*Author's POV*
Suasana pagi hari ini berbeda dari biasanya, ada rasa optimis dalam diri Aidan. Kini, ia sudah berpakaian rapi layaknya agen elit FBI yang siap melaksanakan misinya. Sesampainya di markas utama FBI, Aidan segera dituntun oleh Kepala FBI untuk pergi ke laboratorium khusus dirinya. Aidan tampak takjub dengan lab tersebut, formasi teknologi, fasilitas, bahkan persenjataannya sangat lengkap.
Aidan memang sudah punya lab di rumah, tetapi tidak selengkap di labnya sekarang, karena dirumah ia hanya fokus pada teknologi baru yang berguna bagi dirinya sendiri. Kini, ia sudah semakin yakin untuk berintegritas menjadi agen elit FBI yang sesungguhnya.
"Pak, apakah saya memiliki partner khusus dalam bekerja?" Tanya Aidan yang mulai gusar karena kembali menjadi individual jika di lab tersebut.
"Oh berkaitan hal tersebut, saya telah memutuskan seorang agen pria yang akan menjadi partner kamu, tenang saja karena ia memiliki kualifikasi yang juga sesuai dengan kamu, Aidan." Terang Kepala FBI.
"Wah, saya akan bekerja dengan optimal pak! Tolong bantuannya ya pak!" Sahut Aidan.
"Jangan sungkan, saya yang berterimakasih kamu memilih keputusan ini! Sebentar lagi Darren Smith akan datang, ia akan menjadi partner anda mulai sekarang dan seterusnya. Selamat bekerja!" Balas Kepala FBI.
Sepeninggalnya Kepala FBI, di lab tersebut Aidan mengecek dan terkadang mempraktikkan cara menggunakan berbagai senjata yang sangat lengkap tersebut. Aidan juga tidak lupa untuk membuat passwordnya untuk lab, dan berbagai ruangan khusus miliknya.
Setengah jam berlalu, tiba-tiba sensor pada pintu Aidan berbunyi, yang menandakan ada orang yang datang. Aidan pun segera mengeceknya, tampillah video yang menunjukkan orang tersebut. Aidan yakin dia adalah Darren, karena sibuk menilai penampilannya, Aidan sampai lupa membuka pintu tersebut.
Awalnya mereka berdua masih sibuk dengan urusan masing-masing. Ternyata sifat mereka sama, yaitu tertutup dan dingin dengan orang lain.
Namun, melihat kesamaan tersebut, bukan jadi pembatas diantara mereka, malahan membuat mereka mudah untuk akrab, dan saling bertukar pendapat mengenai berbagai hal satu sama lain. Di dalam pikiran mereka, seakan menemukan kembaran yang hilang, karena berbagai kesamaan lainnya yang mereka mulai ketahui.
Untuk beradaptasi dengan lab tersebut, mereka berdua tidak butuh waktu lama. Seperti yang diketahui, latar belakang mereka, kejeniusan, dan pola pikir mereka cukup seimbang satu sama lain.
Bahkan, FBI menetapkan mereka untuk menjadi agen elit khusus dengan nama "Delta Tim". Mereka juga sudah seperti satu orang, yang tidak mempunyai rahasia satu sama lain, dan terus bertukar informasi yang di dapat mulai sekarang dan seterusnya.
Lain halnya dengan Freya, ia sekarang sibuk berkutat untuk memilih orang yang tepat menjadi partnernya, karena ia memang sangat sulit ditebak. Hal ini membuat CIA tidak diizinkan Freya untuk memilih partnernya.
Berkat kejeniusannya, cukup 7 jam bagi Freya mendapat partner yang seimbang dengannya. Namanya Olivia Sheryl, kualifikasinya sangat mendekati yang diharapkan oleh Freya.
Olivia pun tidak menolak tawaran Freya menjadi partnernya. Dua orang ini pun mulai berbagi satu sama lain dalam segala hal, untuk mendapat kecocokan satu sama lain, yang jika persentasenya dikatakan sekitar 99,9% karena tetap saja manusia ada bedanya. Nama Tim mereka berdua yaitu "Eagle Tim".
*Freya's POV*
"Liv, kuharap kita dapat bekerjasama dengan optimal kedepannya ya! Saya merasa sangat cocok dengan pola pikir dan kepribadian kamu!" Ucapku berbasa-basi.
"Oh ya! Saya juga merasa aman dan nyaman berada satu ruangan dan memiliki partner seperti kamu, Frey!" Sahut Oliv.
"Gimana nih? Kita harus beradaptasi dulu, atau kita tanya aja langsung misi pertama kita hahahhaha" Tanyaku dengan semangat.
"Ide bagusnya lebih baik kita tanya aja misi pertama kita, nambah pengalaman!" Sahut Olivia.
Kami pun berjalan ke ruang Kepala CIA, sepanjang koridor, tidak ada satu pasang mata pun yang tidak menatap kearah kami, risih? Pastinya. Namun, rasa tidak nyaman kali ini tidak seperti yang membuat ku merasa sedih ataupun terpuruk. Mungkin.. mereka kagum? Mungkin saja..
*Author's POV*
Kuharap semua akan segera membaik, aku yakin tidak ada hal lainnya yang kuharap, selain memiliki partner terbaik seperti dirinya yang mengerti pola pikirku, dan memiliki kejeniusan sepertiku. Aku akan selalu bersamanya dan menjaganya.
Hal ini terbersit seketika dalam benak Aidan, Darren, Freya, dan Olivia secara bersamaan. Mereka juga tersenyum dalam hati masing-masing. Tidak ada yang tahu betapa bahagianya mereka saat ini. Setelah kesepian, sakit dan hinaan yang selalu mereka tuai, akhirnya pasti bahagia. Ya Semoga.
"Gimana? Apakah kalian sudah menjadi partner yang tepat?" Tanya Kepala CIA kepada mereka berdua.
"Iya pak!" Ucap mereka berdua bersamaan.
"Pak, apakah kami sudah boleh menjalankan misi pertama? Kami sudah cukup beradaptasi dengan berbagai kelengkapan di lab kami tersebut. Menurut kami, misi pertama akan menambah pengalaman satu sama lain." Ucap Freya.
"Kami juga akan bekerja dengan optimal!" Sahut Olivia.
"Sebenarnya belum, namun karena kalian telah menunjukkan kapabilitas yang mumpuni, baiklah, misi pertama kalian akan saya majukan besok. Untuk hari ini, kalian hanya harus berlatih menggunakan semua fasilitas yang tersedia." Jelas Kepala CIA.
"Oke Pak, Terimakasih!" Jawab mereka sambil berlalu kembali ke lab.
Sekembalinya dari ruangan Kepala CIA, Freya dan Olivia kembali ke lab mereka berdua.
"Frey, lo mau gak kalo kita langsung ke tempat pelatihan? Setidaknya selain kita tahunya mengelola berbagai teknologi, kita juga lihai menggunakan senjata juga. Gimana?" Tanya Olivia.
"Gimana ya... ide bagus juga tuh, kalau urusan data, program, dll gue yakin kita udah mantap nih!" Balas Freya.
"Ayo sekarang pergi Frey! sekalian kita belajar membidik dengan baik!"
Sambil mereka berjalan menuju ruang pelatihan, Freya tidak sengaja mendengar pembicaraan Kepala CIA, bahwa di FBI ada dua agen elit khusus yang baru direkrut, yang memiliki kemampuan setara dengan mereka berdua.
Namun, segera Freya kembali sadar dan fokus untuk berlatih menggunakan senjata, setidaknya ketika menjalankan misi pertama besok, ia tidak ingin melakukan kesalahan sekecil apapun.
Keesokan harinya, Aidan dan Darren ditugaskan untuk berlatih selama seminggu, mereka belum diizinkan untuk mendapat misi.
Selama seminggu pula, mereka akan berkutat dengan berbagai jenis senjata, seperti bom tikus, pistol kaus tangan, pistol mancis, senapan panah, pistol ponsel, hak sepatu pemancar, kamera burung merpati, bahkan pistol penyerang lainnya.
Mulai dari pagi hingga sore, mereka masih berkutat dengan persenjataan tersebut. Namun, tetap saja mereka merasa senang, karena partner yang dimiliki setidaknya memiliki selera humor yang sama, dan pekerja keras.
"Gimana Ren? Kalo aku sih persenjataannya cocok dengan seleraku, selain itu aku juga udah lihai menggunakan sebagian senjata." Ucap Aidan.
"Aku juga hahaha kira-kira nanti misi pertama kita apaan ya? Aku penasaran nih, pengen segera realisasikan pemakaian senjata!!" Sahut Darren.
"Elah kamu ya ren, itukan kita juga realisasikan, lagian sih kita masih hari pertama pelatihan, sabar-sabar aja dulu. Nanti juga dapat misi pertama heheheh" Aidan menjawab sambil nyengir kearah Darren.
"Ya begitu... Kita harus semangat nih. Udah jam segini juga, ayo pulang Aidan! Gue pengen rebahan juga sambil nikmatin pemandangan karya-karya teknologi gue di lab nanti." Jelas Darren bersemangat ingin pulang ke lab.
"Ok bentar ren." Susul Aidan.
Jika Aidan dan Darren menjalani pelatihan hari pertama. Freya dan Olivia justru selangkah di depan, dengan melakukan misi pertama selama seminggu juga.
Misi Freya dan Olivia yang pertama adalah menangkap mafia narkoba yang masih tingkat rendah, hal ini untuk menambah pengalaman mereka.
"Liv, aku dapat informasi mengenai wilayah persebaran narkoba yang diKepalai olehnya!" Kata Freya.
"Baiklah Frey, aku masih dapat orang-orang yang menjadi agennya di beberapa titik saja."Balas Olivia.
"Liv, gimana kalo kita istirahat dulu sudah pukul 2 pagi nih, yang ada kita ga fokus dan tidak mendapat titik cerah mencari nih mafia!" Bujuk Freya.
"Okedeh Frey, kita istirahat saja, besok segera kumpulin informasi yang dibutuhkan lagi ya! Semangat hari kedua untuk misi pertama!" Seru Olivia yang dibalas anggukan oleh Freya yang sudah menguap.
Sejak menjadi agen FBI dan CIA yang mulai aktif, mereka berempat memang tidak lagi tinggal bersama keluarga. Mereka memiliki tempat tinggal sendiri yang disediakan khusus oleh institusi masing-masing, dengan pengawasan yang ketat dan fasilitas yang lengkap.
Maybe after all of that pain,
I can shortly shine a light.
So, I couldn't give up.
.....
Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!
Creation is hard, cheer me up! VOTE for me!
I tagged this book, come and support me with a thumbs up!
Like it ? Add to library!
Have some idea about my story? Comment it and let me know.