webnovel

TERPERANGKAP PESONA CEO (20)

Maaf, ini intronya aja yang serius, coba deh baca tiga bab pertama. *** Apa yang akan terjadi bila ayah sahabat masa kecilmu adalah dalang dibalik hancurnya keluargamu? Nayla, seorang gadis yang berteman dekat dengan Reza, mengalami amnesia setelah kecelakaan tragis. Dirinya melupakan Reza dan segala hal bengis dibalik keluarga sang pria hingga suatu hari... Ia bertemu kembali dengan Reza di perusahaan sang pria! Tapi...Nayla telah berubah menjadi buruk rupa dan bekerja menjadi OB. Reza tak mengenali Nayla pula! Akankah ada kisah cinta diantara dua sejoli ini sementara ayahnya Reza menjadi kaya akibat mengkhianati ayahnya Nayla? Akankah mereka tetap bisa menjadi kekasih ketika keluarga Reza bersikeras menghalangi kisah mereka? Dapatkah Nayla membongkar rahasia dibalik kehancuran keluarganya? Apa yang akan ia lakukan setelah mengetahui bahwa keluarga Reza adalah musuhnya? Inilah kisah "Dari benci jadi cinta" yang sesungguhnya. Romeo dan Juliet zaman modern. . . Simak selengkapnya, di kisah TERPERANGKAP PESONA CEO (20).

da_pink · Teen
Not enough ratings
295 Chs

RUMOR TENTANG SORAYA

-POV REZA-

Saya hanya terlambat beberapa menit saja, bus itu sudah pergi membawa Nayla. Beruntung nomor handphonenya sudah saya simpan, sehingga tak butuh bertemu untuk bisa bicara dengannya.

Dan rasa di hati benar-benar sangat ingin sekali berjumpa, pergi bersama-sama. Saya memintanya untuk menanti di halte berikut.

Saya lalu memacu kendaraan lebih cepat, agar bisa lebih dulu sampai. Dan benar saja, saya sudah menanti di halte itu, namun, telepon dari Papa masuk ke handphone.

Saya segera mengangkat, untuk bertemu dengannya saja sangat susah sekali. Di rumah pun tak pernah saya jumpai beliau, banyak pertanyaan yang ingin diajukan, termasuk perihal Om Razi, Ayah Nayla.

"Di mana kamu, Reza?"

Nada suara beliau tidak bersahabat terdengar.

"Saya menuju kantor, Pa."

"Kamu harus datang ke Hotel Ambhara pagi ini."

"Ada apa, Pa?"

"Ada pertemuan penting dengan klien."

Saya menghela nafas.

"Di ruangan apa, Pa?"

"Kau hanya perlu ke restorannya saja."

"Tetapi siapa yang akan saya temui di sana?"

"Dan kau hanya perlu segera datang, Reza, jangan banyak tanya!"

Telepon itu diputus oleh beliau.

Bagaimana saya bisa bertahan menjadi anak seorang seperti beliau? Sungguh tak ada hal yang membuat hati saya bahagia menjadi anaknya, bukan hanya sekarang, tetapi sejak dulu. Ketika saya selalu dipaksa untuk menuruti semua kehendaknya.

Saya tahu, hanya diri ini pewaris tahta kekayaan yang telah ia kumpulkan dengan susah payah. Namun, apalah arti semua itu, jika kasih sayang seorang Ayah, yang benar-benar dari seorang Ayah, tak saya dapatkan sama sekali.

Sebab itulah, saya sangat senang bertemu dengan Om Razi. Melihat beliau memerlakukan Nayla, sungguh manis sekali. Saya jadi sangat ingin memiliki Ayah seperti beliau. Namun, Ya Tuhan….

Saya sudah masuk ke basemant hotel. Karena tergesa-gesa,saya jadi lupa menghubungi Nayla, meminta agar duluan saja. Ah, semoga ia bisa memaafkan saya kali ini.

Saya langsung menuju restoran hotel, di lantai satu.

Tak butuh waktu lama menemukan ketua grup DA itu. Beliau tampak sedang mengobrol dengan Bapak Herman, Direksi Kepatuhan DA Publishing.

Mereka hanya berdua saja. Lalu dengan siapa pertemuan penting itu akan diselenggarakan?

"Selamat pagi, Pa, Bapak Herman."

Saya merundukkan sedikit tubuh, lalu menyalami Bapak Herman.

"Pagi, Mas Reza."

Sahut Bapak Herman sambil tersenyum dan berdiri menyambut uluran tangan saya.

"Duduk, Reza." titah sang ketua grup.

Saya lalu duduk. Dan mulai menatap sekitar.

"Apa yang kau perhatikan?"

Pertanyaan dari Papa menyentakkan saya.

"Papa bilang ada pertemuan penting, dengan siapa?"

Papa tak menjawab saya langsung. Sementara Bapak Herman tampak tersenyum saja.

"Apa yang kamu lakukan pada Soraya kemaren?"

Soraya?

Dugaan saya benar ternyata, semua ini sudah diatur rupanya.

"Saya tidak melakukan apa-apa padanya."

Tentu saja tidak ada yang saya lakukan, hanya menolak ajakan untuk bertemu secara pribadi, apakah itu merupakan suatu kejahatan? Tidak kan?

"Kau sudah membuatnya bersedih, Reza."

Saya menatap Papa dengan sorot penuh tanda tanya. Apa yang telah direncanakan sebenarnya?

"Kau tahu Soraya itu adalah super model negara ini! Dia juga merupakan anak dari pemilik Yayasan Sekolah Internasional yang ada di negeri ini. Kau tahu betapa pentingnya kontribusi Soraya untuk kemajuan Nabastala. Banyak media yang saat ini sangat menginginkan bisa meminang Soraya untuk ikut andil dalam terbitan mereka. Kau sudah lihat bagaimana naiknya ratting Sejagad Magazine beberapa bulan terakhir ini. Itu semua karena mereka selalu memajang wajah Soraya menjadi time line terbitan mereka."

Saya dengarkan semua yang dikatakannya.

"Itu semua hanya sebuah kebetulan saja, Pa. Lagi pula, saat itu berita tentang keluarga Soraya sempat booming, sehingga banyak yang penasaran dengan segala permasalahan tersebut. Bukan karena prestasi atau sejenisnya."

Apa yang saya sampaikan adalah kebenaran yang saya lihat.

Soraya melejit karena kontoversi kehidupan keluarganya. Di mana beberapa waktu silam, sempat beredar kabar tentang kematian ayahnya. Hanya saja, jasad beliau tak ditemukan, seolah sengaja disembunyikan dari khalayak. Banyak sekali praduga yang menguar, mulai dari kebenaran bahwa ayah Soraya yang belum meninggal, hingga dikaitkan-kaitkan oleh kesengajaan dari Ibu Soraya, yang melakukan tindakan pelenyapan itu, demi ingin menguasai harta kekayaan suaminya.

Memang sejak berita kematian ayah Soraya, Ibunya pun resmi menjadi ketua Yayasan sekolah bergengsi tersebut.

Ada satu lagi kontroversi yang saya baca. Ini entah benar atau tidak. Bahwa ayah Soraya, memiliki seorang anak dari perempuan lain, dan hal inilah yang memicu kemarahan ibu Soraya.

Sehigga terlepas benar atau salah, saya meyakini bahwa, tak ada prestasi yang ditorehkan oleh Soraya sendiri. Orang-orang hanya penasaran dengan latar permasalahan keluarganya. Itu saja.

"Jaga ucapanmu, Reza!"

Sergah Papa tampak tidak setuju dengan apa yang sudah sampaikan.

Ada apa memangnya ini? Kenapa justru beliau yang tak terima terhadap kebenaran yang saya dapatkan.

"Kau tak perlu bicara soal hal yang belum kau ketahui betul."

Saya membuang muka ke arah lain, mencoba menetralisir perasaan yang sangat tidak stabil saat ini.

"Lalu apa yang akan saya lakukan di sini? Pertemuan seperti apa yang akan saya hadiri?"

Papa tak lagi menjawab, ia tampak menahan sesak di dada, kemudian menyandarkan tubuh dan melakukan hal yang sama seperti saya tadi, membuang muka ke arah lain.

"Begini, Mas. Kita hanya punya waktu sekitar satu minggu lebih kurang, untuk masuk ke edisi kedua bulan ini. Dan menjadikan Soraya sebagai model dengan menggunakan rancangan dari designer Gunawan, ini akan sangat membantu kita dalam menaikkan ratting penjualan Nabastala. Mas akan mengadakan pertemuan dengan Soraya, untuk menjalin kedekatan secara emosional dengan dirinya. Sehingga untuk terbitan selanjutnya, kita bisa mendapatkan informasi yang masih menjadi rahasia itu. Sesuatu yang sangat berharga, yang masih ingin diketahui oleh masyarakat ramai."

Saya tersenyum sarkastik. Ini rendahan sekali. Mendekati seseorang hanya untuk keuntungan pribadi semata. Tentu akan sangat menyakitkan apabila Soraya mengetahui ini semua.

"Tidak hanya untuk alasan itu saja, Mas Reza. Saham Nabastala sempat hampir anjlok beberapa waktu lalu, sehingga Grup DA pun terpaksa menggelonntorkan dana yang cukup besar demi menunjang agar Nabastala tetap berdiri kokoh. Tidak hanya dari Grup DA saja, beberapa investor juga bersedia menanamkan sahamnya di Nabastala. Salah satu yang terbesar adalah dari Yayasan sekolah milik keluarga Soraya. Dan… demi kelangsungan hubungan baik ini, kita pun juga harus menjalin hubungan baik dengan siapapun kerabat mereka, terlebih Soraya."

Panjang lebar sekali penjelasan dari Bapak Herman ini.

"Apa maksudnya ini, Pak Herman? Bisa kah langsung saja ke inti persoalan?"

"Reza… Sudahlah, kau tak perlu banyak tanya. Sekarang kau hanya perlu memilih, bertemu dengan Soraya pagi ini, sarapan hingga mengajaknya jalan-jalan berdua, atau datang menghadiri acara ulang tahun Ibu Designer Gunawan nanti malam dengannya?"

Saya lagi-lagi menarik nafas setelah mendengarkan ucapan Papa barusan.

Hidup saya ini sudah diatur sedemikian rupanya ternyata.

***

***

Kalo aku jadi Nyala, udah kubejeg-bejeg muka tampanmu itu Babang Tamvan.. KEzelll..

da_pinkcreators' thoughts