webnovel

KEBERANGKATAN

Tak terasa pagi ini anggota Dexstar berangkat setelah tadi malam menyiapkan semuanya seperti awal nonstop. Bahkan Skay belum tidur dari semalam sebab pagi ini jam 6 sebagian anggota sudah harus berada di dalam bus. Puji syukur semuanya sudah siap tanpa terkecuali.

Persiapan tadi malam dibantu oleh semua anggota, mereka semua bekerja sama dalam waktu beberapa jam saja semuanya sudah siap. Bahkan ia tak menyangka jika bisa selesai tepat waktu, rasa kemanusiaan mereka benar-benar ada dan ia terharu akan hal itu.

Saat ini sudah ada di dalam bus dan duduk bersebelahan dengan Yula. "Kamu udah hubungin wakil Dexstar buat urus masalah di jurang itu' kan?" tanya Skay memastikan.

"Sudah, masalahnya clear. Kita enggak mau masalah ini diusut polisi' kan?" tanya Yula dan mendapatkan anggukan dari Skay.

"Jika diusut polisi kita tak akan bisa berangkat pagi ini, prosesnya ribet. Kita biarkan semuanya hancur di jurang sana, semuanya udah tergantikan berkat kerja sama kita tadi malam," jelas Skay.

"Bahkan tadi malam aku capek banget dan mau nyerah rasanya, aku bolak-balik periksa barang-barang apa aja yang kurang, belum lagi mempersiapkan baju khusus yang dibuat ulang," ungkap Yula.

"Rasakan ini semua sebagai awal perjuangan kita," sahut Skay dan mendapatkan anggukan setuju dari Yula.

"Juga anggap ini awal baik untuk misi kita," imbuh Skay.

Semalam pasti semua orang merasa capek dan lelah, bolak-balik urus ini dan itu belum lagi melihat barang-barang yang bisa diselamatkan di bawah jurang apa saja. Bahkan Skay juga ingin nyerah, tubuhnya sudah letih, mata panda terlihat jelas, bahkan rasanya ia sudah tak kuat lagi.

Tapi rasa itu hilang ketika mengingat apa tujuannya membangun komunitas ini, tujuan yang sangat baik dan tak seharusnya ia menyerah bahkan perjuangan ini belum di mulai. Tak ada yang perlu dikhawatirkan selagi mempunyai tim yang selalu mensupport dirinya dalam keadaan apapun.

"Kamu mau cari tau siapa yang udah bikin truk masuk jurang?" tanya Yula.

"Untuk sekarang kita fokus dulu kepada Desa Komora, mungkin masalah itu biar diurus sama yang masih menetap di markas," jawab Skay.

"Kita harus hati-hati, jika benar itu Dark Wolfe pasti mereka akan berbuat hal yang lebih dari ini," terang Yula.

"Ketua," ujar salah satu anggota yang duduk di depan dan menghampiri Skay dan Yula yang duduk di bangku tengah.

"Ada apa?" tanya Skay.

"Dark Wolfe sudah sampai di Desa Komora."

Mulut Skay dan Yula terbuka lebar mendengarnya. "Bagaimana bisa? Bukankah mereka berangkat besok?!" tanya Skay.

"Saya baru saja mendapatkan info dari mata-mata yang ada di markas."

Skay menyuruh anggotanya itu kembali ke tempat duduk, infromasi apa lagi ini? Skay bersender di bangkunya, ia memejamkan matanya. Rasanya benar-benar mengejutkan. Ia takut jika Dark Wolfe berbuat sesuatu sedangkan ia dan yang lain belum sampai di Desa Komora.

Perjalanannya kali ini masih menempuh waktu 5 jam lagi untuk sampai ke hotel. Belum lagi perjalan menuju Desa Komora, 1 jam lebih dari hotel itu pun jika perjalanannya lancar. Untuk saat ini ia tak bisa berbuat apa-apa lagi selain menunggu bus ini sampai ke hotel.

***

Kini Kenzo sudah berada di dalam markas berbentuk seperti cangkang kura-kura, bagian luar berwarna putih sedangkan bagian dalam bercorak abu-abu dan hitam. Jika dilihat dari luar markas ini kecil, namun dari dalam ini sangat luas dengan beberapa ruangan juga kamar mereka masing-masing.

Saat ini Kenzo berada di laboratorium yang sama sekali belum pernah ia gunakan, dengan memakai jas laboratorium dan masker ia mulai meracik berbagai macam bahan kimia. Tak hanya ada dirinya di sini, terdapat Tije dan juga Satya yang memakai pakaian sama seperti dirinya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Tije yang sedari tadi diam menyaksikan apa yang Kenzo buat.

"Berikan saya daging sapi," ujar Kenzo dan langsung di laksanakan oleh Satya. Kenzo menerima daging sapi pemberian Satya, dagingnya segar dan sedikit beku.

"Nyalakan penghangat!" titah Kenzo.

"Di luar sudah cukup panas," jawab Tije.

"Alat itu bodoh!" maki Kenzo.

Tije menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia membuka sebuah alat mirip seperti oven namun tak memiliki kaca yang bisa terlihat dari luar. Segera Tije memasukkan daging itu, 15 detik kemudian ia mengeluarkan kembali dagingnya dari dalam.

Tije meletakkan daging itu di atas meja yang terletak di depan Kenzo, lalu dirinya mundur agar Kenzo lebih leluasa memalukan eksperimennya. Sedangkan Kenzo memasukkan cairan yang baru saja ia buat ke dalam jarum suntik. Ia menyuntik cairan itu tepat di bagian tengah daging.

"1 ... 2 ... 3 ...," Kenzo berhitung mundur dan seketika  daging itu berubah warna menjadi hitam.

"Cairan apa itu?" tanya Tije.

"Cairan yang bisa membuat daging makhluk hidup meleleh dalam hitungan jam," jawab Kenzo dengan senyum miringnya.

"Itu yang akan anda buat untuk memusnahkan Desa Komora?" tanya Satya.

"Ya, duplikat cairan ini dalam jumlah yang banyak," suruh Kenzo di akhir.

"Baik," jawab Satya patuh.

Kenzo keluar dari laboratorium diikuti oleh Tije, sebelum keluar ia memusnahkan jas laboratorium nya dan juga masker ke alat khusus berteknologi tinggi. Ia keluar dan naik ke lantai paling atas markas ini, sesampainya di atas hanya ada satu ruangan tak terlalu besar.

Sekelilingnya terdapat kaca yang bisa melihat keadaan luar, ia berjalan ke depan tepatnya ke arah kaca. Di sini merupakan tempat bersantai, tak terlalu luas namun sangat nyaman apalagi udaranya yang cukup dingin. Tije sendiri senantiasa berdiri di belakangnya, entah apa yang dia lakukan.

"Dexstar dalam perjalanan ke sini," ujar Tije secara tiba-tiba.

"Kapan mereka semua akan sampai?" tanya Kenzo.

"Nanti siang sampai di hotel, dan sore mereka akan sampai di Desa ini," jawab Tije.

"Bukankah barang-barang perlengkapan mereka sudah kita hancurkan?" terang Kenzo.

"Mereka mempersiapkan semuanya hanya dalam waktu satu malam," jawab Tije.

Kenzo mengangguk paham. "Bagaimana dengan Desa Komora? Apakah ada yang menyaingi kita dan ingin menguasi desa itu?" tanya Kenzo.

"Untuk sekarang tidak ada, kita hanya fokus menyingkirkan Dexstar dan fokus melenyapkan masyarakat desa itu," jawab Tije.

Merasa tak ada yang perlu dibicarakan lagi, Kenzo menyuruh Tije untuk pergi. Ia sendiri duduk di sofa dengan pandangan ke arah langit-langit ruangan ini, ia pun mengambil sesuatu dari laci. Jarum suntik, ya ia mengambil itu dan segera menyuntikkan lewat perutnya. Sungguh menyiksa, ia ingin seperti dulu yang makan tanpa harus lewat suntikan.

Ia benar-benar tak habis pikir dengan keadaan tubuhnya, sakit tidak namun tak bisa menelan makanan yang masuk ke dalam mulut dan berakhir muntah. Bahkan Dokter Edward tak tau ia sebenarnya sakit apa, segala pengecekan suduh ia lakukan namun tak membuahkan hasil.