webnovel

8. Hamil

Dua hari ini, Cia kesepian. Zeno belum mengunjunginya dan kini dia menyesal karena pernah menolak untuk berkunjung ke kawasan bangsa Lycan. Wanita itu memutar gelas yang dia pegang dengan penuh emosi, selanjutnya gelas tersebut pecah, dan berhamburan di udara. Cia menggerakkan tangannya sehingga pecahan itu terbang menuju tempat sampah.

Cia menoleh ke arah pintu. Tiba-tiba dia merasa waspada, wanita itu segera menutup seluruh jendela yang terbuka dan sedikit mengintip melalui celah jendela. Demi kancut Hermione! Di depan rumahnya kini ada puluhan penyihir sedang mengepung.

Itu bukan wizard. Karena wizard tidak menggunakan tudung seperti ini. Cia meyakini jika ini adalah witcher buruk rupa. Dari mana mereka tahu alamat rumahnya?

Saat gadis tersebut masih berkutat dengan pikirannya, pintu depan telah terdobrak dan puluhan witcher itu kegirangan. Cia yang semula ingin pergi berteleportasi, tiba-tiba merasa dia harus bermain sebentar hingga puas.

Jadi, dengan angkuhnya dia membuka pintu kamar. "Ribut sekali."

Para witcher itu menatap Cia seolah wanita itu adalah harta karun. Tatapan berbinar itu, ingin rasanya Cia mencolok dan menariknya hingga lepas. Itu tidak hanya menjadi keinginan Cia saja. Wanita itu sudah menarik keluar sepasang bola mata salah satu witch dan melemparnya di lantai bagaikan koin.

"Serang dia!" teriak salah satu witcher.

Para dewa dan setengah dewa adalah bahan kesukaan wizard. Dari dalam tubhh mereka ada intisari kekuatan, jika diserap dan diolah dengan benar, akan menambah kekuatan mereka. Ditambah dengan keabadian dan membuat kulit mereka mulus tanpa cacat atau kerutan.

Namun, hal itu illegal. Sehingga mereka terbagi menjadi dua kelompok. Wizard untuk penyihir putih dan suci, sedangkan witcher untuk penyihir hitam dan gelap.

Cia mengayunkan tangannya dan cahaya tiba-tiba saja muncul menghempas satu witcher. Tangan kanan dan kirinya tidak bisa berhenti bergerak, bahkan, seluruh anggota badannya ikut bertarung.

Satu melawan puluhan witcher adalah hal yang mudah, tetapi mengapa hal ini justru membuat Cia ingin melampiaskan kekesalannya. Salah satu witcher melemparkan mantra dan dapat ditepis oleh Cia, tetapi sisa mantra tersebut memantul mengenai perutnya. Sontak hal itu membuat Cia ingin muntah saat itu juga.

Namun, gadis itu terlampau sibuk untuk muntah. Karena mulai terdesak pada ulu hati, dia akhirnya menekan mata gelang yang dia kenakan dan mengambil dengan cepat sebuah jarum. Jarum itu berubah menjadi pedang besar yang bercahaya keemasan.

Cia mengayunkan pedang tersebut dari jauh dan embusan angin dari pedang tersebut mampu menebas lima kepala witcher sekaligus. Yang lainnya saling tatap, sebelum kemudian mereka mengangguk, dan melemparkan sebuah bom asap untuk melarikan diri.

Sialan! Rumah Cia seperti habis terkena badai sekarang.

Wanita itu segera pergi menuju wastafel dan memuntahkan semua yang dia tahan tadi. Hingga semua cairan itu keluar, dia terduduk lemas dan bersandar pada kitchen set.

Langkahnya masih gontai, tetapi dia memaksakan untuk bergerak menuju lemari paling ujung. Berjinjit sedikit dia mengambil sebuah botol bening dengan cairam berwarna bitu. Itu adalah ramuan penyembuh yang dibuat khusus untuknya.

Dalam sepersekian detik, energi Cia sudah kembali pulih. Dia bahkan sudah bisa membuat portal untuk pergi ke langit. Wanita itu memilih mengabaikan rumahnya yang berantakan, dia hanya memperbaiki pintu agar tidak terlihat oleh orang luar.

Sesampainya di langit, Cia langsung jatuh di pangkuan Morgan. Wanita itu langsung merubah pakaian bumi dengan sutra khas langit. Sutra miliknya merupakan terusan berwarna hijau lembut dengan kemilau di seluruh sisi.

Morgan yang terkejut, langsung menahan tubuh Cia yang seolah-olah lunglai. "Cia," ujarnya penuh kepanikan. "Arlcia." Cia melenguh, membuat Morgan menegang. Namun, beberapa saat kemudian dewa murni tersebut mampu menormalkan lagi wajahnya yang memerah.

"Morgan," lirih Cia.

Lelaki bermata ungu itu mendadak panik saat Cia memejamkan mata dan seluruh tubuhnya lemah. Tanpa banyak kata, Morgan segera membawa Cia berteleportasi menuju ruangannya. Cat biru langit berpadu dengan putih, mendominasi ruangan ini. Aromanya segar, aroma khas milik Morgan yang menenangkan.

Morgan membaringkan Cia dengan hati-hati. Dia juga menutup paha wanita itu dan segera menyelimutinya. Takut kalau-kalau dia tidak sanggup lagi mengendalikan napsu. Dengan segera, dia menghubungi Xerox—dewa penyembuh.

Xerox datang dengan sembunyi-sembunyi atas permintaan Morgan. Dia segera meletakkan keranjang berisi bahan-bahan ramuan di atas nakas. Kemudian, menyentuh leher Cia dengan telunjuknya.

Ekspresi Xerox jelas terkejut. Ini merupakan hal baik, tapi tidak terlalu baik. "Morgan, apa kau berhubungan dengan Arlcia?"

"Kami memang berhubungan dekat, bukankah kau tau hal itu."

"Bukan, bukan itu." Xerox bingung, bagaimana dia harus berkata. "Apakah kau berhubungan badan dengan Arlcia?"

Morgan terkejut, kemudian dia menatap perut Cia yang masih rata. "Apakah dia hamil?"

"Ya, dan janin ini sangat agresif. Dia menghisap separuh energi Cia. Bukan masalah penting, hanya saja Arlcia membutuhkan asupan energi lebih dari biasanya," jelas Xerox.

Kening Morgan berkerut sesaat, ada rasa lega dan sedih secara bersamaan. Namun, mengingat wanita ini adalah Cia—wanita yang dia cinta, membuat seluruh rasa sedih itu meluruh. "Apakah ini akan lama?"

"Tidak. Hanya sampai janin itu cukup kuat, maka Arlcia bisa kembali seperti biasa." Morgan mengangguk. Selanjutnya, Xerox membuatkan ramuan agar kondisi Cia segera pulih.

Morgan adalah dewa bintang. Tugasnya menjaga seluruh bintang itu berkelip dan berada pada tempatnya. Dia juga merupakan dewa murni, karena dilahirkan langsung dari Naitura. Naitura melahirkan buah setiap tujuh ribu tahun sekali dan kebanyakan dari buah itu gagal.

Xerox memberikan ramuan itu pada Morgan. Dia bahkan berjanji akan menjaga hal ini dari siapapun. Morgan sangat berterima kasih atas pengertian dewa tersebut. Dia takut, jika kehamilan ini akan ditentang oleh dewa-dewi lainnya. Apalagi jika mereka tahu siapa sebenarnya yang menghamili Cia.

Next chapter