"Hah? Jadi keluarga lo semuanya maksa elo nikah sama pak Reyhan?"
Eriska sungguh tidak percaya dengan penjelasan Lenny barusan. Sambil mengunyah salad buah, gadis itu mengangguk-angguk pasti.
"Gue gak nyangka kalau akhirnya bakalan begini Ris. Dalam mimpi sekalipun, gue gak pernah kepikiran nikah sama dia!"
"Tapi dia nyatain pengen nikah sama elonya gimana?"
"Ya gitu.. kayak perampok ketemu mangsa, nikah atau nyawa!"
Eriska jadi pengen ketawa. Antara sedih, prihatin, sama bahagia dengan semua kejadian ini. Sahabat tersayangnya itu sebentar lagi akan menjadi nyonya Reyhan Deandra. Dia bakalan jadi pendamping hidup calon penerus Deandra Group sekaligus pencetak bibit bibit penerus setelahnya. Sebentar lagi, Lenny bakalan jadi orang penting. Hebat sekali!
"Tapi kalau boleh saran nih, gue sebenernya gak suka elo bikin perjanjian kayak gitu sama pak Reyhan. Biar gimanapun, itu gak bener Len!" Komentar Eriska. Yup, Lenny juga tak segan menceritakan soal perjanjian pranikahnya dengan Reyhan. Biar gimanapun dia percaya seribu persen kalau Eriska gak akan bocorin ini ke siapapun.
"Ya mau gimana lagi Ris.. gue gak siap harus gituan sama dia.." Gadis itu memandang ke luar apartemen. Ini sudah seminggu sejak dirinya dan Reyhan resmi bertunangan. Hanya waktu kurang dari tiga minggu lagi mereka akan resmi menjadi pasangan suami isteri. Dan sebelum itu terjadi, makanya Eriska semalam menyempatkan waktu menginap di apartemen. Pokoknya setiap weekend sampai sahabatnya resmi menikah, dia mau nemenin Lenny terus. Sebelum nanti gadis itu akan pergi ke Turki untuk batas waktu yang belum ditentukan pula. Pasti dia akan rindu berat.
"Lo yakin gak ada perasaan apapun sama pak Reyhan? Soalnya gue liat pas acara tunangan kemaren, kalian pelukan tuh."
Lenny tergagap. Duh, itu kan sebenarnya pelukan refleks karena dia merasa menjadi wanita paling bahagia malam itu. Apalagi lagu yang dibawakan Gheo Marvelo menambah baper keadaan.
"Bingung kan lo mau jawab apaan.." Erisa memicingkan matanya, sudah dia duga hal ini akan terjadi. "Coba deh elo itu belajar buka hati buat nerima dia.. Kalau enggak, nanti pak Reyhan diambil pelakor loh!"
"Ah, ngaco lo!"
"Eh ni anak.. Gue beneran nih!" Eriska buru-buru meraih ponselnya, membacakan berbagai berita pelakor hot yang telah sukses merebut suami orang. Lengkap dengan dampak yang kini dirasakan istri sah beserta anak-anaknya. Tidak lupa Eriska bacainnya dengan nada yang dibuat-buat sedemikian horor agar Lenny ngeri.
"Tapi gue yakin Reyhan gak akan begitu.." Lenny tetap santai menanggapi berita kisah sukses pelakor yang telah dibacakan Eriska. Lagipula diperjanjian itu juga, Reyhan kan dilarang selingkuh.
Eriska berdecak kesal, "Mungkin pak Reyhan enggak begitu, tapi lo itu harus tau diluar sana banyak orang yang suka sama pak Reyhan.. Gak cuma cewek, cowok aja banyak! Lo sadar dong, tunangan lo itu tuh perfect. Muda, ganteng, duit banyak.. siapa yang nolak?"
"Gue nolak!"
"Ah, itu mah elonya yang sinting!"
Lenny terkekeh. Sebenernya dia atau orang-orang yang gak waras sih? Sampai detik ini dia emang ngerasa Reyhan itu biasa aja, sama aja kayak cowok rakyat jelata lain. Tapi selalu saja orang-orang disekitarnya memuji Reyhan.
"Eh btw, lo mau ngomong apaan semalam soal David?" Lenny mengalihkan pembicaraan.
Eriska menepuk jidatnya. Hampir saja gadis itu lupa lagi. Semalam dia sudah ngantuk berat mau menceritakan soal David pada Lenny, cerita yang sudah dipendam sekian lama.
"Itu, jadi waktu itu.. kayaknya pas lo masih di Jambi deh, gue papasan sama pak David Tama Pilar, gila aslinya ganteng banget!"
Mulailah Eriska menceritakan detil dari dia tabrakan sama David ala FTV, tukeran whatsapp, soal David menanyakan Lenny, sampai berita pilu perceraian kedua orang tua David dan menghilangnya cowok itu. Lenny memperhatikan dengan saksama setiap cerita dan ekspresi yang dikeluarkan sohibnya itu, dan dia sama sekali tak memotong sampai ceritanya selesai.
"Jadi begitu Len, kasihan ya." komentar Eriska.
"Elo.. suka sama David ya?" Lenny bertanya tiba tiba dengan tatapan menyelidik. Soalnya setelah dia lihat lihat, Eriska tuh gak kayak orang yang cuma sekedar prihatin kebanyakan. Dia kayak nyimpan sedih juga, dan pipinya bisa merah dadakan pas flashback tabrakan sama David.
"Ya gak mungkinlah!" Katanya dengan nada naik. Gadis itu emang ngomong 'gak mungkin' dibibir, tapi sikapnya berkata lain. Ternyata bener itu istilah lain dimulut lain dihati. Lenny mulai mencium bau bau Eriska jatuh cinta.
"Ah jangan ngibul! Kita kenal bukannya sehari dua hari Ris!" Lenny mengibaskan tangannya diudara. Tapi dalam hati sebenernya dia lega juga. Akhirnya setelah sekian lama Eriska trauma sama cowok, sohibnya itu bisa mulai suka lagi sama kaum adam dan belajar buka hati.
Nasib kisah cinta Eriska memang gak pernah mulus. Dia sering merasa minder dan ngerasa peruntungannya dalam dunia percintaan sangat buruk. Mulai dari ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, diselingkuhin, ditipu sama cowok yang ternyata udah beristri, dan terakhir yang paling bikin dia trauma adalah mantan cowoknya ringan tangan! Untung aja Eriska masih bisa selamat. Dan sejak kejadian itu, Eriska memutuskan gak mau lagi kenal yang namanya pacaran. Sebenernya gadis itu juga ngiri sih sama Lenny yang beruntung banget gak pake pacaran tapi mendadak nikah. Beda nasib sama dirinya yang lebih senior percintaan, namun kerap kali kandas jua.
"Ya beneran lah, gue sadar diri. Mana mungkin gue bisa dapat pak David.."
"Heh, lo inget kan dulu lo pernah bilang sama gue kalau di dunia ini gak ada yang gak mungkin?" Lenny mencoba mengingatkan Eriska akan berbagai macam doktrin sesat yang dulu pernah diberikan gadis itu padanya. "Begitupun sama elo.. semuanya bisa aja terjadi! Sini, gue minta nomornya David!"
"Lo mau ngapain?" Eriska mendelik.
"Ya mau nanya kabar dia lah, kan kata elo dia nyariin gue.. sekalian nih gue jadi mak comblang!"
Lenny segera merampas hape Eriska. Dicoba dihubunginya David namun tetap tidak bisa. Nomornya masih tidak aktif.
"Kayaknya dia frustasi banget deh.." komentar Eriska lagi begitu Lenny meletakkan handphone miliknya.
"Ya udah deh, kita tunggu aja sampai dia balik. Gue yakin, David gak bakalan lama kabur. Secara, dia kan banyak banget pekerjaannya disini.. dan dia itu tipikal orang bertanggung jawab.."
Keduanya lalu terhanyut dalam topik seputar David. Namun tak berselang beberapa lama, bel apartemen berbunyi. Lenny segera bangkit dan mengintip dari lubang khusus di pintu siapakah gerangan yang datang. Namun gadis itu sama sekali tidak mengenalinya.
***
"Jadi mas mas ini, ada maksud dan tujuan apa ya datang kesini?" Lenny langsung menembak ke inti permasalahan setelah cukup berbasa basi. Soalnya dia sama sekali gak ngeh sama tiga cowok misterius yang sedang namu ini. Eriska juga gak kenal sama mereka semua.
"Jadi kita ini dari Ayeay Fotografi, mbak. Kita masih terhitung cukup baru di dunia foto, dan pengen ajak mbak Addara untuk bekerja sama dengan kita. Ya, kita minta tolong banget deh karena mbak Addara ini kan selebgram yang cukup berpengaruh." Jelas salah satu dari tiga mas mas itu, yang sepertinya adalah pimpinan mereka. Lenny mengangguk-angguk. Pasti ini endorse.
"Bener mbak, tolongin banget kami yang masih merintis karir ini.. kami butuh makan mbak." Sebelah pimpinan itu yang punya rambut kayak Ninja Sasuke dalam Film Naruto, turut menimpali.
"Jadi yang harus saya bantu apa nih mas? Karena maaf sebelumnya, saya lagi off dari dunia medsos soalnya saya mau menikah.." Jelas Lenny langsung. Dia pengen aja nolong posting tentang usaha mereka agar dikenal para followersnya, seperti biasa yang dilakukan oleh seorang selebgram pada umumnya. Tapi masalahnya kan, dia udah janji sama Reyhan untuk cuti media sosial sampai menikah. Lagipula gadis itu gak punya hape sekarang. Masa posting pakai hape jadul sih? Terkirimnya ntar dong nunggu semut gak bertelur tapi melahirkan.
"Kalau begitu kebetulan mbak. Gimana kalau mbak foto preweddingnya sama kami? Nanti tema sama semua kostumnya kami yang siapkan. Gimana?"
"Mau ya mbak? Please please.. tolonglah kami semua mbak!"
"Iya mbak, kami butuh partner seperti mbak Addara. Mau ya mbak?"
Tiga wajah itu mengiba dengan amat sangat sembari dengan kompak menyatukan kedua telapak tangan di depan dada, tanda memohon. Mereka juga kompak sampai ngesot-ngesot di lantai.
Sebenernya ini sih kegiatan saling menguntungkan. Dengan endorse begini, mereka bisa hemat budget untuk sesi foto prewedding sekaligus bisa bantuin orang lain. Itung-itung beramal lah. Biar bagaimanapun mereka bertiga juga kan masih usaha jasa foto kecil, pasti butuh banget strategi marketing dan promosi yang mendukung. Dan Lenny itu emang paling seneng kegiatan nolong nolong begini. Tapi dia ragu, apakah Reyhan mau melakukan sesi foto prewedding gratisan? Secara itu cowok selain berduit, gengsinya juga selangit!
"Eh eh.. tolong jangan begini dong mas!" Lenny segera membantu mereka kembali ke sofa. "Sebenernya saya mau aja, tapi.. saya harus konfirmasi dulu sama calon suami. Soalnya dia itu jinak jinak merpati, mas. Gampang gampang susah!" ucap gadis itu akhirnya. Tiga pasang mata dihadapannya langsung berbinar, seperti menemukan seberkas cahaya untuk kehidupan yang lebih baik.
"Kalau begitu, ini kartu nama saya mbak." Cowok yang diduga sebagai ketua tadi, menyerahkan sebuah kartu nama berwarna hijau ke Lenny, yang langsung diterima gadis itu. "Nanti hasilnya tolong kabarin saya ya! Saya sangat berharap kerja sama ini dapat terjalin."
"Oh oke mas.."
Ketiga cowok asing itupun segera pamit dan pergi dari apartemen.
***
Malam harinya selesai lembur dan bekerja di hari weekend, Reyhan langsung mampir ke apartemen Lenny. Sekarang jadwal kerjanya mulai gila-gilaan. Kerja sampai larut malam dan tetap masuk di hari weekend mulai menjadi gaya hidup Reyhan menjelang pernikahan. Biar bagaimanapun, targetnya harus selesai agar nanti bisa fokus di Turki.
"Ada apa?" tanya Reyhan begitu pintu apartemen di buka. Cowok itu langsung nyelonong ke sofa sembari membuka dasi dan jas nya. Gerah sekali belum mandi jam segini.
"Ehm.. itu.." Lenny jadi bingung harus mulai dari mana. "Elo mau ngopi?"
"Gak usah.." tolak Reyhan langsung. "Gue cuma mampir sebentar karena lo tadi bilang ada hal maha penting dan gawat yang mau dibicarakan secara langsung empat mata karena urgent dan menyangkut kehidupan umat banyak.." Cowok itu menirukan gaya bahasa Lenny sewaktu menelponnya tadi. Bahasa yang ruwet dan menyebalkan. "Jadi ada apa?"
Duh, Lenny jadi takut banget mau bilang. Melihat kondisi fisik cowok itu yang nampaknya sangat kelelahan, dia ragu mau bicara soal ini.
"Soal.. ehm, itu.. foto prewedding.." cewek itu kembali terbata bata. "Kita belum foto prewedding kan?"
"Oh iya gue lupa. Nanti gue telpon bang Lionjepret terus atur skhedule. Lo mau foto indoor, outdoor atau keduanya?"
"Gue sih pengen outdoor aja.. tapi.."
"Tapi kenapa?" Reyhan mulai ambil posisi tiduran di sofa panjang. Meluruskan tulang tulangnya setelah seharian bekerja. Lelah sekali rasanya.
"Kalau kita fotonya gak sama bang Lion, gimana?"
"Terus sama siapa?"
"Kalau foto prewedd kita di endorse.. lo keberatan gak?"
Hukk!
Sontak saja Reyhan terbatuk-batuk. Cowok itu langsung duduk lagi, tidak jadi ancang-ancang mau tidur. Kuagett pol!
"Apa lo bilang? Di endorse? Lo lagi ngelawak ya?"
"Gue serius Rey. Lo bersedia kan?" Cewek itu mengedip-ngedipkan matanya dengan manja. Pasang tampang angel face sembari membuat tanda memohon dengan kedua tangannya. "Ya ya ya? Pleasee pleaseee"
Reyhan sempat terkesima sesaat. Cuma sedetik doang. Kemudian cowok itu berdehem, menyetel tampang yang serius. Menunjukkan bahwa hanya dirinyalah yang berkuasa dan memiliki otoritas tunggal.
"Gak!" tolaknya, tandas. "Gue gak mau! No and never!"
"Tapi Rey..."
"Gak ada tapi tapian.." potongnya cepat. "Gue gak akan ambil resiko. Selain gak jelas siapa fotografernya, bagaimana pengalamannya, kualitas foto yang dihasilkan, dan temanya kayak apa.. gue gak mau buang-buang waktu buat prewedd uji coba. Sekali lagi gue tegaskan, ini pernikahan serius bukan pernikahan eksperimen!"
Lenny tertunduk lesu. Dirinya masih terbayang-bayang ketiga wajah mas mas tadi yang memohon dengan amat sangat kepadanya. Dan hati nurani Lenny, sangat tidak suka kalau dirinya tidak bisa membantu orang lain ketika dia merasa mampu. Sebenernya dia emang bisa, cuma partnernya aja nih yang selalu ribet.
Cewek itu jadi teringat masa suramnya dulu sekali di kampung. Ketika dia sedang berada dalam kesusahan dan tidak seorangpun yang mau menolong. Dia sudah tau rasanya begitu, sangat gak enak sekali. Dan sekarang Lenny selalu berusaha agar apa yang dialami gak dialami juga sama orang lain. Tapi bagaimana dong, sepertinya keputusan Reyhan ini sangat final mengingat sang tunangan adalah pembuat keputusan tunggal.
Tiba-tiba jurus the power of kepepet Lenny mulai merasuki dirinya. Ya, sebuah ide cemerlang baru saja terlintas dibenaknya.
Cewek itu mulai beraksi. Dia langsung menangis. Menangis sejadi-jadinya dan sekencang-kencangnya. Dia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan.
Sontak saja Reyhan panik dan buru-buru mendekat kearah cewek itu. Bertanya dengan nada cemas.
"Eh eh haduh.. lo kenapa? Kenapa?"
"HUAAAAAAA HUAAA HIKS HIKS HIKS HIKS" Lenny sesenggukan, "Gu..e. gu..e"
"Iya kenapa? Kenapa nangis sih? Gue kan gak marah.."
"Po.. kok..nya hiks gu..e.. ma..u hiks.. po to endorse!"
"Ya Tuhan..." Reyhan garuk-garuk kepala. Dia paling gak tega lihat cewek nangis, apalagi cewek yang bakalan dinikahi.
Hah, sial! Lagi-lagi gadis ini mulai bermain dengan perasaan!
Reyhan berjalan mondar mandir. Bingung dan panik bercampur jadi satu. Tapi tangisan Lenny semakin menjadi jadi. Dia bahkan sampai meraung raung di lantai, kayak orang kesurupan.
"Ya udah oke oke!" Putus cowok itu akhirnya. "Tapi inget ya, fotonya gak akan di posting di sosial media apapun sampai kita nikah!"
"BENERAAANNNN?"
Lenny menghentikan tangis bombay yang penuh dengan air mata palsu. Reyhan menjawab dengan wajah kesal.
"Iya!"
"YES!!" Gadis itu melompat lompat kegirangan. Persis seperti anak kecil yang baru dapat permen.
"Makasih Rey.. makasih!" Dia langsung saja memeluk Reyhan dan dengan sengaja mengusap-usapkan wajahnya di kemeja cowok itu.
"Heh heh.. Apa apaan nih! Jangan peluk gue itu ingus lo kemana-mana!! Jijik hei!! Astagaaa!"
***