webnovel

Teror Masa Lalu

Pernikahan di masa lalu membuat Alma mengalami trauma berat. Karena laki-laki yang sangat ia cintai dan sayangi tega meninggalkan dirinya pada saat dalam keadaan hamil besar. Arfha memaksa Alma pulang ke rumah kedua orangtuanya, dengan alasan ia harus menyelesaikan dinasnya di negaranya sendiri yaitu Amerika serikat. Dan pada saat itu Arfha berjanji, setelah semua urusannya selesai, ia akan kembali dan membawa Alma untuk hidup bersama lagi bersama buah hatinya. Namun semua yang di janjikan oleh Arfha hanya omong kosong belaka. Ia sama sekali tidak pernah datang menemui Alma hingga saat ini. Bahkan sampai usia Putrinya menginjak 19 tahun. Dari sanalah timbul rasa benci yang amat mendalam terhadap Arfha. Alma menyimpan dendam dalam diam. Bahkan ia berjanji sama dirinya sendiri untuk tidak memberitahu putrinya yang bernama Aletta tentang siapa ayahnya yang sebenarnya. Karena Alma sudah menganggap Arfha mati. Apa yang sebenarnya terjadi sama Arfha?" Dan bagaimana kisah hidup Alma selanjutnya bersama buah hatinya Aletta?" Akankah takdir akan mempertemukan mereka kembali di waktu yang tepat? ........................................................................... Temukan jawabannya dengan mengikuti setiap bab di novel ini. Kalau kalian suka, jangan lupa dukung novel ini dengan memberi Power Stone sebanyak-banyaknya. Dan tulis pendapat kalian di kolom review dan kolom komentar agar saya bisa memperbaiki yang salah. Satu Power Stone dan komentar atau review daru kalian adalah penyemangat saya untuk menulis. Happy Reading!

Linayanti · Urban
Not enough ratings
50 Chs

Janji pembalut luka

"Kenapa kamu diam? Tanya Ny Yulia dengan wajah jutek "Apakah kamu mau terus-terusan beridiri diluar Seperti pohon kelapa" Lanjutnya.

"Tunggu kakak ipar aku ikut masuk" Sambung Yati.

Ruang tamu.

Ny Yulia meminta Yati dan Rania duduk di ruang tamu, sedangkan ia menidurkan Aletta dikamar Alma. Untung saja Ny Yulia sudah menyiapkan keranjang bayi, ternyata Ny Yulia masih menyimpan bekas Alma yang dulu. Jadi masih bisa dimanfaatkan.

"Cup...cup...cup!! Sayang kamu tidur dulu ya" Setelah menidurkan Aletta, Ny Yulia mendekati Alma. Ia mengelus rambut Alma.

"Sayang bagaimana perasaan kamu?" Tanya Ny Yulia.

"Alma bahagia sekali ibu"

"Sykurlah!! Kamu yang sabar ya" perkataan Ny Yulia membuat Alma merasa sedih, ia menundukkan wajahnya.

"Sayang kamu kenapa? Apakah ada perkataan ibu yang membuat kamu sedih?"

Alma menggelengkan kepalanya "Tidak ibu!!"

"Lalu apa yang membuat kamu sedih?"

Padahal Ny Yulia tahu bagaimana perasaan putrinya. Melahirkan tanpa di dampingi oleh suami rasanya sakit sekali.

"Apakah kamu kepikiran sama Arfha?"

Mendengar nama Arfha, membuat air mata Alma mengalir dengan deras. Ia langsung memeluk Ny Yulia dengan erat. Ingin sekali Alma menceritakan apa yang ia pendam selama ini. Namun Alma tidak kuasa.

Ny Yulia menenangkan hati Alma dengan memberikan pelukan paling hangat dan tulus. Seorang ibu akan merangkul anaknya, ia akan selalu ada disaat anaknya membutuhkan.

"Menangis lah sayang, ibu tidak akan melarang kamu untuk menangis. Keluarkan semuanya sayang, keluarkan sampai kamu merasa lega. Jangan memendam masalah sendirian, masih ada ibu tempat kamu berbagi cerita"

"Maafkan Alma ibu" Ucap Alma dengan suara serak basah.

"Ya sayang, ibu sudah memaafkan kamu"

"Jujur Alma kecewa berat sama Arfha. Alma tidak mau mendengar nama Arfha lagi ibu. Dia sudah ingkar janji sama Alma, jadi saya sudah tidak percaya lagi sama dia ibu"

"Sebenarnya apa yang terjadi antara kamu dengan Arfha? Ceritakan sama ibu Alma"

Wajah Alma memerah, matanya kembali bengkak. Hidungnya mengeluarkan cairan bening akibat dirinya menangis. Suaranya menjadi sedikit berbeda karena efek menangis, Alma tersedu-sedu. Ia melepaskan pelukan Ny Yulia sambil menyeka air matanya. Namun semakin Alma ingin berhenti menangis, air matanya semakin mengalir dengan deras.

Alma terdiam sejenak, ia mengatur napasnya. Setelah merasa lebih baik ia baru berbicara lagi "Arfha tidak datang di saat Alma melahirkan, padahal dia sudah berjanji akan menemui Alma"

"Apakah kamu sudah mencoba untuk menghubungi Arfha?"

"Sudah ibu, tapi nomornya tidak aktif"

Ny Yulia menghelai napas panjang, mendengar cerita dari Alma membuat Ny Yulia jadi bingung. Dadanya merasa sesak, seperti ada yang menjanggal.

"Ataukah mungkin Arfha sedang sibuk?" Lanjut Ny Yulia.

"Entahlah ibu!! Kalau memang dia sibuk, kenapa dia tidak memberi kabar? Kenapa dia harus menghilang seperti ini?"

"Ibu harap kamu jangan berpikiran yang tidak-tidak dulu. Semoga saja Arfha baik-baik saja"

"Alma sudah tidak mau membahas Arfha lagi ibu"

"Sayang tidak baik kamu berbicara seperti itu, kamu tidak boleh egois. Kamu boleh saja benci sama Arfha, tapi ingat kamu punya anak. Pikirkan bagaimana nasib anak kamu kedepannya"

"Sakit ibu!! Rasanya lebih sakti dari tusukan ribuan pedang"

"Ibu mengerti bagaimana perasaan kamu sayang. Kamu harus kuat, jangan karena masalah ini kamu menjadi Alma yang lemah"

"Terimakasih banyak ibu sudah mau mendengarkan keluh kesah Alma"

"Sudah sewajarnya ibu menjadi pendengar yang baik untuk kamu"

Ternyata dari tadi, Yati menguping pembicaraan Alma dan Ny Yulia. Ia mengetahui kejadian yang Alma alami "Ibu ternyata ada disini" Tegur Rania dengan suara keras.

Yati terkejut, ia langsung menempelkan jari telunjuknya di tengah bibir Rania "Sssssssssstttttt... jangan berisik, nanti ibu ketahuan" Ucap Yati.

Rania tidak mengerti apa maksud ibunya "Ketahuan bagaimana maksud ibu? Memangnya ibu sudah melakukan apa?" Tanya Rania dengan polos.

Yati sangat kesal sekali sama Rania. Ia menepuk jidatnya "Anak ini benar-benar bodoh sekali" Gumam Yati.

"Tek!!" Ny Yulia langsung membuka pintu kamar Alma. Hampir saja Yati jatuh karena ia menempelkan telinganya tepat di pintu itu. Jantung Yati hampir mau copot, karena ia hampir menjadi babi guling.

Yati langsung menundukkan wajahnya, ia sama sekali tidak berani menatap Ny Yulia. Karena keseringan kalau Yati di tegur pasti kata-kata Ny Yulia pedas seperti potongan cabe di masukkan ke dalam mulut.

Tatapan Ny Yulia sangat tajam "Apa yang kalian lakukan disini?" Tanya Ny Yulia dengan tegas.

"Tidak ada kakak ipar, sebaiknya saya dan Rania pulang saja" Jawab Yati dengan suara gemetaran.

"Saya tahu, kamu pasti sengaja mendengar pembicaraan saya dengan Alma"

"Tidak kakak ipar, tolong jangan salah paham dulu. Saya hanya ingin melihat anak Alma, itu saja"

Karena ada Rania jadi Ny Yulia menyaring pembicaraannya. Ia tidak mau jika Rania mendengar kata-kata tidak enak dari mulutnya.

"Rania sebaiknya kamu masuk ke dalam, Tolong temani Alma" Ucap Ny Yulia.

"Baik Tante" Rania kemudian masuk ke dalam kamar Alma.

Setelah melihat Rania masuk, Ny Yulia langsung menutup pintu kamar Alma. Ia kemudian menarik tangan Yati "Aku sama sekali tidak pernah percaya sama perkataan kamu. Awas saja jika sampai ada berita yang menyebar tentang Alma, aku tidak akan segan-segan membuat perhitungan sama kamu" Ancam Ny Yulia.

"Sumpah aku tidak mendengar apa-apa. Kakak ipar ini selalu saja menuduh saya sembarangan"

"Karena kamu memang pantas mendapatkan tuduhan"

"Arghhh ... Bikin kesal saja, aku tidak akan datang lagi keisini. Yang paling penting aku sudah mendapatkan informasi terupdate tentang Alma. Ingat saja, semakin saya di ancam saya semakin berani" Batin Yati sambil memainkan kedua bola matanya. Yati benar-benar licik, ia sama sekali tidak takut sama ancaman Ny Yulia.

Yati kemudian pergi dari hadapan Ny Yulia dengan wajah yang menjengkelkan, ia memanggil Rania dan langsung angkat kaki dari rumah itu. Yati tidak mau pamit, ia sama sekali tidak mempunyai Sopan santun.

Namun Ny Yulia berusaha untuk tidak mengambil hati, namun ia sangat kahwatir jika sampai mulut Yati membocorkan tentang rumah tangga Alma. Ny Yulia takut jika sampai Alma jatuh sakit karena mendapatkan Bulian.

Ia sudah terlalu banyak menanggung beban masalah, takutnya jika Alma sampai jatuh sakit karena kepikiran sama omongan para tetangga.

"Ya Tuhan berikan kekuatan untuk putri hamba. Lindungilah dia dari sesuatu yang tidak baik" Batin Ny Yulia sambil mengelus dadanya.

Hanya doa ibu yang mampu menyelamatkan anaknya dari hal-hal yang buruk. Karena doa ibu sangat tulus dan suci. Tidak ada yang bisa menandingi ketulusan doa seorang ibu.

Sekarang Alma baru menyadari semuanya. Bahwa apapun yang di katakan oleh kedua orangtuanya itu ada benarnya. Sayang sekali, tidak ada artinya Alma menyalahkan dirinya sendiri tentang masalah ini.