webnovel

Chapter 01: Kelahiran

Aku terlahir di dunia Naruto, dunia yang penuh dengan pertempuran dengan jutsu seperti bom atom. Namaku Ryoma, dan aku terlahir sebagai anak dari seorang tukang kayu yang terampil dan seorang penjahit. Kehidupanku sederhana namun kedua orangku selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untukku.

Tapi di balik bayi yang terlahir dengan senyum kecil, tersembunyi kenangan akan kehidupan sebelumnya. Aku ingat dunia yang berbeda, dunia kehidupanku yang sebelumnya. Aku ingat aku suka membaca manga yang bernama Naruto. Ya nama pemeran utama dalam dunia ini.

Ketakutanku akan dunia yang keras dan penuh darah ini tidak bisa dipungkiri. Namun, di balik ketakutan itu, ada juga semangat yang membara. Semangat untuk menjadi seorang ninja yang bisa menjaga kedamaian dan keadilan. Aku ingin menggunakan kekuatanku untuk melindungi yang lemah dan menghadapi yang kuat.

Setiap malam, aku membiarkan ingatanku dari kehidupan sebelumnya mengalir ke dalam mimpiku, memperkuat tekadku untuk menjalani petualangan di dunia Naruto ini. Aku tahu bahwa jalan yang akan kujalani tidak akan mudah, tetapi aku harus siap menghadapinya.

Ayahku, Takeshi, adalah seorang tukang kayu. Dia adalah sosok yang teguh, yang selalu memberikan contoh tentang kerja keras dan keteguhan hati. Meskipun hidupnya sederhana, Ayah selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya. Setiap kali aku melihatnya bekerja dengan kayu, aku bisa merasakan semangatnya yang kuat untuk menciptakan sesuatu yang indah dan bermanfaat.

Ibuku, Hana, adalah seorang penjahit. Ibuku adalah sosok yang penuh kasih sayang dan pengertian.

Dengan ingatan dari kehidupan sebelumnya yang masih terasa segar dalam ingatanku, Sejak aku masih bayi, aku belajar untuk merasakan dan mengendalikan cakra, energi misterius yang mengalir di dalam tubuh setiap individu di dunia Naruto.

Setiap malam, ketika dunia terlelap dalam tidur, aku sambil tiduran menyentuh perutku yang kecil sambil merasakan aliran cakra yang lembut. Itu terasa seperti memahami bahasa rahasia yang ada di balik dunia ini. Aku belajar untuk memusatkan energi ini, menggerakkannya melalui tubuhku dengan kehati-hatian membuatnya berputar dan beredar di dalam tubuh kecilku.

~skip time 2 tahun.

Dua tahun telah berlalu sejak aku mulai mengembangkan kemampuan cakraku secara diam-diam di rumah. Dalam waktu yang singkat itu, aku merasa efek dari latihan cakra tersebut mengubah tubuhku secara luar biasa. Meskipun usiaku baru dua tahun, perubahan yang terjadi padaku sungguh menakjubkan.

Tubuhku terasa lebih kuat dan lentur, otot-ototku mulai terdefinisi dengan jelas meskipun usiaku yang masih sangat muda. Kulitku juga terlihat lebih sehat dan berseri, seolah-olah energi cakra yang kurasakan mengalir melalui tubuhku telah memberiku kekuatan dan kesehatan yang luar biasa.

Namun, yang paling mencolok adalah perubahan yang terjadi pada tingkat kecerdasanku dan sensitivitasku terhadap lingkungan sekitar. Aku merasa lebih cerdas dan lebih peka terhadap energi di sekitarku. Aku bisa merasakan getaran halus dari alam, menangkap detail-detail kecil yang tidak pernah aku sadari sebelumnya.

Waktu terus berlalu. Setiap pagi, sebelum Ayahku pergi bekerja sebagai tukang kayu, aku akan melihatnya bekerja di bengkel kayunya. Aku selalu kagum dengan keahlian dan ketelitian Ayah dalam menangani kayu-kayu besar.

Suatu hari, Ayah memanggilku ke bengkelnya. Aku mengikuti langkah-langkahnya yang panjang dan berat, mencoba menyamai langkahnya yang cepat. Ketika kami sampai di bengkel, Ayah tersenyum padaku dengan penuh kebanggaan.

"Ryoma, aku melihat betapa gigihnya kamu belajar dan berlatih setiap hari," ucap Ayah dengan penuh kebanggaan. "Meskipun kamu masih kecil, semangatmu sudah seperti seorang ninja sejati."

Aku merasa senang mendengarnya. Ayah kemudian mengambil selembar kayu dari rak, dan dengan hati-hati mulai memahatnya dengan alat-alat tukang kayu. Aku menatapnya dengan penuh keingintahuan, tidak tahu apa yang sedang dibuatnya.

Setelah beberapa saat, Ayah menyelesaikan pahatan kayunya dan menunjukkan hasilnya padaku. Aku tercengang melihatnya: itu adalah replika peralatan ninja yang terbuat dari kayu, lengkap dengan pedang, kunai, dan shuriken.

"Ini untukmu, Ryoma," ucap Ayah dengan lembut. "Aku tahu bahwa impianmu adalah menjadi seorang ninja. Meskipun peralatan ini terbuat dari kayu, aku harap dapat menjadi pengingat bagimu bahwa dengan ketekunan dan kerja keras, impianmu bisa terwujud."

Aku menerima peralatan ninja kayu tersebut dengan terharu. Ini adalah hadiah terbaik yang pernah kuterima. Dengan peralatan ninja kayu ini, aku merasa semangatku semakin berkobar-kobar untuk mengejar impianku menjadi seorang ninja sejati.

Dengan peralatan ninja kayu dari Ayah aku kembali berlatih mandiri di dekat hutan, untuk meningkatkan kemampuan shurikenjutsu ku.

Di malam hari, setelah makan malam, Ibuku akan duduk bersamaku di ruang tamu dan membantu aku belajar membaca. Dengan sabar, Ibuku membimbingku melalui setiap huruf dan kata-kata, membuka jendela dunia lewat buku-buku cerita yang menarik.

Kami duduk berdua, cahaya lampu ruangan menyala lembut, dan Ibuku membuka sebuah buku cerita. Dia membaca setiap kata dengan penuh penghayatan, sementara aku duduk di sampingnya, mencoba meniru intonasi suaranya.

"Ryoma, coba baca kalimat ini," ucap Ibuku, menunjuk pada sebuah paragraf.

Aku menatap kalimat itu dengan serius, mencoba memahami setiap huruf yang terbentuk. Dengan cermat, aku membaca kalimat itu dengan suara lantang, dan Ibuku tersenyum bangga mendengarnya.

"Bagus sekali, Nak," pujinya. "Kamu semakin pandai dalam membaca. Ayo terus belajar bersama-sama, kita akan menjelajahi dunia melalui kata-kata."

Dengan belaian lembut dari Ibuku, aku merasa semakin termotivasi untuk belajar membaca. Bersama Ibuku, aku merasa bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk dicapai.

~ skip time 8 tahun. 

Usiaku kini telah menginjak delapan tahun, dan begitu banyak hal yang telah terjadi sepanjang perjalananku dalam mengembangkan kemampuan ninja-ku. Dengan tekad yang kuat dan semangat yang berkobar, aku terus belajar dan melatih diri setiap harinya.

Salah satu hal utama yang telah kubelajari adalah mengendalikan cakra. Aku mengikuti metode sederhana dengan menempelkan selembar daun di dahiku, fokus untuk memusatkan cakraku ke titik tersebut. Dengan latihan yang rutin dan ketekunan, aku mulai merasakan cakra mengalir dengan lancar di dalam tubuhku, seperti sungai yang mengalir dengan tenang.

Selain itu, aku juga belajar berjalan di atas pohon, mengejar keseimbangan dan kestabilan. Setiap pagi, sebelum matahari terbit, aku memanjat pohon-pohon di halaman belakang rumah kami, merasakan sentuhan angin yang lembut dan menyegarkan. Latihan ini membantu meningkatkan keterampilan keseimbanganku, serta memperdalam pemahamanku akan aliran energi yang ada di sekitarku.

Tak hanya itu, aku bahkan mencoba belajar berjalan di atas air. Meskipun sulit pada awalnya, dengan tekad yang kuat dan ketekunan yang tak kenal lelah, aku mulai menguasai teknik ini sedikit demi sedikit. Aku belajar mengendalikan cakra di bawah kakiku dengan teliti, menciptakan tekanan yang cukup untuk menjaga diriku agar tidak tenggelam di permukaan air.

Selain keterampilan fisik, aku juga mendalami seni pedang dengan membaca beberapa buku dasar kenjutsu. Aku belajar teknik-teknik dasar, gerakan-gerakan yang elegan, serta keterampilan memanfaatkan pedang dengan tepat. Latihan ini tidak hanya melatih fisik, tetapi juga fokus dan konsentrasi mental.

Tidak lupa, aku juga melatih keterampilan dalam melempar shuriken. Dengan latihan yang rutin, aku mulai memahami teknik dasar melempar yang baik, serta memperbaiki presisi dan kekuatan lemparanku.

Suatu pagi yang cerah, aku memutuskan untuk menjelajahi hutan yang berbatasan dengan desa tempat tinggalku Konoha. Hutan itu penuh dengan misteri dan rahasia, dan aku yakin bahwa ada banyak hal baru yang bisa kudapatkan dari penjelajahan ini.

Aku melangkah dengan hati-hati di antara pepohonan yang rimbun, menikmati kesejukan udara pagi dan merasakan semangat petualangan yang membara dalam diriku. Namun, tidak lama setelah aku memasuki hutan, aku merasa kehadiran seseorang di sekitarku.

Aku mengendap-endap dengan hati-hati, mencoba mencari tahu siapa yang berada di dekatku. Dan di antara riuh rendah hutan, aku melihat seseorang yang tengah berlatih.

Dengan mata yang memancarkan semangat dan tekad, dia mengenakan jubah oranye dengan lambang desa daun di punggungnya. Itu adalah Naruto Uzumaki, seorang ninja legendaris yang akan menjadi inspirasi bagi banyak orang, termasuk diriku sendiri.

Aku terpesona melihatnya berlatih dengan penuh semangat, menguji batas-batas kekuatannya di tengah hutan yang liar. Aku memutuskan untuk mengamati dari kejauhan, menyaksikan keberanian dan kekuatannya sebagai seorang ninja.

Namun, saat aku bersembunyi di balik pepohonan, tiba-tiba mata Naruto seolah-olah menangkap keberadaanku. Dia berhenti berlatih dan memutar kepalanya ke arahku, matanya memandang lurus ke dalam semak-semak tempat aku bersembunyi. Aku merasa jantungku berdebar kencang, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dengan tatapan yang tajam, Naruto berkata, "Ada seseorang di sana, bukan? Keluarlah, aku tahu kamu ada di sana!"

Apa yang akan kulakukan sekarang? Apakah aku akan mengungkapkan diriku kepada Naruto? Ataukah aku akan terus bersembunyi dan mengamati dari kejauhan? Hati dan pikiranku dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab, sementara Naruto terus memandang lurus ke arahku dengan tatapan penuh misteri.

hai semua, saya sedang mencoba membuat cerita baru di fandom naruto, saya mohon dukungannya ya. tolong kasih komentar ya ,kalau mau kasih batu juga boleh. walaupun belum tau fungsi batu buat apa hahaha. apakah bisa diuangkan?

Ibelluxcreators' thoughts