102 Jebakan Untuk Brian

" Na...nama sa...saya Santi, Tu...tuan!" ucap Santi takut.

" Gak usah takut San! Tuan Brian ini istrinya juga berhijab seperti kamu! Dia suka perempuan berhijab! Angkat kepalamu dan lihat dia!" kata Hardi. Dengan sedikit ragu dan takut Santi menatap Brian. Cantik! Polos! Tapi apa bener masih gadis? batin Brian. Tampan sekali! batin Santi, dadanya berdegub sangat kencang melihat letampanan Brian.

" Lanjutkan!" kata Hardi.

" Saya sekolah kelas 3 SMA! Saya tidak pernah keluar kemana-mana, karena bapak yang mengantar jemput sekolah!" kata Santi sambil tak henti menatap Brian. Hmm! Gadis polos tapi berbahaya! batin Brian.

" Dia benar-benar ORI, bro! Gue udah suruh dokter periksa!" kata Hardi.

" Kenapa nggak lo aja yang ambil?" tanya Brian.

" Karena gue nggak suka gadis berhijab!" jawab Hardi.

" Kenapa kamu disini?" tanya Brian dingin tapi lembut. Ya Allah! Suaranya membuat hatiku serasa damai! batin Santi. Santi memang 11/12 dengan Fatma, hanya dari segi usia saja yang berbeda.

" Saya butuh uang untuk pengobatan ibu saya, Tuan!" kata Santi sedih.

" Saya akan kasih kamu uang!" jawab Brian.

" Benarkah, Tuan? Saya rela jadi istri simpanan Tuan! Atau hanya sebagai perempuan yang Tuan inginkan untuk bercinta saja! Saya ikhlas!" tutur Santi. Brian kaget! Tawaran yang menggiurkan, dia jadi ingat malam pertamanya dengan Fatma yang sangat nikmat dan memabukkan. Memikirkan itu, bagian inti Brian perlahan menegang. Astaghfirullah! Apa yang aku pikirkan? Maafkan aku, sayang! aku hanya pria normal dan biasa! batin Brian.

" Gue ke toilet dulu!" kata Brian lalu pergi ke toilet.

" Dia sangat kaya raya, San! Jika kamu bisa menikah dengannya, kamu sekeluarga tidak akan kekurangan lagi!" kata Hardi.

" Tapi sepertinya dia tidak tertarik pada saya, Tuan!" kata Santi.

" Aku akan pergi! Buka seluruh pakaianmu dan peluk dia saat dia keluar dari kamar mandi!" kata Hardi.

" Astaghfirullah! Itu dosa, Tuan!" kata Santi.

" Aku hanya mengajarimu! Terserah kamu bagaimana, aku yakin di dalam sana dia sedang melampiaskan birahinya! Kamu bisa menerobos masuk ke dalam sana! Cepat sebelum dia selesai!" kata Hardi. Santi hanya terpaku mendengar perkataan Hardi, Hardi keluar dari ruangan itu dan dengan cepat Santi melepaskan seluruh pakaian hingga dalamannya. Tubuh Santi memang sangat berisi, sebagai seorang gadis SMA yang baru beranjak dewasa. Santi sangat malu sebenarnya, tapi dia butuh uang dan status untuk keluarganya. Dengan cepat dia membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci itu lalu masuk dan berdiri di hadapan Brian yang sedang memainkan miliknya.

" Apa yang kamu lakukan?" tanya Brian kaget lalu berdiri, karena saat ini dia hanya memakai kaos dalam saja dan duduk di atas WC. Ditutupnya miliknya dengan kaos dalam yang ditariknya panjang ke bawah.

" Saya milik Tuan seutuhnya! Lakukan pada saya, Tuan! Jangan dibuang sia-sia!" kata Santi dengan gemetar. Sesaat Brian menatap tubuh gadis dihadapannya itu, sangat indah dan menggiurkan. Santi perlahan mendekati Brian dan berusaha memegang milik Brian, tapi Brian segara mendorong Santi hingga gadis itu jatuh ke lantai.

" Aduhhh!" teriak Santi. Brian terkejut, reflek dia menolong Santi berdiri tapi Santi dengan cepat memeluknya hingga kejantanannya menyentuh perut Santi dan dada besar Santi menempel di dadanya. Nafas Brian memburu menahan gairah panas tubuhnya. Astaghfirullah! Tolong hamba, Ya Allah! batin Brian. Dengan cepat Brian mendorong pelan Santi dan dengan mata terpejam memikirkan tubuh istrinya, dia meraih pakaiannya untuk dipakainya.

" Jaga dirimu untuk suamimu! Aku akan memberikanmu pekerjaan agar kamu bisa menghidupi keluargamu!" kata Brian. Santi terduduk lemas mendengar ucapan Brian, dia merasa sangat malu walau sesaat tadi dia sangat bahagia memeluk Brian dan menghirup bau tubuhnya.

" Maaf!" kata Santi lirih.

" Jika Hardi bertanya, katakan saja kita akan bertemu lagi nanti malam!" kata Brian lalu pergi meninggalkan Santi sendiri yang sedang menangis. Lo akan dapat pelajaran dari gue Har! batin Brian.

Flashback Off

" Harusnya aku banyak bersyukur karena Allah masih meolongku saat itu! Jika tidak, saat ini rumah tanggaku pasti bermasalah!" kata Brian ambigu. Brian melangkah keluar ruang kerjanya, dia membuka pintu kamarnya dengan kunci cadangan dan melihat istrinya tertidur dengan pulasnya. Brian mengecup pipi dan kening Fatma dengan lembut dan sedikit lama. Lalu Brian beranjak dari ranjangnya dan keluar rumah.

Brian sampai dirumah orang tua Fatma setelah menyetir selama 30 menit, disana Danis sama Arman telah sampai dan mengikutinya masuk.

" Assalamu'alaikum Bi!" sapa Brian pada Abi Fatma yang telah berdiri di depan pintu rumahnya.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Azzam, lalu Brian menyalami tangan Azzam dan menciumnya.

" Ayo, masuk!" kata Azzam, diikuti anggukan kepala Brian.

Fatma terbangun saat adzan shalat subuh, semalaman Fatma tidak keluar kamar, dia meminta Ani mengantarkan makanan ke kamar jika dia lapar. Dia juga tidak tahu kemana suaminya dan masih enggan mencari tahu karena marah padanya. Fatma membersihkan tubuhnya dan mengambil air wudlu untuk shalat di dalam kamar saja. Setelah membaca Al Qur'an dan shalat, dia terasa lapar, dia keluar kamar lalu menuju ke dapur. Disentuhnya kulkas yang ada disitu hingga menyala dan memperlihatkan isinya. Hmm, dia pengen makan tahu digoreng kering dan dimakan pake sambal kacang. Dibukanya pintu Kulkas dan diambilnya 2 potong tahu lalu diirisnya menjadi 4 bagian, setelah itu dimasukkannya ke dalam wadah yang telah diberikan air dan kaldu. Sementara menunggu tahu meresap bumbunya, dia membuka lemari gantung dan mengambil kacang goreng untuk digoreng.

" Assalamu'alaikum, Nyonya Muda!" sapa Ani dan Marsa.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma.

" Biar saya lanjutkan, Nyonya!" kata Ani.

" Iya, Mbak An! Pinggang saya sedikit pegal! Saya pengen sambal kacang dan tahu kering!" kata Fatma memegang pinggangnya.

" Iya, Nyonya Muda!" jawab Ani. Ani melanjutkan memasak sementara Fatma duduk di meja dapur.

" Apa ada yang Nyonya mau?" tanya Marsa.

" Tolong ambilkan air minum!" kata Fatma pada Marsa.

" Iya, Nyonya Muda!" kata Marsa.

" Kamu bisa bikin bakwan sayur, An?" tanya Fatma.

" Bisa, Nyonya Muda!" jawab Ani.

" Tolong kamu bikinkan ya!" kata Fatma.

" Iya, Nyonya Muda. Ani mendekati kulkas dan membukanya, diambilnya wortel, taoge dan udang. Lalu diambilnya mangkok dan tepung di lemari gantung.

" Ini, Nyonya Muda!" kata Marsa yang membawa satu jug picher dan satu buah gelas. Dituangkannya air tersebut ke dalam gelas.

" Trima kasih, Sa! Bismillah!" kata Fatma lalu meneguk air tersebut hingga habis.

" Assalamu'alaikum, Nyonya Muda!" sapa Mira.

" Wa'alaikumsalam, Mira!" jawab Fatma.

" Ada pesan dari Tuan Muda!" kata Mira, tapi Fatma diam saja karena masih kesal sama suaminya itu.

" Tuan Muda pergi ke Bali untuk 2 sampai 3 hari! Semalam berangkat!" kata Mira.

" Hmm!" sahut Fatma. Hatinya semakin sedih mendengar perkataan Mira, meskipun dia kesal pada Brian, tapi dia tidak bisa jika harus berjauhan dengan suaminya itu. Tanpa terasa airmatanya menetes dikedua pipinya.

" Nyonya Muda? Nyonya Muda kenapa?" tanya Marsa dan Mira bersamaan. Fatma semakin menangis ditanya seperti itu oleh kedua pegawainya.

avataravatar
Next chapter