webnovel

Chapter 174 (Tiger Cat and Alfa Wolf)

"Ekh..." Wanita itu akhirnya lemas dan langsung dijatuhkan Felix ke bawah. 

Lalu Felix berjalan ke Neko menatap nya yang ada di bawah. Ia tampak gemetar menengadah menatap Felix. 

"(Kau... Membunuhnya lagi..... Membunuhnya di depan ku....)" Neko benar benar gemetar, tangan nya bahkan sampai meremas tanah di bawah. 

"Katakan padaku, siapa yang ingin memburu mu seperti ini" Felix menatap serius. 

Tapi Neko hanya membalas dengan tubuh yang sangat gemetar. 

Lalu Felix berlutut dan menatap wajah Neko. Kening yang berbekas aliran darah dan bibir yang masih teraliri darah dari dalam. 

Lalu Felix mengusap darah di bibir Neko. "Itukah tanda terima kasih dari mu?" Ia menatap dengan wajha datar, tapi tetap saja. Neko benar benar masih gemetar. 

"(Kenapa aku tak bisa tak sadarkan diri, jika pingsan, aku ingin pingsan sekarang, tapi kenapa tubuh ku terus saja gemetar, dia lebih kejam dari pada siapapun....)" 

Felix kembali terdiam, lalu ia menarik tangan Neko dan membawanya berjalan pergi dengan membawanya dengan kedua tangan nya dan Neko masih menekan perutnya dengan kesakitan.

"Ke.... Kenapa kau menyelamatkan aku?" Neko mencoba menatap Felix. 

Felix membalas perkataan nya tanpa menoleh padanya. "Kau juga akan tahu mengapa aku melakukan ini padamu dan kenapa aku mau menyelamatkan mu"

--

Nampak Neko duduk di kursi tunggu rumah sakit dengan kepala yang terperban dan pipinya tertutup luka. Ia tampak menatap polos di sana lalu melihat telapak tangan nya sendiri. "(Kenapa... Aku banyak terluka akhir akhir ini hanya karena aku ikut padanya....)" 

Lalu ada langkah kaki datang dan berhenti di depan nya membuat nya menengadah sangat tinggi bahwa itu Felix. 

Felix berlutut dan mereka memasang kontak mata. "Dokter bilang kau baik baik saja, kau hampir melumpuhkan otak mu, dan dia bilang kau juga akan mengalami hilang ingat akan"

"Hilang ingatan?" Neko tampak terkejut. 

"Kau tahu siapa aku?" Felix menatap. 

". . . Jangan memancing ku, aku tidak hilang ingat akan" Neko tampak kesal. 

"Hanya bercanda, dia hanya bilang kau akan baik baik saja kedepan nya.... Tapi tetap saja, kau membuat ku sangat marah" Kata Felix membuat Neko terdiam kaku ketika Felix berdiri. 

Dia berjalan agak jauh lalu menghela napas panjang. 

Neko yang melihat itu menjadi gerdiam. "(Aku membuat nya marah. Tapi kenapa ketika dia mengatakan hal itu, dia mengatakan nya dengan nada yang sungguh datar dan biasa saja... Tapi mungkin, ini memang benar...)" Neko tampak kecewa pada dirinya sendiri. 

Lalu Felix kembali lagi dan mengulurkan tangan membuat Neko menengadah menatap nya kembali. 

"Ini yang terakhir kalinya, jika aku melihat luka lagi di bagian tubuh mu, aku tak akan segan segan untuk mengurung mu, karena kau kucing termahal yang layak dijadikan pajangan cantik" Kata Felix. 

Neko kembali terdiam, dia membuang wajah. 

"(Untuk terakhir kalinya, mungkin aku harus berpikir bahwa dia berbeda dari yang lain nya, dia berbeda dari mereka yang menggunakan sifat yang buruk.... Meskipun dia kejam, aku tak tahu apa yang memasuki nya sehingga dia tampak memasang wajah yang sangat mampu mencairkan suasana di sini. Setiap perkataan yang dewasa, emosi yang tenang dan tanpa emosional sama sekali, aku harus apa memang nya. Terkadang aku menganggap nya kejam, buruk dan bajingan... Mau bagaimana lagi, di saat yang seperti ini, dia tak memandang apapun selain mengharapkan nata ku menatap ke arah mata milik nya juga...)" 

"Kenapa kau membisu, kau sedang memikirkan apa? Memikirkan sesuatu yang membuat mu berpikir soal aku, atau soal orang lain" Tatap Felix. Dia kembali berlutut menatap.

"(Untuk kesekian kalinya, dia berlutut dan berharap bahwa aku melihat nya.... Mungkin itu adalah cara satu satunya milik nya, kenapa aku jadi terbawa arus perasaan ini.... Aku harus berpikir apa... Aku harus berpikir bahwa dia menyelamatkan ku) Kau...." Neko memegang tangan Felix membuat Felix terdiam. 

Neko memegang di bagian jari telunjuk dan tengah milik Felix dengan tangan kecil lembut nya. 

"Kau.... Bisa katakan padaku, apa yang aku pikirkan saat ini" Neko menatap polos padanya. Wajah yang begitu cantik dan imut terpampanh di wajah yang di harapkan dan kini Felix tersenyum kecil. 

"Tentu, aku bisa mengatakan nya padamu...." Felix memegang leher samping Neko, membelai perlahan di bagian itu lalu berdiri dan siapa sangka, ia menggendong Neko di dada membuat Neko terdiam menatap nya. 

"Aku bisa mengatakan nya ketika kita hanya berdua" Tambah Felix. 

Lalu ketika dia sampai di parkir mobil di bawah tanah, dia masuk di bangku supir dan mendekat ke bangku samping supir untuk memasanga sabuk pengaman untuk Neko yang masih terdiam. 

Lalu Felix menatap nya dan memeganh dagu Neko. "Kucing baik, terus tatap lah aku"

"(Rupanya memang benar, dia menginginkan aku untuk terus menatap nya)" Neko menatap diam. 

"Soal tadi, bukankah kau ingin tahu jawaban nya, ingin tahu jawaban soal apa yang kau pikirkan dan biarkan aku menebak?" 

"Aku ingin kau mengatakan nya padaku" Neko menatap. 

"Kalau begitu kenapa tidak mendekat agar aku bisa mengatakan nya dengan baik" Felix bersender di kursinya, meminta agar Neko ada di pangkuan nya di bangku supir itu. 

Neko terdiam sebentar. "(Apa dia gila.... Dia yakin.... Ini masih di tempat umum....)" 

"Kenapa kembali diam, kau mau mendengar nya bukan" Felix memegang kepala Neko perlahan dan membelai nya. 

Neko masih terdiam hingga ia melepas sabuk nya dan mengangkat pinggul nya dan merangkak perlahan mendekat. 

Sementara itu Beum membanting meja. "Sialan!!! Kenapa wanita itu tidak memberikan kabar padaku!! Kenapa tidak mengangkat ponsel!!! Jangan jangan dia benar benar membunuh Neko!!!" Ia kesal. 

Tapi Matthew yang ada di depan nya menjadi ikut kesal. "Kakak!!!" Ia berteriak memanggil membuat Beum terdiam. 

"Kenapa kau jadi memikirkan nya!! Dia itu hanyalah gadis yang tidak bisa lebih dari apapun!! Masih banyak yang sama dengan nya!! Kenapa kau harus satu memandang nya!! Karena hal ini, bisnis dan usaha yang kau buat menjadi semakin menurun karena kau tidak fokus pada pekerjaan mu dan malah memikirkan orang yang sudah menjadi milik orang lain. Jika dia sudah menjadi milik orang lain, harus apa susah susah mengambilnya kembali pada orang yang bahkan lebih kejam dari mu" Matthew menatao tajam membuat Beum kembali terdiam. 

Dia antara kesal harus melawan perkataan Matthew tapi mau bagaimana lagi, perkataan Matthew ada benar nya. "Cih, sialan.... Aku tak bisa melepaskan hal ini begitu saja.... Aku tidak rela.... Gadis yang harus nya jadi milik ku..."

"Kau tak perlu mengejar nya lagi. Dia harus nya memiliki hal yang paling baik, jika kau berurusan dengan serigala pirang, kepala ku yang jadi taruhan nya...." Kata Matthew, dia lalu berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Matthew. 

Tapi Beum bergumam untuk Matthew. "Aku tahu kau juga berpikir sama seperti ku, aku tahu bahwa kau masih mau padanya. Dan pastinya kau tidak akan pernah dilupakan oleh nya...." 

--

"Ah, hentikan.... Apa yang mau kau lakukan padaku" Neko menatap gemetar di pangkuan Felix. Tangan Felix memegang pinggulnya dan tangan satunya meraba pinggang Neko. 

Mereka masih ada di dalam mobil. Felix mendekat dan mencium leher Neko yang bernapas panas. 

"Aku bertanya tanya, kapan kau akan mengizinkan ku untuk melakukan seks bersama" Tatap Felix. Dia menggigit bra Neko dengan kancing kemeja yang tadi terbuka. Ia menarik nya dengan giginya fan tangan nya yang ada di pinggang Neko melepas bra nya. 

"Henti.... Kan...."

"Kenapa, kau malu? Bukankah sudah terlalu banyak menunjukkan pada orang lain juga, kenapa harus malu... Hm..." Felix menjulurkan lidah nya dan memakan dari ujung puting dada Neko. 

Hal itu membuat Neko menahan hal itu. "Hngah..... Hah.... Hentikan..." Ia hanya bisa menahan suaranya. 

"Seberapa sensitif lagi yang lain nya, apakah di sini" Felix memegang pinggul Neko membuat Neko berwajah terkejut. 

"He... Hentikan.... Jangan..." Neko terus memohon sambil menempelkan kepala nya memeluk Felix. 

"Shh.... Bernapas saja... Tak apa bukan jika aku hanya meraba tubuh mu.... Oh, lihat di sana" Kata Felix membuat mata Neko bergerak ke arah samping. 

Rupanya ada seseorang, pasangan muda yang baru keluar dari mobil. Neko terpaku melihat itu, ia gemetar panik. 

"Tenanglah, simpan suara mu atau kau akan membuat mereka melihat mu, atau kau ingin mereka melihat mu" Tambah Felix. 

"(Aku tidak mau... Hentikan ini....)" Neko meremaa baju Felix. 

Tapi tiba tiba saja Felix membuat Neko mengangjat kepalanya dan seketika, Felix menggigit bahu kanan Neko. 

"Akhh!!" Neko berteriak sakit. 

Hingga kedua pasangan tadi berhenti berjalan. ". . . Ada apa?"

"Apa kau mendengar sesuatu?" Tanya si lelaki. 

"Aku mendengar nya tadi... Mungkin hanya sabar samar, ayolah, kita harus melakukan pemeriksaan segera" Wanita itu untung nya membawanya masuk. 

--

"Sakit... Sangat sakit...." Neko merintih lalu Felix melepaa gigitan nya dan melihat keluar. "Sayang sekali mereka pergi, padahal kau ingin menunjukan tubuh mu kan" Tatapnya. 

Tapi ia terdiam ketika mendengar tangisan. 

"Hiks...."

Felix langsung mengangkat Neko, memegang pinggang nya dan mengangkat enko melihat wajahnya. Rupanya benar, Neko menangis. 

Felix berwajah tak percaya melihat itu. 

"Hu.... Kau bilang....Kau akan mengatakan nya hanya ketika kita berdua.... Tapi di sini.... Masih banyak orang lewat..... Iks...." Ia tampak sangat memohon. 

Seketika muncul urat kencang di bagian bawah pipi Felix, dengan cepat menutupi Neko dengan mantel besarnya membuat Neko terkejut. 

Dia langsung di angkat dan di bawa Felix dengan masih terguling mantel. 

"(Apa.... Apa yang kau lakukan.... Apa yang ingin kau lakukan padaku.... Turunkan aku)" Neko gemetar. 

"Kemana... Kemana kita akan pergi?" Felix menatap tajam dengan tatapan yang sangat menakutkan dimata Neko. "Katakan padaku, kemana tempat terbaik nya?" Ia menambah. 

Tapi Neko tambah gemetar meremas baju Felix.

"(Hentikan ini... Hentikan... Aku takut....)"