webnovel

part 2

Ouryne dan Aera melongo melihat gedung besar yang ada di depan mereka.

“Selamat datang di magical academy,”

Aera dan Ouryne langsung tersadar begitu mendengar suara Bella.

“Ini sekolah atau istana?” tanya Ouryne konyol.

“Ini adalah academy sihir terbesar di fantasy world,” jawab Alice menerangkan.

Ouryne terdiam, benar di dunia sebesar ini tidah mungkin mereka hanya mempunyai satu academy, dan tentu masuk akal jika Gedung di depannya ini di sebut sebagai academy terbesar. Karena menurut Ouryne, besarnya bahkan tiga kali lipat lebih besar daripada SMA nya dulu.

Bella dan Alice mengajak mereka masuk setelah gerbang terbuka dan menampakkan bagian dalam academy yang membuat kedua gadis belia itu kembali terkagum-kagum. Nuansa hangat menyapa indra penglihatan mereka, ada banyak sekali siswa siswi yang tampak bercengkrama di taman yang berada tepat di kanan mereka. Lalu dikiri ada air mancur yang juga di penuhi dengan murid-murid yang sedang bercengkrama, beberapa murid tampak melatih kekuatan mereka masing-masing, Aera dan Ouryne juga melihat ada beberapa werewolf yang tampilannya tidak semengerikan legenda yang sering mereka dengar dibumi, bahkan menurut mereka werewolf adalah makhluk yang gagah dan anggun.

Sepanjang perjalanan Aera dan Oruryne menjadi pusat perhatian dan mereka tampak biasa saja, karena sedari dulu mereka sudah terbiasa menjadi pusat perhatian, entah itu karena mereka cantic atau karena mereka dulu juga terkenal pintar.

Mereka berempat sampai pada sebuah ruangan yang berpintu emas dan bertuliskan “head master” dan Blla langsung mengetuk pintu itu, setelah seseorang dari dalam menyahut, Bella langsung membuka pintu dan mereka berempat akhirnya masuk ke ruangan itu.

Begitu masuk, Alice dikejutkan dengan seorang wanita yang langsung memeluknya, meskipun begitu Alice tetap membalas pelukan dari wanita yang Ouryne tebak sebagai kepala sekolah.

“Astaga Alice, aku kangen,”

Alice tersenyum lalu melepaskan pelukannya secara perlahan, “aku juga,” balasnya.

“Ah, selamat datang Ouryne dan Aera, aku senang kalian memutuskan untuk ikut kesini,” sambut kepala sekolah hangat.

Ouryne balas tersenyum, tapi Aera justru mengamati wajah yang tampak familiar itu, gadis itu kemudian mendekat pada sahabatnya dan menarik telinga Ouryne ke dekat bibirnya.

“Ryne, kamu merasa familiar gak sih sama wajah itu?” tanya Aera berbisik, Ouryne hanya mengangguk menyetujui.

Atensinya teralihkan ketika sang kepala sekolah memberikan sebuah tablet dan ponsel pintar.

“Meskipun di sini adalah dunia sihir, tapi kami juga punya teknologi super canggih yang akan membantu kalian belajar dan saling berkomunikasi. Di dalam ponsel itu ada saldo ke uangan yang bias kalian pakai saat berbelanja di cafeteria atau di pusat perbelanjaan di ibu kota, kalian tinggal pilih nominal yang kalian butuhkan lalu uang itu akan muncul di tangan kalian,” jelas kepala sekolah.

Aera dan Ouryne mengangguk kagum, ini semua adalah sihir yang di padukan dengan teknologi dan Ouryne sangat tertarik dengan semua ini.

“Kalian juga bias menyimpan barang milik kalian di dalam ponsel itu, sistemnya seperti galeri, jadi ketika kalian memotret benda yang akan kalian simpan, benda itu akan otomatis masuk ke dalam ponsel dan ketika kalian ingin mengambilnya, kalian tinggal klik saja barang yang akan kalian ambil,” lanjut wanita paruh baya itu.

“Lalu tabletnya untuk apa?” tanya Aera.

“Untuk belajar. Kalian tidak akan membawa buku, kalian hanya akan membawa dua benda it uke kelas kalian. Lalu informasi di dalam tablet itu sudah lengkap, jadi kalian tidak perlu khawatir akan kesulitan disini,” jawab kepala sekolah.

“Baguslah, kalua begini aku tidak akan muak melihat Ouryne yang membaca buku kapanpun dan dimanapun.” Kata Aera sarkas.

Ouryne mendelik kesal, kakinya bergerak menginjak kaki Aera dengan jeras membuat gadis bernetra coklat itu memekik pelan.

“Tidak usah mengomentariku!” ketus Ouryne.

Alice tertawa melihat perdebatan keduanya, ia lalu mengusap kepala mereka dengan lembut.

“Temukan ingatan kalian di sini,” ucap Alice penuh arti.

Ouryne dan Aera hanya tersenyum tipis.

“Kalian pergilah ke asrama nomor 115, di sana ada empat orang yang akan menjadi room mate kalian, kalian bisa masuk asrama menggunakan sensor iris mata kalian. Dan jagan khawatir iris mata kalian sudah terdaftar, jadi kalian bisa masuk kesana, selamat bersenang-senang,”

***

“Ra, kita melupakan kenyataan bahwa kita tidak tahu arah mana yang harus kita ambil untuk menuju Gedung asrama,”

Dan Aera langsung tersadar bahwa sedari tadi mereka hanya berjalan menyusuri Lorong sambal mengagumi kelas-kelas yang mereka lewati. Sesaat mereka terlibat perdebatan kecil, karena itu mereka jadi kurang memperhatikan jalan dan berakhir menabrak dua orang gadis yang sedang berjalan berlawanan arah dengan mereka. Mereka berempat akhirnya jatuh terduduk.

“Astaga, maafkan kami, kami tidak sengaja,” kata Ouryne.

Ouryne langsung berdiri dan membantu ketiga gadis itu berdiri.

“Maaf ya, tadi kami agak sedikit berdebat, jadi kurang memperhatikan jalan,” ucap Ouryne meminta maaf.

Sesaat kemudian Ouryne di buat kagum dengan paras kedua gadis yang di tabraknya. Salah satu dari mereka memiliki rambut hijau daun yang sangat indah dengan netra hijau keemasan, sedangkan yang satu lagi memiliki rambut berwarna kuning keemasan dengan netra emasnya yang terlihat sangat ceria.

“Kalian berdua gak papa?” tanya si gadis bernetra emas.

“Ah, harusnya aku yang tanya begitu, berat badan Aera gak main-main,” balas Ouryne sedikit meledek Aera.

“Heh, jangan mengada-ngada!” seru Aera tak terima.

Ouryne dan kedua gadis itu jadi tertawa melihat wajah cemberut Aera yang terlihat sangat lucu.

“Oh ya, perkenalkan namaku Flora Darelyn, dan ini sahabatku Namanya Stella Diamond, salam kenal. Nama kalian siapa?” gadis bernetra hijau keemasan itu memperkenalkan dirinya dan temannya lalu diakhiri dengan pertanyaan untuk Aera dan Ouryne.

Aera terdiam sejenak, lagi-lagi ia merasa familiar dengan nama dan wajah dua gadis di depannya ini.

“Aku Ouryne panggil saja Ryne (dibaca rain) dan ini sahabatku Aera,” balas Ouryne.

Aera hanya tersenyum dan melambai, pikirannya mendadak penuh karena rasa familiar yang di rasakannya. Bahkan sekarang ia jadi merasa de javu.

Tidak hanya Aera yang terdiam, tapi Flora dan Stella pun tampak tertegun sesaat setelah Ouryne menyebutkan Namanya, sebelum akhirnya Flora mendapatkan kembali kesadarannya dan segera tersenyum ramah kepada Aera dan Ouryne.

“Ngomong-ngomong kalian anak baru kan? Apa yang kalian lakukan disini?” tanya Flora.

“Yah, sedikit memalukan mengingat kami lupa menanyakan arah asrama dan berakhir tersesat di sini,” jawab Ouryne seadanya.

Flora dan Stella tertawa kecil mendengar jawaban Ouryne.

“Kalian di tempatkan di asrama nomor berapa?” tanya Stella.

“115,” jawab Aera dan Ouryne kompak.

Flora kembali tertawa kecil lalu merangkul Ouryne dan Aera, “kalau gitu, kita seasrama. Dan karena kita seasrama, jadi ayo berteman,” kata Flora ceria.

Ouryne membeku, dia tiba-tiba merasa de javu diiringi dengan rasa pening yang tiba-tiba menyerangnya. Gadis itu mencengkram tangan Flora bermaksud berpegangan agar tidak jatuh. Aera yang menyadari keadaan sahabatnya itu langsung mendekat lalu memegangi pundak Ouryne sambal menatap sahabatnya itu dengan panik dan Flora yang kebetulan sedang memegangi Ouryne jadi ikut panik dan langsung mencoba meringankan rasa pening yang di rasakan oleh Ouryne dengan cara mentransfer sedikit energinya kepada gadis itu.

Ouryne terhenyak merasakan aliran energi yang terasa begitu hangat dan familiar, ia kemudian menatap Flora yang sedang tersenyum padanya. Tubuh Flora tampak berpendar kehijauan dan Ouryne juga dapat melihat bahwa gadis yang di kenalnya beberapa saat yang lalu itu terlihat mengkawatirkannya.

“Kamu gak papa Ryne?” tanya Aera khawatir.

“Sekarang udah gak papa kok, lagian tadi cuma pusing dikit,” jawab Ouryne.

“Ya sudah, kita cepat-cepat ke asrama saja, biar Ouryne juga bisa cepat beristirahat,” kata Stella.

Setelah itu mereka akhirnya melanjutkan perjalanan menuju ke asrama mereka.