101 Memanjakan Boo-Boo?

" Aku hanya membantumu membawa, sayang!" kata Brian, lalu Fatma melepaskan tasnya untuk diangkat suaminya. Brian tidak bisa berkata apa-apa jika istrinya sudah ngambek seperti itu. Arghhh! Kenapa juga aku sampai membuat dia terluka di kepalanya! batin Brian kesal pada kebodohannya. Fatma melangkah keluar kamar diikuti Brian dengan wajah cemberut. Brian memasukkan tas tersebut ke dalam mobilnya.

" Kenapa kamu memasukkan tasku kesana?" tanya Fatma.

" Aku akan ikut denganmu, sayang!" kata Brian pelan. Fatma menahan tawanya, suamiku yang malang! So sweet! Maaf, ya, habib! batin Fatma. Brian telah membukakan pintu mobil untuk sitrinya.

" Aku akan memanjakan boo-boo semaumu disana!" bisik Fatma, membuat wajah Brian berubah menjadi cerah dan otak mesumnya segera bekerja.

" Kamu janji?" tanya Brian masih tidak percaya.

" Aku janji!" jawab Fatma yang sedah duduk di kursi depan.

" Jangan berbohong, sayang! Kamu akan berdosa!" kata Brian dengan senangnya. Fatma tersenyum kesal, Huh! Kalo dikasih jatah aja, senengnya minta ampun! batin Fatma kesal. Brian membawa mobilnya pergi keluar rumah dan menyusuri jalan raya.

" Sayang!" panggil Brian.

" Hmm?" sahut Fatma yang sedikit mengantuk.

" Berapa hari kamu disana?" tanya Brian hati-hati, dia tidak mau jika istrinya akan kembali marah padanya.

" Entahlah! Sampai Ummi sembuh?" jawab Fatma.

" Apa?" teriak Brian marah, yang membuat Fatma seketika bangun dan membulatkan matanya.

" Maaf! Maksudku apa nggak terlalu lama? Kamu disana 2 hari saja ya? Atau sehari saja!" kata Brian.

" Sekalian aja kita pulang nggak jadi kesana!" sahut Fatma.

" Serius, sayang? Aku seneng banget dengarnya!" kata Brian dengan wajah sumringah.

" Kalo kamu nggak niat kasih ijin aku ke rumah abi dan ummi, Ok! Kita pulang!" kata Fatma dengan suara dingin dan wajah datarnya. Brian sangat senang karena istrinya tidak jadi menginap di rumah orang tuanya. Dia memutar mobilnya untuk pulang ke rumah dengan hati senang bagai anak kecil mendapat mainan baru.

" Untung kita belum jauh! Kamu mau sesuatu, sayang? Mumpung kita masih di jalan!" tanya Brian lembut. Fatma hanya diam saja sambil memandang keluar jendela mobil, airmatanya telah jatuh membasahi pipinya yang mulus dan putih.

" Kok, kamu diam saja, sayang?" tanya Brian.

" Sayang?" panggil Brian sesekali melihat ke arah istrinya. Fatma hanya diam saja tanpa sekalipun mengindahkan panggilan Brian. Apa aku salah lagi? Bukannya dia yang setuju untuk kembali pulang? Ahhhhhh! Perempuan hamil bikin kepalaku pusing aja! Kalo begini aku lebih baik menghadapi tekanan pekerjaan daripada harus menghadapi mood orang hamil yang aneh! batin Brian kesal.

" Sayang!" panggil Brian, mobil mereka memasuki halaman rumah. Saat mobil berhenti, tanpa bicara apapun Fatma langsung turun dan berjalan ke dalam rumah dengan menangis tertahan.

" Nyonya Muda?" sapa Marsa kaget melihat majikan wanitanya menangis. Brian yang terkejut melihat Fatma turun begitu saja, langsung mengejarnya ke dalam rumah setelah membawa tas Fatma.

" Sayang!" panggil Brian.

" Tuan Muda!" sapa Marsa. Tok! Tok! Tok! Brian mengetuk pintu kamarnya lalu memutar gagang pintu. Ceklek! Ceklek! Terkunci! Astaghfirullah! Kamu kenapa lagi, Za? batin Brian bingung.

" Ambilkan kunci cadangan, Sa!" kata Brian pada Marsa yang berdiri tak jauh darinya.

" Iya, Tuan Muda!" kata Marsa.

" Jangan berani masuk, atau aku akan membencimu selamanya!" teriak Fatma marah. Jglarrrr! Bagai tersambar petir disiang hari, Brian merasa seluruh tubuhnya lemah lunglai mendengar amarah istrinya.

" Tuan Muda?" ucap Marsa.

" Dia yang meminta kembali ke rumah! Kenapa sekarang dia yang segitu marahnya sama aku?" kata Brian.

" Apa memang Nyonya Muda sendiri yang membatalkan kepergiannya, Tuan Muda?" tanya Marsa.

" Apa maksudmu?" tanya Brian frustasi.

" Karena setahu saya, itu bukan tipe Nyonya Muda sekali, Tuan Muda! Nyonya Muda selalu konsisten dalam bertindak!" kata Marsa dengan sedikit takut.

" Memang tadi aku yang memintanya untuk pulang, tapi dia setuju!" jawab Brian.

" Tapi kenapa Nyonya Muda sampai menangis jika memang Nyonya Muda setuju?" tanya Marsa.

" Menangis? Kamu serius melihat dia menangis?" tanya Brian.

" Iya, Tuan Muda! Nyonya Muda menangis hingga bahunya terguncang!" kata Marsa.

" Astaghfirullah! Apa slah jika aku mau dia selalu disisiku? Hanya bersamaku?" kata Brian.

" Maaf, Tuan Muda! Saya memang belum menikah, tapi saya memiliki kakak yang juga seperti Nyonya Muda saat mengandung!" kata Marsa.

" Apa maksudmu?" tanya Brian.

" Mood seorang wanita saat hamil memang selalu berubah dalam waktu yang kadang kita tidak sadari. Dan hal itu berdampak pada otak bayi itu sendiri, Tuan Muda!" kata Marsa.

" Seserius itu?" tanya Brian.

" Iya, Tuan Muda!" jawab Marsa. Brian berjalan ke arah ruang kerjanya. Dia meraih ponselnya dan menyalakannya, ditekannya nomor abi.

" Assalamu'alaikum, Abi!"

- " Wa'alaikumsalam, Nak Brian!" -

" Apa kabar Abi?"

- " Alhamdulillah, baik! Nak Brian sama Fatma bagaimana?" -

" Alhamdulillah baik, Bi!"

- " Apa ada sesuatu yang penting?" -

" Apa boleh Aku meminta tanah di bagian belakang mushalla, Bi?"

- " Untuk apa?" -

" Untuk kejutan istriku, Bi!"

- " Kalo untuk kebaikan, kamu pake saja!" -

" Terima kasih, Bi! Assalamu'alaikum!"

- " Wa'alaikumsalam!" -

Brian mematikan sambungan telponnya dan menghubungi Danis.

- " Halo, Bos!" -

" Dan! Datanglah ke rumah bersama Arman!"

- " Siap, Bos!" -

Brian kemudian membuat sesuatu diatas kertas dan tersenyum puas melihatnya. Aku akan memberikan kejutan untukmu, sayang! Maafkan aku yang selama ini terlalu egois! Aku hanya ingin menikmati setiap detik bersamamu! Karena aku sangat mencintaimu! Aku tidak bisa jika sehari tidak melihatmu! batin Brian sedih, dia membenci dirinya yang lemah seperti ini. Dia benar-benar tidak menyangka jika dia akan tunduk pada yang namanya cinta. Selama ini tidak ada satu wanitapun yang mampu menghancurkan harga dirinya yang setinggi langit. Bahkan mereka rela mencium kakinya dan memohon-mohon padanya demi bisa bersamanya bahkan hanya melihatnya. Tapi Allah Maha Adil, dia jatuh serendah-rendahnya dikaki seorang wanita soleha bernama Zahirah, bahkan dia menutup auratnya dan tidak bisa terlihat oleh Brian. Wanita yang dikirim Allah untuk menaklukannya, menaklukan kesombongan dan kejahatannya selama ini. Terkadang kawan dan relasi bisnisnya menawarkan banyak wanita, bahkan mereka pernah membawa seorang wanita berjilbab.

Flashback On

" Brian!" sapa Hardi, relasi bisnisnya yang ada di Bali.

" Hardi!" jawab Brian.

" Trima kasih, Bro! Gue sangat senang dengan keberhasilan proyek itu!" kata Hrdi.

" Sudahlah! Gue hanya bantu kecil aja!" jawab Brian. Hardi adalah teman dekat Brian saat kuliah dulu. Mereka sama-sama gila, hanya saja Brian tidak meniduri wanita yang dibawa Hardi, sedangkan Hardi memusakan dirinya dengan mereka.

" Bagaimana istrimu?" tanya Hardi.

" Baik!" jawab Brian.

" Gue punya hadiah buat lo!" kata Hardi. Saat itu mereka sedang bertemu di sebuah Hotel bintang lima.

" Gak perlu!" jawab Brian.

" Lo nggak usah khawatir! Gue kasih yang selera lo banget!" jawab Hardi. Brian mengernyitkan dahinya.

" Bawa dia masuk!" kata Hardi. Pintu hotel terbuka, masuklah seorang gadis dengan memakai busana muslim.

" Assalamu'alaikum!" ucap gadis itu.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Brian kaget.

" Ini Santi! Dia seorang pelajar SMA kelas 3! Jangan kuatir, dia masih perawan dan belum terjamah oleh pria manapun! Karena dia anak rumahan!" kata Hardi. Brian menatap Santi sekilas, sangat mirip dengan Zahirah! batin Brian.

" Ini Tuan Brian, Santi! Katakan semua tentang kamu!" kata Hardi.

avataravatar
Next chapter