsung memeluk erat ayah. "Aku..Tidak bisa, jangan pergi..."

"Amai, jadilah Gadis hebat dan banggakanlah keluargamu...." Ayah menatap dengan penuh kasih sayang lalu mengecup keningku.

6 tahun Aku menempuh banyak pendidikan yang hebat. Namun, mereka sama sekali tidak mengunjungiku, Aku merasa tali ikatan kami lepas 6 tahun.

Dimana janji mu, kau bilang kalian akan selalu mengunjungi ku sering sering, tapi... Ini semua tidak terjadi bahkan satu kali pun... Aku terus menunggu hingga kelulusan ku, dan lagi lagi, mereka tak satupun mengunjungi ku, dimana kata kata baik kalian, aku ingin pujian dari kalian, tapi kalian bahkan tak mengunjungi ku.

Hingga Aku pulang sendirian dengan wajah senang. Umurku sudah menginjak lima belas tahun. Rumor bilang aku adalah Gadis imut dan cantik dengan kulit putihku, namun tubuhku kecil.

Aku mengetuk pintu dan mempersiapkan senyuman manis, ayah sendiri yang membukakan pintu untukku namun yang kudapat bukanlah apa apa. "Kenapa Kau pulang kemari, gadis buatan..." Dia mengatakan itu dengan tanpa ada rasa, Aku terkejut mendengarnya.

"Kau sudah punya kesuksesan sendiri bukan, sekarang pergilah" Ayah menutup pintu, Aku masih tidak percaya dia melakukan ini padaku. Hingga Aku tahu, mereka bertiga bahagia tanpa Aku, karena Aku tergantikan oleh adik laki lakiku.

Aku menangis dan berlari pergi menjadi gelandangan lagi. Bukanlah suatu hal yang biasa bagiku jika harus mempertahankan harga diri, lalu Aku bertemu Cheong dia memperlakukanku sama saat ayah menemukanku pertama kali, namun Dia memberikan permen berwarna putih padaku.

Aku sudah tidak percaya lagi pada orang orang, Aku menampar tangannya membuat permen itu terjatuh. Dia menatapku dingin. "Aku tahu penderitaanmu, ikutlah denganku, Kau bukanlah manusia biasa, Aku akan mengajarimu...Sebuah perbuatan yang bisa di sebut sebagai, balas dendam..." Dia mengatakannya dengan ekspresi merencanakan sesuatu.