webnovel

Chapter 22 (Flashback Neko)

Setelah semua itu, gadis yang bernama Amai Akai dan di panggil Amai akan dimasukan ke sebuah taman kanak kanak.

Pria baik itu yang mengantar nya. Dia menggandeng tangan gadis itu dan berhenti di depan gerbang sekolah.

Ia lalu berlutut dan menatap. "Amai... Ini adalah tempat kedua mu, jadilah gadis baik dan ramah pada teman sebaya mu...."

"(Aku tak mengerti dengan apa yang dia bicarakan, apa dia membuang ku bersama yang lain nya, aku tidak mau... Hanya kau orang baik di sini)" Amai menggeleng dengan sedih.

"Eh kenapa.... Jangan khawatir, kau akan mendapatkan teman baru, aku akan datang menjemput mu nanti"

"(Eh menjemput ku? Jadi dia tidak membuang ku.... Baiklah... Aku akan melakukan nya)" Amai mengangguk.

"Haha bagus, kau gadis yang penurut, baiklah... Semoga bersenang senang"

"(Dia mulai meninggalkan ku dengan mobilnya yang berjalan pergi dari sana. Aku mulai berpikir bahwa orang orang di sini apakah memang baik)"

"Halo..." Lalu ada seorang wanita mendekat. "Apa kamu putri dari Tuan Ezekiel, kamu sangat manis.... Ikutlah dengan ku masuk ke dalam" Tatap nya dengan ramah.

Amai terdiam, ia lalu mengangguk pelan dan mengikuti wanita itu.

Di dalam, dia dipertemukan banyak anak anak sebaya dengan nya. "Baiklah, ini teman teman mu, mereka sangat baik kok, aku tinggal sebentar ya" Kata wanita itu, dia menutup pintu kelas membuat Amai terdiam menatap mereka yang juga menoleh padanya.

"(Semua anak anak menatapku dan menghampiri)" Amai melihat mereka menghampiri nya dengan rasa wajah penasaran.

"(Aku takut mereka menjadikan ku pusat perhatian, tapi.... Bukan nya mengajakku berteman, mereka justru mengejekku)"

"Mata aneh apa itu, mengerikan sekali"

"Sangat tidak cocok untuk wajahmu, lebih baik Kau menutupinya"

"Mengerikan seperti monster-"

"Kau harus menutupinya dengan kain.... Merah yang sangat darah..."

"(Aku tidak mengerti, ada apa denganku, kenapa hanya mereka berdua yang tidak mengejekku, kenapa hanya ayah dan ibu yang tidak mengatakan mataku buruk... Anak anak di sini mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan mereka itu)"

"Hei, sudah" Wanita tadi datang lagi. Dia bagaikan penyelamat ku yang datang ketika mereka mengejek ku.

"Amai, jangan khawatir... Mereka hanya bercanda, jangan di bawa hati ya... Mereka memang suka begitu" Tatap nya padaku.

Aku tentunya percaya dengan jaminan nya itu, hingga waktu istirahat. Dia membawaku ke sebuah ruang perpustakaan.

"Amai, di sini banyak buku yang di pelajari oleh anak anak.... Tuan Ezekiel bilang, kamu harus membaca sebanyak banyak nya, apa mau aku temani?"

"(Membaca.... Dari dulu aku ingin membacanya...)" Amai menggeleng, dia bermaksud tidak perlu di temani.

"Ah baiklah, aku tinggal dulu" Wanita itu berjalan pergi.

Amai mulai melihat lihat rak buku di sana. Kadang ada buku yang bisa di pahami oleh orang dewasa, dia memulainya dengan pembacaan dasar dan mulai mempelajarinya satu persatu, sendirian.

"(Aku mulai nyaman membaca di sini, aku dari awal memang suka membaca, tulisan yang muncul memang harus di baca bagaimana pun juga.... Aku bahkan berencana selalu ke sini, ini seperti surga bacaan)"

Amai sangat senang dengan apa yang dia lakukan, tapi ketika dia mulai bosan dalam membaca. Dia berjalan keluar dari perpustakaan itu dan tak sengaja bertemu wanita tadi berbicara di lorong.

"(Itu orang baik tadi....)" Dia senang dan akan mendekat, tapi ia berhenti ketika mendengar pembicaraan mereka.

"Apa benar itu putri dari Tuan Ezekiel, direktur paling berpengaruh di kota ini?"

"Iya, direktur Ezekiel bahkan mengantar nya sendiri tadi ke sini"

"Tapi bukankah putrinya itu sudah meninggal?"

"Mungkin mencarikan pengganti... Tapi apa kau sadar ada yang aneh dengan nya, matanya sungguh berwarna merah"

"Aku awalnya tidak melihat itu, aku hanya melihat paras nya yang manis, dia sungguh sangat cantik dan kulitnya seperti porselin.."

"Itu memang benar tapi, matanya akan menakuti semuanya, aku tak suka warna itu, seperti darah saja...."

"Tak apa.... Kita hanya perlu menerima keadaan gadis itu tak peduli dia itu kenapa, kita hanya harus bersikap baik di depan gadis itu agar dia bilang pada Direktur Ezekiel bahwa kita ini memang pengajar yang baik. Begitu Direktur Ezekiel tahu soal kita yang baik karena dia mengadu baik, maka Direktur Ezekiel akan membayar kita sangat banyak, benar kan"

"Ya, itu benar sekali.... Haha, gadis itu benar benar tak lama lagi akan merasa di manfaatkan"

Mereka benar benar berbicara aneh. Bahkan Amai mendengar nya.

"(Apa yang mereka bicarakan... Aku tak tahu... Aku tak tahu apa yang terjadi.... Direktur Ezekiel? Manfaatkan?!)" Amai menatap panik dan langsung berlari pergi dari sana,

untung nya mereka tidak melihat.

Direktur Ezekiel adalah seorang pebisnis legal yang begitu terkenal di Seoul, dia bekerja sama dengan berbagai Direktur legal juga. Dia tidak sekalipun masuk ke dalam perosokan ilegal.

Hal itu membuat bisnis nya bersih dan di kenal sebagai bisnis termuda, karena umur Tuan Ezekiel belum ada kepala dua.

Wajahnya juga termasuk muda, dia menikah dengan istrinya 6 tahun yang lalu dan di berikan seorang putri, tapi entah kenapa ada kata meninggal di sini. Jadi bisa di bilang mereka memiliki seorang putri yang meninggal dan Amai menggantikan nya. Tapi dia hanya belum sadar saja.

"(Aku benar benar belum mengerti dengan perkataan mereka... Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, aku harap mereka masih memperlakukan aku dengan baik dan ramah seperti itu... Tapi, ini tetap saja terjadi ketika aku masuk ke dalam ke kelas)"

"Hei, dia kembali lagi... Bukankah dia itu aneh.." Mereka mulai menatap nya yang masuk ke dalam kelas.

"Mata nya merah, mungkin dia memakai kontak lensa... Ibu ku selalu memakainya, padahal itu tidak boleh di pakai oleh anak anak" Salah satu menambah.

"Kalau begitu itu harus di cabut, hei lepaskan mata mu itu...." Salah satu mendekat ke Amai yang terdiam ketakutan pada mereka.

"Lepas lah mata merah mu itu, itu mengerikan sekali..." Dia menatap.

"(Apa.... Mengerikan... Ini semua bukan salah ku aku mendapatkan mata ini... Aku tak ingin mata ini, membuat ku benar benar tertekan.... Itu karena cipratan darah itu....)"

"(Di hari pertama ku bergaul itu adalah mimpi paling buruk yang pernah aku alami, malam itu Aku menangis di pangkuan ibu)"

Gadis itu menangis terisak ketika wanita itu duduk di ranjang kamar nya dan dia meletakan wajahnya menangis di pangkuan wanita tersebut.

"Cup, cup, sepertinya Kau susah berteman, mata milikmu memang sangat merah..." Dia menatap, mengangkat kepala Amai dan mengusap air mata Amai.

Amai tidak menangis darah lagi tapi dia menangis air mata sebenarnya.

"Ini adalah mata asli mu, entah kamu keturunan apa, tapi tenang saja aku bisa mengatasinya" Wanita tersebut mengambilkan gadis itu kotak kecil.

"(Ayah berjalan masuk keruangan, Ia melihat ibu akan memasangkan kontak lensa warna padaku)"

"Apa yang kau lakukan, gadis seumur Dia belum bisa memakai kontak lensa, apa yang terjadi sebenarnya..."

"Di sekolah, dia benar benar di tindas, mereka hampir melukai matanya karena mata itu merah... Apa yang terjadi, ketika pertama kali melihat nya, mata merah nya itu gelap dan tidak terlihat tapi sekarang warnanya seperti darah yang kurang oksigen, sangat merah" Wanita itu membalas.

Pria itu menoleh ke Amai, dia terus mengeluarkan air matanya. "Kenapa kau menangis tanpa suara?" Dia berlutut mendekat ke Amai yang duduk di samping ranjang.

"Kau menangis tanpa suara, menangis tanpa suara tak akan memecahkan masalah, masalah nya tak akan ada yang tahu bahwa kau sedang menangis" Tatap nya, ia mengusap air mata Amai.

"Soal mata nya, itu memang harus di selesaikan, Tapi Aku mencoba menutupi warna matanya, Kau harus merelakan ini, Dia bisa menjadi penerus cantik"

"(Ayah terdiam, setelah itu Aku mulai dipasangkan kontak lensa)"

"Dengar Amai, pakailah ini hanya saat kamu keluar saja mengerti"

". . . Ya, Aku mengerti" Dia mengangguk seketika mereka terkejut.

"Ka, Kau, bisa bicara??"

"Apa ini, suaranya begitu jelas, mungkin dia belajar"

"Dia belajar sangat cepat, ini tidaklah mungkin"

"Mungkin saja. Amai, apa yang guru ajarkan padamu tadi"

". . . Mereka belum mengajari apapun, hanya perkenalan murid, tapi Aku masuk ke perpustakaan kecil dan membaca sebuah buku" Gadis itu membalas dengan lancar.

"[Dia membaca, gadis seumurannya tentunya belum bisa membaca]" Mereka terkejut.

--

". .Tunggu, Amai bisa kau belajar soal ini?" Ayah memberiku buku perhitungan angka, Aku membaca buku itu dan mereka menatapku. Saat Aku selesai, Aku menutup buku itu.

"Sekarang kerjakan soal ini" Ayah memberiku kertas soal perhitungan angka, entah kenapa Aku bisa mengerjakannya, Aku mengingat semua kata kata dan angka yang ada dibuku.

". . I..itu benar" Mereka tercengang.

"Sayang, sepertinya dia memiliki kemampuan" Ibu menatap ayah.

"Sepertinya begitu, Aku akan mengajarinya perhitungan"

"Tidak, jangan, Dia harus belajar musik, Dia pasti bisa menghafal seluruh note"

"Tapi mate matika lebih cocok untuknya Kau tidak lihat dia bisa mengerjakannya dalam 2 menit"

"Itu tetap saja musik yang harus Dia pilih" Ibu menyela dan menarik tanganku keluar dari kamar.

"Hei, Kau mau membawanya kemana?"

Ibu membuatku duduk didepan piano besar.

"Amai, mainkan seluruh note ini"

". . . Aku, belum mengerti" Aku menatap tipis.

". . . Em..Dengarkan lagu ini...." Ibu memainkan note piano dengan baik didepanku. Note itu bahkan tidak ada hentinya, selama 3 menit sudah berlalu.

"Amai, sekarang mainkan sama persis seperti tadi"

"Hei, itu terlalu panjang untuknya" Ayah menyela.

"Diam saja dan dengarkan"

"Aku sudah bilang Dia tidak bisa melakukan musik" Mereka berdua berdebat di belakangku, lalu Aku mulai memainkan musik yang sama seperti dimainkan ibu. Mereka berdua kembali tercengang.

". . . Sayang, Kau benar benar beruntung memungutnya, Dia gadis yang hebat"

"Ya, sudah diputuskan, Kau akan belajar semuanya...Semua, lebih..." Ayah menatapku. Aku masih terpandang polos.