Dengan tatapan yang tajam, Naruto berkata, "Ada seseorang di sana, bukan? Keluarlah, aku tahu kamu ada di sana!"
Aku menyadari bahwa aku tidak bisa bersembunyi lagi. Dengan hati yang berdebar, aku melangkah keluar dari semak-semak, menghadapi Naruto dengan wajah yang tegang.
"Tidak perlu takut," kata Naruto dengan senyuman ramah. "Aku hanya ingin tahu siapa yang berada di sini."
Aku menghela napas lega. "Aku Ryoma," ucapku dengan suara bergetar sedikit. "Aku juga sedang latihan di hutan ini."
Naruto terkejut melihatku yang tersenyum dan tidak takut padanya. "lalu kenapa kau malah memperhatikanku sambil bersembunyi?"
"Yaa.. bukannya salah satu skill ninja itu bersembunyi? tampaknya skillku tidak terlalu bagus dalam hal bersembunyi" ucapku.
Naruto mengedipkan matanya berkali-kali lalu tertawa "Hahaha, atau mungkin skill menemukan musuhku yang terlalu hebat" ucapnya sombong
"mungkin.." ucapku tersenyum. ini saat yang tepat untukku menjadi akrab dengan Naruto. "Apakah kamu mau mengajariku Naruto?"
"TENTU!!" ucapnya yang dengan semangat.
kamipun melakukan latihan bersama di tempat itu. bukan aku yang belajar dari Naruto. tapi kebanyakan aku yang mengajarinya. dia berlatih dengan keras tapi semua gerakannya kacau.
Setelah pertemuan yang menarik di hutan, hubungan antara aku dan Naruto semakin erat. Kami menjadi teman latihan yang baik, saling membantu dan mendukung satu sama lain. memiliki teman latihan juga memberi banyak dampak positif juga padanya.
Kali ini, kami bertemu di lapangan latihan desa. Naruto membawa beberapa kunai dan shuriken untuk latihan, sementara aku membawa beberapa alat latihan fisik modern.
"Baiklah, Naruto," kataku sambil menunjukkan alat latihan fisik yang kubawa. "Ayo kita coba latihan fisik modern kali ini. Ini akan membantu meningkatkan kekuatan, ketahanan, dan keseimbangan tubuh kita."
Naruto menatap alat-alat itu dengan tatapan penasaran. "Wah, terlihat menarik! Ayo, ajariku cara menggunakannya."
Aku dengan senang hati menjelaskan fungsi masing-masing alat latihan fisik, seperti kettlebell untuk latihan kekuatan, resistance band untuk latihan ketahanan, dan balance board untuk latihan keseimbangan. Kami berdua mulai mencoba setiap alat latihan dengan penuh semangat.
"Wah, ini benar-benar aneh," kata Naruto sambil mencoba latihan dengan resistance band. "Tapi rasanya membuat tubuhku terasa lebih kuat!"
Aku tersenyum puas melihat semangatnya. "Iya, latihan ini memang tidak mudah, tapi hasilnya pasti sepadan. Ayo terus berlatih!"
Kami berdua kemudian beralih ke latihan dengan kettlebell, fokus pada gerakan-gerakan yang tepat untuk meningkatkan kekuatan inti dan otot tubuh. Naruto tampak agak kaku pada awalnya, tetapi dengan panduan dariku, dia mulai memahami gerakan-gerakan tersebut dengan lebih baik.
"Aku merasa semakin kuat setiap kali melakukan gerakan ini," kata Naruto dengan senyuman. "Terima kasih, Ryoma!"
"Tidak masalah, Naruto," jawabku dengan senang hati. "Kita berdua ingin menjadi ninja yang lebih baik, bukan? Latihan fisik ini akan membantu kita mencapai tujuan kita."
di hari yang lain~
Hari ini, aku memutuskan untuk menghabiskan waktu di perpustakaan desa untuk memperdalam pengetahuanku tentang dunia ninja. Namun, kali ini, fokusku adalah pada salah satu cabang ilmu ninja yang paling menarik bagiku: fuinjutsu, seni kuno penguncian dan pemisahan.
Aku duduk di meja panjang di ruang baca, meneliti berbagai buku tentang fuinjutsu yang tersedia di rak-rak perpustakaan. Aku memilih buku-buku yang paling tebal dan berisi informasi yang paling mendalam, siap untuk menyerap pengetahuan sebanyak mungkin.
Dengan tekun, aku membaca setiap halaman dengan cermat, mencatat setiap detail dan teknik yang dipelajari. Fuinjutsu ternyata lebih kompleks daripada yang kubayangkan, dengan segala macam segel dan mantra yang harus dipahami.
Namun, semakin dalam aku menyelami dunia fuinjutsu, semakin aku terpesona dengan kekuatannya. Kemampuan untuk menyegel objek atau bahkan chakra dalam segel-segel kompleks terasa sangat kuat dan bermanfaat dalam pertempuran.
Setelah berjam-jam membaca dan mempelajari, aku mulai memahami dasar-dasar fuinjutsu. Aku mulai berlatih membuat segel-segel sederhana di atas kertas, menggambarkan setiap gerakan dan lambang dengan cermat.
Tiba-tiba, seorang ninja senior memasuki ruang baca dan melihat apa yang aku lakukan. Dia tersenyum padaku dan berkata, "Kau tertarik dengan fuinjutsu, anak muda?"
Aku mengangguk dengan antusias. "Iya, betul sekali, Tuan. Saya merasa bahwa fuinjutsu memiliki potensi yang besar untuk membantu saya dalam petualangan saya sebagai seorang ninja."
Dia tersenyum lebar. "Bagus sekali! Fuinjutsu adalah seni kuno yang membutuhkan kesabaran dan dedikasi yang besar. Aku akan membantumu belajar lebih banyak jika kau mau."
Namanya Yoru-sensei, seorang ninja senior dengan pengalaman yang luar biasa dalam bidang fuinjutsu. Ketika dia menawarkan diri untuk menjadi mentorku, aku merasa sangat beruntung dan bersyukur.
Kami bertemu lagi di perpustakaan desa, tempat yang dipenuhi dengan pengetahuan dan rahasia yang menanti untuk diungkap. Aku mendapati diriku duduk di hadapannya, siap untuk menyerap setiap kata yang akan dia ajarkan padaku.
"Ryoma, fuinjutsu bukanlah sesuatu yang bisa dipelajari dengan mudah," ujarnya dengan suara yang tenang namun penuh otoritas. "Ini adalah seni kuno yang membutuhkan kesabaran, konsentrasi, dan kekuatan spiritual yang kuat."
Aku mendengarkan dengan penuh perhatian, menyadari bahwa perjalanan yang akan kujalani bersamanya tidaklah mudah. Namun, tekadku untuk belajar dan tumbuh dalam seni ini tidak pernah goyah.
Yoru-sensei kemudian memperkenalkanku pada berbagai buku dan literatur tentang fuinjutsu, memberiku pemahaman dasar yang kuat tentang konsep-konsep dasar dan prinsip-prinsip yang mendasarinya. Dia dengan sabar menjelaskan setiap detail dan mengajari aku cara menggambar segel-segel yang diperlukan untuk mempraktikkan teknik-teknik fuinjutsu.
Saat matahari mulai terbenam di ufuk barat, kami mengakhiri sesi pertemuan pertama kami.
"aku hanya bisa mengajarimu di akhir pekan Ryoma, tapi dengan tekad yang kuat dan semangat yang pantang menyerah, aku yakin kau akan mampu menguasai fuinjutsu dengan baik, Ryoma, melihat kecerdasanmu yang dengan cepat memahami yang aku sampaikan hari ini" katanya dengan senyum lembut.
Aku mengangguk penuh keyakinan. "Terima kasih, Sensei. Saya akan berusaha keras."
Dengan semangat yang membara, aku meninggalkan perpustakaan, siap untuk memulai perjalanan panjangku dalam belajar fuinjutsu.
Hari Minggu akhirnya datang kembali, Yoru-sensei memutuskan untuk mengajarkan padaku teknik pembuatan segel peledak. Ini adalah momen yang ditunggu-tunggu, karena segel peledak merupakan salah satu teknik yang sangat berguna dalam pertempuran.
Kami duduk di sudut perpustakaan yang tenang, buku-buku fuinjutsu terbuka di meja di depan kami. Yoru-sensei menjelaskan konsep dasar dari segel peledak, dan bagaimana cara mempersiapkan dan menggunakan segel tersebut dengan aman.
"Dalam membuat segel peledak, konsentrasi dan ketelitian sangatlah penting," ujar Yoru-sensei dengan suara yang tenang. "Setiap gerakan dan simbol harus dikerjakan dengan sempurna, karena kesalahan kecil dapat berakibat fatal."
Aku mendengarkan dengan cermat setiap kata yang diucapkannya, mencatat setiap detail yang diberikan. Yoru-sensei kemudian memperlihatkan padaku bagaimana cara membuat segel peledak yang sederhana, mengajari aku langkah-langkah yang diperlukan dengan hati-hati.
Setelah menjelaskan teori dasar, saatnya untuk beraksi. Yoru-sensei memberiku beberapa bahan-bahan dasar dan meminta aku untuk mencoba membuat segel peledak sendiri. Dengan hati-hati, aku menggambar simbol-simbol yang diperlukan di atas kertas, mengatur posisi dan proporsi dengan teliti.
Setelah beberapa saat, aku berhasil menyelesaikan segel peledak pertamaku. Aku merasa bangga melihat hasil kerjaku sendiri, meskipun aku tahu bahwa masih banyak hal yang perlu dipelajari.
Yoru-sensei melihat hasil karyaku dengan senyuman puas. "Bagus sekali, Ryoma. Kamu sudah menunjukkan kemajuan yang baik. Namun, jangan lupa bahwa latihan dan eksperimen lebih lanjut masih diperlukan agar kamu benar-benar mahir dalam membuat segel peledak."
Aku mengangguk penuh pengertian.
Yoru-sensei memberiku tugas yang menantang: membuat sepuluh segel peledak untuk pertemuan selanjutnya.
Tanpa ragu, aku memulai pekerjaanku. Dengan teliti dan konsentrasi yang tinggi, aku menggambar segel-segel peledak yang rumit dan cermat. Setiap detailnya harus sempurna, karena segel peledak ini akan digunakan dalam situasi pertempuran yang sebenarnya.
Selama beberapa hari, aku bekerja membuat segel-segel peledak. beberapa kali gagal tapi pada Akhirnya, aku berhasil menyelesaikan semua sepuluh segel, dan aku merasa bangga dengan hasil kerjaku.
Ketika pertemuan Minggu selanjutnya tiba, aku datang dengan segel-segel peledak yang telah kusiapkan. Yoru-sensei menyambutku dengan senyuman, dan aku dengan cepat menyerahkan pekerjaanku kepadanya.
Yoru-sensei memeriksa segel-segel peledak dengan cermat, memuji kerja keras dan ketelitianku. Namun, tiba-tiba dia menunjukkan minat yang lebih besar pada segel-segel peledak yang telah kubuat.
"Ryoma, segel-segel ini sangat bagus," ujar Yoru-sensei. "Aku yakin ada banyak orang yang akan tertarik untuk membelinya."
Aku terkejut dengan usulnya, namun kemudian menyadari bahwa ini bisa menjadi kesempatan bagiku untuk menjalankan bisnis kecil-kecilan.aku setuju dengan saran Yoru-sensei untuk mencoba menjual segel-segel peledak yang telah kubuat.
Yoru-sensei mengajakku ke sebuah toko di desa, tempat yang telah lama menjadi langganan para ninja untuk membeli berbagai peralatan dan alat ninja.
"Halo Take-san, ini Ryoma, seorang muridku yang sangat berbakat dalam fuinjutsu," kata Yoru-sensei dengan senyum bangga.
Take menyambutku dengan ramah, "Senang bertemu denganmu, Ryoma. Yoru-sensei memberi tahu saya tentang segel peledak yang kau hasilkan. Aku penasaran untuk melihat karyamu sendiri."
Aku merasa sedikit gugup, namun aku mencoba menampilkan rasa percaya diriku, "Terima kasih, Take-san. Saya berharap segel-segel tersebut memenuhi standar kualitas yang diharapkan."
Take mengamati segel-segel peledak yang kubawa, memeriksa setiap detail dengan cermat. "Ini pekerjaan yang bagus, Ryoma. Aku yakin para pelanggan akan menyukainya. Aku akan senang untuk menjualnya di toko saya."
Mendengar pujian dan dukungan dari Take membuat hatiku berbunga-bunga. "Terima kasih banyak, Take-san. Saya sangat menghargainya," ujarku dengan tulus.
Yoru-sensei tersenyum melihat interaksi kami. "Ryoma memiliki bakat yang luar biasa dalam fuinjutsu. Aku menjamin bahwa segel-segel yang dia buat memiliki kualitas yang tak tertandingi."
Take mengangguk setuju, "Kalau begitu, saya tidak ragu untuk menjualnya di toko saya. Kualitas yang dijamin oleh Yoru-sensei dan bakatmu yang luar biasa akan membuat segel-segel ini akan laris manis di pasaran."
Dengan perjanjian yang telah dibuat, kami berdua merasa senang. Aku merasa bahwa ini adalah awal yang baik untuk bisnis kecil-kecilanku dan juga untuk pengembangan keterampilanku dalam fuinjutsu.
Keseharianku di dunia ini ialah: Pagi-pagi buta, sebelum mentari mulai bersinar, aku sudah berada di lapangan latihan, siap untuk melatih tubuhku dan mempersiapkan diri untuk hari yang akan datang.
Setelah selesai dengan latihan fisikku, langkahku melangkah ringan menuju rumah, Aroma harum dari masakan ibu yang hangat menyambutku di depan rumah. Makan bersama dan berbincang ringan dengan ke dua orangtua. setlah itu aku masuk ke kamar dan membuat segel peledak sebagai latihan fuinjutsu dan untuk dijual. Take-san meminta 50 segel peledak minimal untuk tiap bulan, jadi aku berusaha keras untuk membuatnya minimal 2 tiap hari agar bisa membuatnya dengan kualitas yang sesuai.
Setelah makan siang, waktunya untuk belajar dan berlatih. Aku sering menghabiskan waktu di perpustakaan desa atau pergi ke hutan dan bereksplorasi di sana.
Ketika senja mulai menjelang, aku kembali ke lapangan latihan. Di sana, aku bertemu dengan Naruto lagi, dan kami berdua suka berlatih bersama, kadang sparing kadang juga lomba.
Malam hari adalah waktunya untuk belajar lebih dalam tentang fuinjutsu dan meditasi di rumah. Aku duduk di meja belajarku, buku-buku terbuka di depanku, dan aku mencoba menerapkan pengetahuan yang baru aku peroleh dalam latihan. Tak lupa, berbincang dengan kedua orangtuaku tentang segala hal yang telah terjadi hari itu.
Sabtu adalah hari di mana aku membantu ayahku di tokonya. Aku belajar banyak hal tentang kerja keras dan keuletan dari ayahku. Sambil membantu di toko, aku juga belajar bagaimana mengelola bisnis kecil-kecilan.
Namun, hari Minggu adalah hari yang paling kusuka. Hari itu aku belajar fuinjutsu dengan Yoru-sensei. Setiap pertemuan dengan sensei adalah kesempatan besar bagiku untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan dalam seni kuno fuinjutsu ini.
Inilah rutinitas harianku di desa ninja, di mana setiap hari adalah petualangan baru yang menantang, dan setiap langkah membawa aku lebih dekat pada impianku.
next akan fokus ke ryoma di akademi ninja.
saya mohon dukungannya ya. tolong kasih komentar ya ,kalau mau kasih batu juga boleh. apalagi gift hehe.
nuhunn