webnovel

Siapa Pria itu?

Editor: Wave Literature

"Delapan?"

"Berhentilah bercanda!"

Kata-kata Lao Zhao membuat jantung semua orang berdegup kencang. Cahaya dalam skenario Pembunuhan Tengah Malam sangat remang. Kelompok itu saling memandang, tubuh mereka membeku.

"Di mana orang kedelapan?"

"Jangan panik!" Kakak Feng memerintahkan seraya mengeluarkan ponsel dari kantong. Ketika dia akan menyalakannya, suara rantai dari ujung koridor tiba-tiba semakin mendekat.

"Seseorang akan datang!"

Ketika Feng membuka kunci layar ponselnya, monster mengerikan itu muncul dari salah satu tikungan. Waktunya sempurna, seolah-olah ia sudah mengetahui keberadaan mereka.

"Apa itu?!"

Dibalik jubah dokter yang berlumuran darah, terdapat beberapa rantai yang terseret di belakangnya. Monster itu menunduk sambil menggenggam palu dengan "tangannya" yang berlumuran darah. Semua orang mulai merasa sedikit ketakutan, dan hanya kakak Feng yang masih tetap tenang. Ia mengabaikan peringatan Chen Ge dan menyalakan senter di dalam Rumah Hantu.

Cahaya dari ponsel menyinari koridor panjang dihadapan mereka, menyinari monster itu. Ia segera memalingkan "kepalanya" ke arah mereka dan memelototi mereka melalui rambut panjang yang menutupi hampir seluruh wajahnya.

Kengerian sontak membanjiri wajah para mahasiswa kedokteran. Monster itu memiliki wajah yang dijahit dengan beberapa wajah lelaki. Jahitan pada topeng dapat terlihat dengan jelas, bahkan dari kejauhan!

Monster itu tampaknya sangat peka terhadap cahaya karena ketika cahaya mengenainya, dia mulai mengamuk dan berlari menyerbu para mahasiswa sambil mengayunkan palu dengan kencang di udara!

Bunyi rantai jubah yang berderak diiringi langkah kaki berat yang menggema di sepanjang koridor. Ketika orang gila itu mendekat, entah siapa yang pertama bergerak lari, gerakan itu menciptakan efek domino. Kelompok siswa itupun lari berhamburan untuk menyelamatkan diri mereka.

Beberapa bersembunyi di dalam ruangan terdekat, ada yang bergegas menuruni tangga untuk bersembunyi di lantai dua, sementara beberapa lainnya langsung turun ke lantai satu.

Semua orang merasa ketakutan dengan kemunculan monster yang tiba-tiba itu. Suara langkah kaki yang semakin mendekat serta suara rantai yang berderak benar-benar meresahkan mereka. Memberikan perlawanan atau melarikan diri adalah respons alami manusia terhadap ancaman. Terlebih lagi, ketika otak merasakan bahwa ancaman di hadapan mereka adalah sebuah pertarungan yang tidak dapat mereka menangkan. Secara alami, mereka akan melarikan diri.

Xiao Hui adalah orang yang paling dekat dengan tangga. Ketika monster itu berlari ke arah mereka, ia menjadi bingung, dan seseorang di sampingnya langsung berbalik dan berlari menuruni tangga. Otaknya tidak dapat berpikir karena begitu ketakutan. Ia pun segera berlari mengikutinya. Pada saat itu, yang ada dalam benaknya hanyalah melarikan diri dari monster.

Ponsel ditinggalkan di salah satu sudut koridor. Ketenangan yang diperlihatkan kelompok mahasiswa itu benar-benar hancur, dan jeritan membelah keheningan rumah hantu. Mereka berpencar seperti kawanan ayam yang ketakutan.

Ketika Xiao Hui mengikuti pria di depannya ke lantai satu, teriakan dari lantai tiga masih jelas terdengar. Kemudian, terdengar suara rantai yang terputus-putus, seperti menandakan bahwa monster itu sedang menuruni tangga!

Xiao Hui mempercepat langkahnya dan tidak berani menoleh kebelakang. Dia tetap mengikuti pria di depannya, takut dia akan tersesat di tempat itu sendirian. Musik yang mulai terdengar menyeramkan dan teriakan tak berujung menyebabkan rasa takut berkembang dengan cepat di dalam hati Xiao Hui. Semakin besar ketakutannya, semakin besar keinginannya untuk tetap bersama pria di depannya itu.

Dia mengekor pria di hadapannya seperti hidupnya tergantung pada pria itu. Pria itu telah menjadi orang yang dapat diandalkannya di dalam Rumah Hantu yang mengerikan.

Apapun yang terjadi, setidaknya kita berdua dapat saling menjaga. Xiao Hui tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi jika ia ditinggalkan sendirian di tempat itu. Untuk mencegah hal buruk lain terjadi, dia melangkah mendekati pria di depannya dan mengulurkan tangan untuk menggenggam baju pria itu.

Suara rantai semakin mendekat. Xiao Hui dituntun oleh pria itu ke lantai satu dan keduanya masuk ke dalam salah satu ruangan untuk bersembunyi.

Jalan buntu? Xiao Hui berhenti di belakang pintu yang telah tertutup itu sementara dia melihat pria itu masuk ke dalam sebuah lemari untuk bersembunyi. Selain lemari itu, tidak ada lagi tempat untuk bersembunyi. Pada titik ini, Xiao Hui hanya memiliki dua pilihan: satu, berlari sendirian atau dua, bersembunyi di dalam lemari bersama pria itu.

Suara rantai yang berderak semakin mendekat, dan dia dengan cepat memutuskan untuk memilih pilihan kedua. Setelah pintu lemari ditutup, ia seperti memasuki dunia yang penuh dengan kesuraman dan keheningan. Satu-satunya hal yang membuatnya merasa aman adalah pria di sampingnya.

Riasan di wajahnya mulai berantakan. Sambil menahan napas, Xiao Hui mencondongkan tubuhnya ke salah satu celah untuk mencoba melihat keadaan diluar.

Dia dapat melihat rantai dari jubah monster itu bersinar dalam gelap. Monster berhenti di depan pintu. Ia menggunakan palu untuk mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam kamar itu.

Jantung Xiao Hui berdetak sangat cepat. Dia menggigit jarinya dan bergerak perlahan menjauhi pintu lemari. Ia berdoa dalam hati, "Tolong jangan mendekat, tolong jangan mendekat."

Doanya segera terkabul karena dokter itu kemudian hanya melihat-lihat sebelum berjalan pergi. Xiao Hui menghela napas lega dan mengguncang lengan pria di sampingnya. "Monster itu sepertinya tidak melihat kita. Kita sebaiknya menunggu sedikit lebih lama dan mulai mencari yang lainnya."

Selain suara Xiao Hui yang menggema, hanya ada keheningan di dalam lemari sempit itu. Tidak ada jawaban dari pria di sampingnya. Dia mengerutkan kening saat berbalik untuk melihat pria itu, ia mulai merasakan ada sesuatu yang janggal.

Pria yang bersembunyi di dalam lemari bersamanya memiliki tubuh sedang, tidak kurus atau gemuk.

Jelas pria ini bukan Monkey atau Lao Zhao. Kakak Feng juga lebih tinggi dari orang ini. Sedangkan, He San sedikit lebih kecil dari orang disampingnya. Xiao Hui memanggil dengan hati-hati, "Lao Song?"

Tidak ada jawaban. Jantung Xiao Hui kembali berdebar kencang karena keresahannya. Tunggu sebentar, Lao Zhao mengatakan ada orang kedelapan di antara kita ...

Udara dingin menusuk tubuh Xiao Hui dengan cepat dan napasnya tercekat. Xiao Hui dengan hati-hati mengeluarkan ponsel dari sakunya. Ia perlahan mengarahkan ponselnya ke samping. Cahaya redup dari ponsel itu menerangi pria di sampingnya. Di dalam lemari sempit itu, wajah putih pucat dan benar-benar asing sedang menatapnya.

Ponselnya terjatuh dan setelah dua detik keheningan, jeritan memekakkan telinga terdengar dari dalam lemari!

Xiao Hui bergerak mundur untuk melarikan diri, tetapi ia saat ini berada di dalam lemari yang tidak terlalu besar. Dalam keputusasaannya, bagian belakang kepalanya membentur dinding lemari, dan entah karena rasa sakit atau mungkin karena shock, gadis modis itu rubuh ke lantai lemari dengan kepala yang terkulai ke samping, tampak seolah-olah dia akan mati dalam beberapa menit.

"Bukankah aku sudah memperingatkan kalian untuk tidak menggunakan ponsel di dalam Rumah Hantuku?" Chen Ge membuka pintu lemari, mengambil ponsel yang jatuh tadi, dan memasukkannya ke dalam saku Xiao Hui. Kemudian ia menggunakan ponselnya untuk menghubungi Xu Wan. "Xiao Wan, untuk sementara, jauhkan mereka dari lantai satu."

Setelah itu, dia membawa Xiao Hui ke kamar mandi, membuka pintu rahasia yang berada di balik bak mandi, dan membawa Xiao Hui keluar dari skenario itu menggunakan lorong pekerja.

Kita benar-benar kekurangan tenaga.

Setelah meletakkan sehelai handuk hangat di dahi Xiao Hui, Chen Ge kembali ke dalam skenario.

Satu jatuh, enam orang lagi. Chen Ge menutup pintu di belakangnya dan menelpon Xu Wan. "Xiao Wan, kau berada dimana sekarang?"

"Ada seseorang yang bersembunyi di lantai dua di ruang pertama sebelah kiri tangga. Aku akan memaksanya keluar dari sana dan kau bisa menunggu untuk mengagetkannya di pintu keluar yang benar."

"Xiao Wan, kau sudah mulai keji."

"Bos, kau tidak berhak mengatakan itu; ini semua karena pengaruh darimu."