34 Chapter 8 Perubahan Wujud

"Hei! Bukalah!"

Aku menggedor pintu toko senjata, yang mana sudah tutup hari ini.

Pada akhirnya pemiliknya perlahan membuka pintunya, terlihat pusing dan marah.

"Ada apa bocah Pahlawan? Aku sudah tutup jam segini."

"Kami nggak punya waktu untuk itu!"

Aku menutupi Filo dengan jubahku, dan mendorong dia kedepan agar si pemilik toko bisa melihat dia.

"Bocah Pahlawan, jangan datang untuk memamerkan budak barumu padaku."

"Bukan begitu!"

Orang macam apa aku ini menurut dia? Kalau aku bertemu seseorang kayak yang dia pikirkan, aku akan memukul wajahnya.

"Master? Ada apa?"

"Diamlah."

"Nggak mau!"

Apa-apaan ini?

Semuanya semakin menggila setelah itu. Si penjual budak terus mengarahkan jarinya padaku. Anak buahnya terdiam nggak bisa berkata apa-apa. Raphtalia juga. Adapun untuk Filo, dia ingin mendekat padaku, jadi dia menjadi seorang cewek, dan sebelum aku menyadarinya, aku sudah membawa dia bersamaku dan menggedor pintu toko senjata.

*Tear! Riiiiiiiiiip!*

Dia berubah wujud didepan mata kami, dan jubahnya robek.

Dia berubah menjadi Filolial Queen.

Dasar burung sialan! Apa kau tau jubah itu tidaklah gratis?"

"Ap...."

Si pemilik toko ternganga nggak bisa berkata apa-apa. Dia menatap burung raksasa itu. Filo tiba-tiba kembali menjadi seorang gadis kecil dan memeluk tanganku. Jubahnya jatuh dari atas dan menutupi kepalanya.

"Sekarang mengerti apa yang kumaksudkan?"

"Oh.... Ya."

Wajah pria itu menampilkan ekspresi kebingungan dan mengajak kami masuk.

"Jadi kenapa kau datang kesini? Kau mau equipment untuk dia?"

"Apa ada pakaian yang bisa bertahan terhadap perubahan wujud ini? Atau hei— kenapa dia bisa berubah sih?"

"Ayolah bocah. Tenang dulu."

Itu benar. Kenapa ini terjadi? Kenapa Filo tiba-tiba jadi seorang gadis kecil?

Ada sayap kecil dipunggungnya, mungkin sisa dari perubahannya, dan dia memiliki mata berwarna biru. Dia kelihatan seperti seorang malaikat kecil. Dan wajahnya begitu kecil dan manis—dia kelihatan seperti sebuah lukisan. Dia kelihatan berusia sekitar 10 tahun. Dia sedikit lebih kecil daripada Raphtalia saat pertama kali kami bertemu.

*kruyuk...* suara keroncongan terdengar dari perut manusia milik Filo.

"Master! Aku lapar!"

"Kau harus menunggu."

"Nggak mau!"

"Baiklah, kau boleh memakan makan malamku."

Si pemilik toko pergi ke ruangan belakang dan kembali sambil membawa sup.

"Sekarang kau harus...."

"Yay! Asik!"

Filo mengambil mangkuk itu dia dan menuangkan isinya kedalam mulutnya sekaligus.

"Hmm..... Yah, itu bukanlah sup yang paling lezat...."

Filo menyerahkan mangkuknya pada pemilik toko, dan dia menerimanya dalam diam dan kemudian melotot padaku.

"Maaf untuk itu."

"Hei bocah, kapan-kapan traktir aku makan malam."

Filo sudah membuang peruntungan!

"Nah sekarang kau menyebutkannya, Kurasa aku punya beberapa pakaian untuk demi-human yang bisa berubah. Yang mana mengingatkan aku, kenapa kau nggak pergi saja ke toko pakaian kalau kau mau pakaian."

"Kau mau aku menggedor sebuah toko yang nggak kukenal bersama seorang cewek telanjang malam-malam begini? Cewek yang bisa berubah menjadi Monster?"

"Betul juga. Tunggu sebentar."

Dia pergi ke belakang toko dan aku bisa mendengar dia mengacak-acak kotak-kotak yang ada disana.

"Aku nggak tau apakah ini akan cocok, dan ini adalah pakaian musiman—jadi nggak banyak berharap."

"Oke."

Butuh beberapa saat sampai akhirnya kembali.

"Maaf, tapi kurasa aku nggak punya pakaian yang cukup besar yang bisa bertahan dari perubahan itu."

"Apa?!"

Tapi cuma itu yang bisa kupikirkan... Tidak aku... Apa yang harus kulakukan? Ada cewek telanjang yang menempel pada lenganku, dan aku nggak bisa mendapatkan pakaian untuk dia pakai. Aku akhirnya mulai memperbaiki reputasiku yang mengerikan, dan sekarang malah kayak ini! Hal ini cuma akan memperburuk keadaan.

"Master!"

"Jangan kau berani-berani berubah wujud!"

Bahkan jika aku bisa menetapkan peraturan tertentu pada monster yang ku kendalikan, nggak ada pengaturan untuk mencegah monster dari berubah menjadi manusia. Monster berubah menjadi manusia pasti sangat langka.

"Tapi aku mau...!"

Apa yang akan memuaskan cewek ini?!

Dia membantah apapun yang kukatakan. Apa dia dalam tahap memberontak? Dia baru lahir beberapa hari yang lalu, jadi kayaknya itu nggak mungkin.

"Karena kalau aku terus dalam wujudku yang biasanya, kau nggak akan tidur denganku, iya kan Master?"

Dia meremas tanganku keras-keras dan tersenyum, menatapku dengan mata berseri-seri.

"Apa? Aku harus tidur bersamamu sekarang?"

"Aku kesepian..."

"Astaga... Aku iri padamu, bocah Pahlawan."

Aku dipanggil ke dunia ini bukan untuk mengasuh anak-anak. Meski begitu, Kurasa aku harus memutuskan untuk menyerahkannya pada Raphtalia.

"Itu mengingatkan aku. Dimana Raphtalia?"

"Akhirnya aku bisa menyusul."

Pintunya terbuka dan Raphtalia masuk, nafasnya ngos-ngosan.

"Kamu cepat sekali larinya... Aku mencarimu."

"Maaf soal itu."

"Yay! Raphtalia!"

Filo melambai gembira pada Raphtalia.

"Aku nggak akan menyerahkan Master!"

"Apaan yang dikatakan bocah ini?"

"Kau nggak akan menyerahkan aku? Aku bukan milikmu!"

"Karena Master adalah papaku!"

"Bukan. Aku... pemilikmu."

"Bukan. Terus gimana dengan Raphtalia?"

"Raphtalia sudah seperti putriku."

"Itu nggak benar!"

"Huh? Aku nggak ngerti..."

"Aku nggak punya pakaian yang kau inginkan. Aku akan mecarikannya untukmu, tapi kau harus pulang untuk saat ini."

"Kau benar.... Maaf."

"Makasih buat supnya!"

"Beneran deh bocah... Kau selalu muncul dan mengejutkan aku."

Kami meninggalkan toko dan kembali ke penginapan, tapi saat perjalanan kesana, Raphtalia berhenti.

"Um... Si pedagang.... Maksudku pelatih monster mencarimu."

"Huh? Oh. Oke."

Kami mengubah rute dan kembali ke tenda, dimana si penjual budak menunggu kami.

"Yah, itu tentunya sangat tak terduga. Begitulah tuan."

"Memang."

Dia menunjuk pada Filo, yang berselimut jubah.

"Para Felolial Queen bisa menggunakan teknik perubahan yang sangat maju. Kurasa mereka melakukan ini agar mereka bisa bersembunyi diantara para Filolial lain tanpa gangguan dari para manusia."

Aku mengerti sekarang. Jadi para raja dan ratu ini bisa merubah penampilan mereka untuk bersembunyi diantara para Filolial lain. Filo menggunakan kemampian itu untuk berubah menjadi manusia.

"Aku sangat terkejut dan gembira atas kesempatan untuk melihat dan mempelajari salah satunya. Mereka sangat langka. Kemampuan anda dalam melatih monster pasti sangat menakjubkan. Begitulah tuan."

"Huh?"

"Anda bisa membesarkan seekor Filolial begitu cepat dan begitu baik, terlebih lagi menjadi seekor ratu, itu sangat mengesankan. Bagaimana anda melakukannya?"

Ujung-ujungnya kayak gini juga. Sekarang aku tau apa yang diinginkan si penjual budak. Kalau dia bisa mencari tau bagaimana caranya menghasilkan lebih banyak raja dan ratu ini, terutama mengingat kemampuan perubahan wujud mereka yang langka, dia bisa menjual mereka dengan keuntungan yang besar.

"Kupikir itu ada hubungannya dengan Perisai Legendaris milikku."

Aku betul-betul berpikir bahwa pendewasaan Filo yang menakjubkan ada hubungannya dengan kemampuan penyesuaian pendewasaan dari perisai yang diberikan padaku. Selain itu nggak ada lagi terpikirkan olehku.

"Ternyata benar kekhawatiranku bahwa anda akan menjawab dengan pengelakan semacam itu. Butuh berapa banyak uang agar anda mau memberitahuku?"

"Itu betulan aku nggak bohong!"

"Kalau begitu, aku akan memberi anda telur Filolial lain, dan anda bisa membesarkannya...."

"Nggak usah, makasih!"

Aku nggak mau repot-repot memelihara satu lagi. Selain itu, aku harus memikirkan tentang mendapatkan pakaian untuk Filo. Hal terakhir yang aku perlu kupikirkan adalah masalah makanan.

"Kurasa satu-satunya hal lain yang mungkin bisa dilakukan, anda tau... hal itu..."

"Apaan tepatnya?!"

Ew, si penjual budak gembira, dan matanya berkilauan.

Itu adalah sesuatu yang kupikirkan, tapi Filo memang memakan daging Chimera. Belum tentu itu yang menyebabkan dia berubah wujud, tapi ada kemungkinannya juga.

"Yah, sungguh disayangkan."

Si penjual budak menghela nafas dan melangkah mundur, enyah karena kekecewaan atau hanya karena dia nggak mempercayai aku.

"Aku bisa memberimu Filolial lain kapanpun, jadi jangan ragu-ragu untuk mampir lagi."

"Aku menolak...."

"Kalau anda memeliharanya menjadi sesuatu yang berguna, aku akan memastikan bahwa anda akan diberi imbalan yang setimpal."

"Ha! Akan kupikirkan lagi kalau aku sudah punya waktu luang dan uang lebih."

Aku sadar bahwa aku telah jadi agak kikir, tapi percakapan ini cuma semakin membuatku yakin. Sekarang gimanapun caranya harus berhemat.

"Ngomong-ngomong, apa yang harus kita lakukan?"

"Masalah apa?"

Filo menyela percakapan dan bertanya.

"Mengenai kondisimu."

"Aku tidur bersama Master!"

"Nggak akan kubiarkan!"

"Aw, tapi aku mau! Raphtalia ingin menguasai Master seorang diri!"

"Bukan begitu!"

Apaan sih yang diributkan kedua cewek ini?

"Ok, Filo. Kau tidur di kandang yang ada di penginapan, oke?"

"Nggak mungkin!"

Dia langsung membantah.

"Aku mau tidur bersamamu, Master!"

Itu seperti anak kecil. Anak-anak selalu ingin tidur bersama orang tua mereka.

"Oke, oke."

"Tuan Naofumi?!"

"Kalau kita terus mengatakan tidak, dia akan terus merengek sepanjang waktu. Kurasa kita harus mengalah sedikit."

"Kurasa kamu benar."

Raphtalia mengatakan persetujuannya, sangat kecewa.

"Tapi kau nggak boleh berjalan-jalan sambil telanjang didepan orang-orang lagi."

"Baik!"

Apa dia betul-betul mengerti? Terserahlah. Yang bisa kulakukan cuma berdoa supaya si pemilik toko senjata bisa mendapatkan sesuatu tepat waktu.

Kami kembali ke penginapan, membayar biaya untuk tambahan orang pada pemilik penginapan dan pergi ke kamar kami. Kegiatan rutin malam hari kami yang terdiri dari belajar dan meracik nggak lagi bisa dikerjakan karena Filo berlarian kesana kemari.

"Wow! Kasurnya empuk!"

Filo melompat naik turun di tempat tidur. Butuh beberapa saat untuk membuat dia tenang, dan kami sudah cukup kelelahan sampai-sampai ketiduran.

* * * * *

Kenapa panas sekali?!

"Ugh...."

Badanku nggak mau bergerak seperti yang kuinginkan. Apa yang terjadi?

Aku perlahan-lahan membuka mataku dan mendapati aku dikelilingi warna putih. Aku diselimuti bulu.

*Snore… Snore…*

Seluruh tempat tidur ini mendengkur!

Aku akhirnya bisa mengangkat wajahku dari bulu-bulu itu dan mengetahui kalau aku nggak lagi tidur dikasur tapi di atas perut Filo yang besar, karena dia telah kembali ke wujud Filolialnya pada malam hari.

Sepertinya dia berguling di tempat tidur dan memelukku, menggunakan aku sebagai bantal peluk saat dia tidur.

"Bangun! Dasar ayam gemuk!"

Siapa yang memberi dia ijin untuk kembali menjadi seekor burung?

*fuaaaaaaa.*

Oh? Jadi dia bisa bicara, meskipun dia adalah seekor burung sekarang ini?

"Apa...Apa yang kau lakukan?!"

Raphtalia mengucek matanya. Lalu saat dia melihat kami, dia berteriak dan memgarahkan jarinya pada kami.

"Raphtalia! Tolong aku!"

Aku memukul-mukul Filo, tapi dia nggak juga bangun. Kayaknya karena kekuatan seranganku terlalu rendah.

"Filo! Bangun!"

"Mmmmm... oh! Master!"

Filo berguling.

Aku bisa mendengar papan lantainya berderit karena menahan beban berat. Tentunya cuma sampai seberat itulah yang bisa ditahan lantainya.

"Bangun!"

Kayaknya dia belum mau melepaskan aku dan segera bangun.

"Bangun!"

Raphtalia mendekat dan secara paksa membuka sayap Filo, membuka celah yang cukup besar hingga aku bisa keluar.

"Ini sungguh berat untuk pagi hari."

"Hrm?"

Filo tiba-tiba menyadari ketiadaanku, dan saat dia mulai mencariku, dia akhirnya tersadar. Dia menyadari bahwa Raphtalia dan aku melemparkan belati pada dia, dan dia terlihat bingung.

"Apa yang terjadi?"

"Pertama-tama, kembali ke wujud manusia!"

"Huh? Tapi aku baru saja banguuuuuuuun...."

Sialan! Aku nggak mau melakukan ini, tapi aku nggak punya cara lain.

Aku membuka layar statusku, melihat pengaturan Filo, dan membentang kolom yang menuntut dia menuruti semua perkataanku. Sekarang dia nggak punya pilihan selain menuruti perkataanku.

"Kembali jadi manusia!"

Aku menoleh pada Filo dan meneriakkan perintah.

"Tapi aku... Aku mau tidur sama Master sedikit lagi!"

Tapi tanda dari kutukan pelatih monster muncul didadanya dan mulai bersinar.

"Huh?"

"Kalau kau nggak mau nurut, itu akan menyakitimu."

Segel kutukan itu membesar menutupi seluruh dadanya dan terus membesar.

Yaaaawn!

Pola geometris yang menyala muncul di sayapnya, dan mulai terbang kearah pola yang menyala didadanya.

Kedua pola itu bertabrakan dan dengan suara desis pelan, segel pelatih monster memudar.

"Huh?"

Aku segera membuka kembali layar status, kolom yang tadi kucentang telah dihilangkan centangnya. Aku mencoba mencentangnya lagi, tapi nggak peduli berapa kali aku mencobanya, kolom itu tetap kosong. Apa gunanya seekor monster yang mengikuti perintah?

Sialan! Alasan aku membeli seekor monster adalah agar dia melakukan apa yang kukatakan!

Penjual budak sialan itu. Kau tunggu saja. Akan ku labrak kau... Tunggu saja!

***

avataravatar
Next chapter