webnovel

MENEMUKAN MATA AIR

Skay bangun dari tidurnya, ia menggeliat pelan dan duduk. Setiap bangun tidur langsung duduk pasti ia akan pusing seperti sekarang ini, alhasil ia hanya bisa diam sembari menunggu pusing ini reda. Untung saja pusing tak berlangsung lama, ia melihat sekeliling.

Kasur anggota satu tenda dengan dirinya sudah di lipat semua. Hanya ada kasurnya saja di sini, lantas ia pun bangkit dan melipat selimut. Ia mendorong kasurnya ke depan hingga menjadi seperti sebuah papan lalu ia letakkan di ujung tenda. Ia keluar dan melihat anggotanya baris di pimpin oleh Yula.

"Pagi semua, maaf saya telat bangun," ujar Skay sembari berjalan ke arah Yula.

"Pagi ketua," jawab mereka serempak.

"Kamu pimpin aja, aku baru bangun jadi belum terkumpul nyawanya," bisik Skay kepada Yula.

"Baik semuanya, sebelum kita menjalankan tugas alangkah baiknya kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing," ujar Yula dengan suara lantang.

"Berdoa mulai!"

Suasana hening, Skay memejamkan matanya dan berdoa dengan sungguh-sungguh. Setelah ada aba-aba semua berhenti berdoa, Skay menghitung anggota ternyata sudah lengkap. Ia dan yang lain pergi berpencar mencari sumber mata air, kebetulan mereka semua belum pada mandi.

Skay dan 5 orang lainnya termasuk Yula mulai masuk ke dalam hutan, hutan ini terdapat sebuah jalan dan tak semua sisi di penuhi oleh rerumputan panjang. Skay menyuruh yang lain untuk berhenti berjalan, terdengar suara gemericik air yang entah asalnya dari mana.

"Kalian merasa ini suara dari mana?" tanya Skay.

"Arah utara," jawab beberapa orang.

"Menurut saya arah selatan," jawab beberapa orang yang lain.

"Kalian benar, pendengaran saya tak terlalu jelas. Di satu sisi saya merasa suara ini dari arah utara, di sisi lain dari arah selatan," ujar Skay yang tampak bimbang.

"Saya dan Yula akan pergi ke arah Utara, jika salah satu dari kita menemukan maka bunyikan pluit 3 kali. Jika tak menemukan sama sekali bunyikan pluit 5 kali," jelas Skay dan mendapatkan anggukan dari semua orang.

"Ketua dan wakil hati-hati, kita berjalan terlebih dahulu."

Skay dan Yula mengangguk, mereka berjalan berlawanan arah dari anggota yang lain. Skay berjalan sembari menyingkirkan rumput-rumput tinggi agar tak mengganggu saat dirinya berjalan. Ia dan Yula fokus melihat ke depan, senyum mereka mengembang tak kala suara air itu semakin terdengar.

Benar saja jika di depan sana terdapat air terjun, Skay dan Yula berlari ke arah bawah. Mereka berada bawah air terjun yang cukup deras, air nya sangat jernih dan mengalir dengan tenang tanpa adanya sampah. Skay berjongkok dan membasuh wajahnya dengan air, segar sekali tak lupa ia minum air itu.

"Untung aja aku bawa botol," ujar Yula sembari mengeluarkan satu botol berukuran besar dari dalam tasnya.

"Aku enggak bawa," balas Skay cemberut.

Yula tertawa sembari memasukkan air ke dalam botol minumnya. "Seger banget di sini, tapi masa iya kita mandi di tempat ini," ujarnya.

"Kita buat kamar mandi di dekat tenda, airnya kita ambil dari sini. Nanti kita bagi kelompok, setiap pagi dan sore kelompok itu harus cari air di sini. Lagi pula di tempat tenda kita bawahnya langsung jurang," jelas Skay.

"Kamu benar, kita bisa buat toilet untuk cuci muka dan wudhu bagi yang agamanya muslim. Oh iya, yang tidur di tenda bergantian, jadi yang lain bisa tidur dan mandi di hotel," ungkap Yula.

"Kamu benar," balas Skay.

Skay berjalan naik ke atas, ia membunyikan peluit selama 3 kali guna memberikan kabar kepada yang lain bahwa dirinya dan Yula menemukan sumber air.  Peluitnya berbunyi cukup keras, juga peluit ini saling berhubungan dengan peluit anggota yang lain.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi, Kenzo meminum 2 butir obat yang Dokter Edward bawakan kemarin. Efek samping dari obat ini cukup ekstrim, sebab seorang yang mengkonsumsi ini dalam waktu beberapa jam ke depan akan mengalami panik yang berlebihah.

Namun ia sama sekali tak takut dengan efek itu, bahkan ia minum 2 butir obat sekaligus. Setelahnya ia duduk di meja makan melihat Satya dan yang lain sarapan pagi. Mereka makan daging, namun anehnya ia sama sekali tak minat dengan makanan itu.

"Kau harus berhati-hati, jika jam tanganmu sudah berbunyi maka cepat kembali ke dalam markas," peringat Dokter Edward.

"Ya," jawab Kenzo sangat singkat sekali bukan.

"Apa misi kalian untuk hari ini?" tanya Dokter Edward.

"Kita akan mencoba alat terbaru, mungkin membunuh satu manusia sebagai percobaan tak ada masalahnya bukan," jawab Tije dengan nada santai.

"Betul, kita harus bertindak cepat. Jangan sapi Dexstar membuat situasi membaik," timpal Vito.

Dokter Edward mengangguk paham, ia sudah tak asing lagi dengan sifat anggota Dark Wolfe ini. Andai saja ia menjadi ilmuwan, pasti ia sudah gabung dengan komunitas ini. Namun, sayangnya ia ditakdirkan menjadi dokter dan juga menjadi dokter pribadi Dark Wolfe.

Rasanya sangat mengharukan bisa dekat dengan orang-orang seperti mereka, walapun kebiasaan Kenzo membunuh orang dan organ dalamnya di buat sebagai bahan percobaan. Tak salah jika Kenzo dijuluki sebagai The King Of Sains, dia sangat pintar dan pandai membuat strategi.

"Ke sana sekarang, tinggalkan makanan kalian!" titah Kenzo dan membuat sebagian yang makanannya belum habis ditelan tersedak.

"Baru juga misi pertama," gumam Vito yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri, mungkin!

"Cepat habiskan makanan kalian, saya akan melihat apa yang Kenzo lakukan," ujar Dokter Edward lalu menyusul Kenzo.

Satya meminum airnya hingga tandas. "Cepat selesaikan, aku akan ke sana terlebih dahulu. Bayyy," ujarnya lalu melambaikan kata di akhir.

"Tunggu," pekik Vito dan Tije secara bersamaan. Makanan mereka belum habis dan terpaksa mereka tinggal.

Sedangkan Kenzo berjalan masuk ke dalam Desa Komora, dengan memakai kemeja putih yang lengannya di gulung setengah. Ia juga memakai masker dan sarung tangan berwarna biru, melangkah menyusuri rumah demi rumah. Matanya melihat lurus ke depan, bahkan pijakan sepatunya terlihat.

Di belakang sana terdapat Tije dan yang lain, mereka setia mengikuti Kenzo dari belakang. Tiba-tiba saja mereka terpaksa berhenti sebab ada segerombolan masyarakat asli desa sini berdiri di depan Kenzo. Dengan posisi berjongkok, terpaksa Kenzo berjalan mundur satu langkah dan menatap pemandangan ini tanpa minat.

"Tolong jangan hancurkan desa kami, tuan."

"Menjauh dari hadapan saya," ujar Kenzo dengan suara rendah namun tersirat ketegasan di sana.

"Pergi dari sini Tuan, masyarakat desa ini sudah cukup menderita. Tolong jangan tambah penderitaan kami."

"Anda pikir saya peduli? Kalian semua akan mati di tangan saya!" tekan Kenzo dengan senyum miringnya.

"JADI BEGINI CARA BUSUK ANDA MEMPERLAKUKAN MANUSIA TUAN KENZO MANUEL GUTARA YANG TERHORMAT!"