webnovel

Amukan Arwah Pena

Editor: Wave Literature

"Kamar tidur ini terasa berbeda dari yang lain," komentar Zhu Jianing sambil berdiri di depan pintu. Ia seperti sudah bersiap-siap akan lari setiap saat. "Tempat ini seperti Escape the Room[1]1. Petunjuk ke pintu keluar mungkin tersembunyi di sini, kan?"

"Aku tidak tahu, ini pertama kalinya aku mengunjungi rumah hantu yang memberikan kebebasan penuh pada para pengunjungnya. Pemiliknya pasti sangat yakin bahwa tidak ada kecelakaan yang akan menimpa." Fei Youliang berjalan ke arah kursi dan mengambil secarik kertas putih acak. Di atasnya tertulis, "Kapan aku akan mati? Bagaimana aku akan mati? Siapa yang akan mati selanjutnya?"

"Sepertinya ini adalah permainan Arwah Pena, tapi ..." Fei Youliang berbalik untuk melihat pena di atas kursi. "Bukankah penanya terlihat sedikit aneh?"

"Apakah benda ini memiliki semacam trik tersembunyi?" Zhu Jianing juga berjalan untuk memegang pena dengan tangannya. Ia menekan benda tersebut beberapa kali dan hampir mematahkannya."Benar-benar terlihat biasa bagiku."

"Apakah kau masih ingat apa yang dikatakan pemilik rumah hantu sebelum kita masuk tadi?"

"Terdapat empat skenario di dalam dan kita harus memasukinya sebelum kita bisa mendapatkan petunjuk untuk keluar."

"Benar sekali. Petunjuknya tersembunyi dalam empat skenario kecil. Ayo, kita harus mencari dengan lebih teliti lagi. Menurut pengalamanku, sebuah kunci atau kertas yang berisi petunjuk tersembunyi di dalam kamar tidur."

Kamar tersebut cukup kecil, tapi meskipun keduanya mencari di setiap sudut, mereka tidak menemukan apa-apa.

"Rumah hantu ini tidak mudah untuk diselesaikan dan memiliki detail yang bagus." Fei Youliang pun meletakkan kertas di atas meja. Tiga dari kertas itu sudah berisi tulisan, tetapi satu kertas dibiarkan kosong. "Apakah artinya kita juga harus memainkan permainan Arwah Pena setidaknya satu kali sebelum kita bisa mendapatkan jawaban?"

"Memainkan permainan Arwah Pena di dalam rumah hantu sepertinya bukan ide yang bagus." Zhu Jianing terlihat sedikit gugup saat membaca tulisan di atas kertas.

"Dari empat skenario yang dikatakan pemilik rumah hantu, skenario ini tampaknya yang paling sederhana. Jika kau tidak ingin memainkannya, kita harus kembali ke kelas tadi. Apakah kau lebih suka pergi ke kelas tadi?" Fei Youliang melambaikan tangannya dengan tidak sabar. "Terlebih lagi, apakah kau benar-benar berpikir Arwah Pena benar-benar ada? Ayo kemari. Kita akan mencobanya sekali, dan jika tidak berhasil, kita akan pergi dari sini."

Fei Youliang merasa ada sesuatu yang aneh yang membuatnya benar-benar tidak nyaman, seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Zhu Jianing dengan enggan berjalan ke arah Fei Youliang. Mereka berdiri menghadap kursi.

"Tapi aku tidak tahu cara memainkannya."

"Jangan khawatir, aku sudah menonton banyak film tentang Arwah Pena. Aku bahkan sudah mencobanya beberapa kali di rumah. Permainan ini hanya tipuan dan dapat dijelaskan secara ilmiah." Fei Youliang meluruskan pena dan meletakkannya di atas kertas yang kosong. "Kita berdua harus memegang pena dengan erat."

"Baik." Zhu Jianing berjongkok di samping kursi dan melakukan apa yang diperintahkan Fei Youliang. "Lalu bagaimana?"

"Diamlah." Fei Youliang menuliskan "YA" dan "TIDAK" di atas kertas putih. Ketika kamar tidur menjadi benar-benar sunyi, ia mulai melantunkan mantra pemanggil, "Arwah Pena, Arwah Pena, kau adalah rohku dari kehidupanku sebelumnya, dan aku adalah rohmu dalam kehidupan ini. Jika kau bersama kami, silakan menggambar lingkaran di atas kertas... "

Ketika ia selesai mengucapkan mantra, angin dingin tiba-tiba berhembus dan menggerakan pintu kamar yang setengah terbuka. Pintu bobrok pun perlahan terbuka dan memperlihatkan koridor kosong dan redup. Tubuh Zhu Jianing seketika bergetar ketakutan dan bergerak ke dalam ruangan tanpa sadar.

"Berhenti bergerak." Fei Youliang menatap ujung pena yang tajam, tubuhnya membeku seperti patung. Angin dingin berhembus di dalam kamar tidur. Kertas di lantai pun berkibar seperti tangan yang tak terlihat sengaja menggerakkan mereka. Ruangan itu terasa semakin dingin dan hawa dingin mengalir dari pergelangan kaki mereka.

Ketika seseorang diminta untuk tidak bergerak dalam situasi yang sangat menegangkan, inderanya akan semakin peka. Kedua orang yang memainkan permainan ini merasa benar-benar tersiksa karena tidak dapat bergerak bebas.

Kamar tidur tua ini tampaknya semakin suram, dan seprai kotor pun bergerak karena angin seperti ada sesuatu yang sedang merangkak dari bawah tempat tidur. Sepuluh menit kemudian, tangan mereka berdua, yang menggantung di udara, mulai bergetar. Serangkaian titik mulai muncul di atas kertas.

Zhu Jianing tidak menahan rasa penasarannya, "Apakah Arwah Pena telah tiba?"

Ia tidak bisa menahan suasana tegang seperti ini.

"Banyak film mengatakan bahwa waktu kemunculan Arwah Pena memang sekitar sepuluh menit. Jika tidak ada reaksi dalam sepuluh menit, artinya permainan telah gagal. Tetapi, itu adalah aturan yang dibuat sendiri. Terkadang, orang berpikir bahwa Arwah Pena telah tiba, tetapi pada kenyataannya, itu hanyalah efek psikologis," kata Fei Youliang untuk menenangkan rekan satu timnya. "Tempat ini adalah salah satu dari empat skenario yang disebutkan oleh pemilik rumah hantu. Kita harus mencoba mengikuti aturannya untuk melihat trik apa yang akan digunakannya untuk menipu kita."

Ketika ia selesai berbicara, pena di tangan mereka bergerak. Keduanya dapat merasakan dengan jelas gerakan kecil itu.

"Apa kau yang melakukannya?" keduanya bertanya pada saat yang sama dan sama-sama terlihat terkejut ketika menyadari reaksi rekan mereka.

"Aku tidak melakukannya," Zhu Jianing membantah dengan tergesa-gesa. Ia telah sepenuhnya pulih dari rasa takut yang disebabkan oleh sepasang mata, dan sekarang ia benar-benar tegang karena pena di hadapannya. "Youliang, apakah menurutmu Arwah Pena yang asli telah tiba?"

"Jangan konyol. Permainan Arwah Pena memanfaatkan lingkungan sekitar untuk menciptakan tekanan psikologis. Waktu yang lama untuk mempertahankan postur yang konstan akan menyebabkan pena tampak seperti sedang bergerak sendiri. Meskipun, itu sebenarnya adalah reaksi tubuh kita terhadap stimulus lingkungan dan fisiologis," Fei Youliang berkata dengan nada yang terdengar seperti sedang meyakinkan dirinya sendiri. "Alam bawah sadar kita membayangkan bahwa pena telah bergerak, dan hal itu akan mempengaruhi pikiran sadar kita."

Namun, ketika ia selesai berbicara, pena kembali bergerak, kali ini gerakannya sangat jelas. Mereka saling memandang sebelum kembali melihat ke arah kertas. Titik-titik kecil di atas kertas dihubungkan oleh garis untuk membentuk lingkaran yang tidak teratur.

"Sial! Arwah itu benar-benar muncul!" reaksi pertama Zhu Jianing adalah menarik tangannya kembali, tetapi ia dihentikan oleh Fei Youliang.

"Apakah itu Arwah Pena yang asli atau tidak, kita harus melanjutkan permainan."

"Kenapa?"

"Jika Arwah Pena benar-benar nyata, kita harus mengakhiri permainan dengan mengirimnya pulang agar tidak mendapatkan kutukan; jika Arwah Pena ini palsu, maka tidak ada alasan bagi kita untuk takut, dan semuanya hanyalah trik yang diatur oleh pemilik rumah hantu untuk menakuti kita."

"Lalu apa yang harus kita lakukan selanjutnya?"

"Cobalah untuk mengajukan beberapa pertanyaan, dan kemudian kita harus mengantar Arwah Pena pergi," kata Fei Youliang dengan tenang.

"Pertanyaan seperti apa yang harus kita ajukan? Pertanyaan seperti yang tertulis di kertas lain?" Zhu Jianing menunjuk beberapa kertas yang berserakan di lantai.

"Itu adalah jebakan. Kita tidak boleh bertanya tentang kematian. Cobalah untuk mengajukan beberapa pertanyaan acak."

"Pertanyaan acak?"

"Ya, biarkan aku mencoba." Fei Youliang mencengkeram tangan Zhu Jianing dengan erat. Setelah beberapa saat, ia menyuruh Zhu Jianing untuk tetap diam, dan bergumam pelan, "Arwah Pena, Arwah Pena, bisakah kau memberitahuku nama calon istriku?"

Hal yang mengejutkan Fei Youliang adalah: ketika ia menyelesaikan pertanyaannya, angin di dalam kamar tiba-tiba berhenti bertiup, dan tekanan aneh mulai terasa dari belakangnya.

Pena di tangan mereka bergetar hebat, dan segera setelahnya, tiga kata muncul di atas kertas putih.

"KAU AKAN MATI!"