32 Chapter 6 Tendang dan Lari

Hari berikutnya Raphtalia bangun sama-sama denganku, dan kami berdua pergi ke kandang.

"Gahh!"

Saat Filo melihat kami, dia berteriak senang dan berlari mendekat untuk menyapa kami.

"Apa kau sudah tumbuh lagi?"

Filo tampak bertambah tinggi dalam semalam.

Dia sudah tampak seukuran Filolial dewasa yang kulihat berjalan-jalan dikota saat berada di istana.

Dia sekarang berwarna putih, cuma sedikit yang berwarna merah muda. Dia cantik.

"Apa kau lapar?"

"Gah?"

Filo memutar kepalanya ke samping dan terlihat bingung. Baguslah, jadi dia sudah nggak bisa tumbuh berkembang lagi.

Piki...

Ada suara aneh lagi. Dia berkembang begitu cepat hingga tubuhnya nggak bisa mengimbanginya.

Kami sarapan dan kemudian duduk untuk mendiskusikan rencana kami untuk hari ini.

Penduduk desa semuanya kayaknya sangat sibuk. Mereka sibuk melakukan perbaikan.

"Gahh..."

Ada sebuah kereta yang ditarik di jalan, dipenuhi dengan material untuk perbaikan. Filo menatapnya, tampak seperti menginginkannya...

"Kau mau menarik kereta itu?"

"Kayaknya begitu."

"Ada apa, Pahlawan?

Raphtalia dan aku sedang berbicara sambil menunjuk kereta itu saat seorang warga berhenti dan bertanya.

"Filolial punyaku menatap kereta itu, jadi aku bertanya-tanya apakah dia ingin menariknya atau semacamnya."

"Ya, para Filolial secara naluri memang seperti itu."

Warga itu mengangguk setuju dan menatap Filo.

"Semua orang sibuk dengan perbaikan, tapi kami masih butuh bantuan yang tersedia. Pahlawan, kalau kami menjanjikan untuk memberimu sebuah kereta, apa kau mau membantu?"

"Mmmm...."

Itu bukan ide yang buruk.dan kerena aku akhirnya punya seekor monster yang berguna, wajar saja untuk membuatnya bekerja. Kalau semuanya berjalan lancar, kami bisa menghemat waktu perjalanan kami.

"Apa yang kau butuhkan dari kami?"

"Mereka memotong kayu untuk membuat balok kayu di hutan. Apa menurutmu kau bisa membantu mengangkut kayu itu kembali ke desa?"

"Hutan...."

Kalau dipikir-pikir, aku belum mengunjungi hutan itu.

"Mungkin akan agak lama, apa nggak masalah?"

"Tentu."

Kami sedang berbicara tentang hal itu ketika aku melihat seseorang yang dikenali di luar desa. Mereka satu kelompok, dan bergerak kearah kami dengan menaiki sebuah kereta yang ditarik oleh seekor Knight Dragon.

Pemimpinnya mengenakan chainmail, dengan pelindung dada perak yang menyilaukan. Dia memegang sebuah tombak.

Itu benar. Itu adalah Motoyasu dan si Jalang. Mereka turun dari kereta.

"Hei! Semua warga, segera berkumpul."

Para penduduk desa yang sibuk segera meninggalkan pekerjaan mereka dan mulai berjalan mendekat pada para pengganggu itu.

Lalu si Jalang membuka selembar perkamen besar dan mulai berpidato didepan semua orang.

"Warga sekalian! Sebagai pengakuan atas kemenangannya yang megah dalam gelombang kehancuran yang sebelumnya, raja dari negeri ini telah memberi pria ini, Motoyasu Kitamura, jabatan gubernur atas wilayah ini."

Apa? Jabatan gubernur? Pada Motoyasu?

Seolah dia mendengar pikiranku, tiba-tiba Motoyasu berteriak.

"Yang mana itu artinya bahwa aku, sang Pahlawan Tombak, sekarang yang berkuasa disini. Aku telah diminta untuk mengawasi upaya rekonstruksi! Aku mengharapkan kerjasama kalian mulai dari sekarang! Pastikan kalian telah mengamankan dana yang tepat untuk proyek kalian sebelum membeli bahan-bahannya!"

"Apa?!"

Mayoritas warga desa menatap secara skeptis tentang pemimpin baru mereka.

Itu wajar saja. Selama gelombang, saat desa diserang, apa yang telah dilakukan oleh Pahlawan Tombak untuk mereka? Nggak ada! Dan sekarang dia disini mau jadi pemimpin baru mereka? Tentu saja mereka nggak akan menerima penunjukkan baru ini semudah itu.

Selain itu, diberi jabatan gubernur karena bertempur dalam pertempuran? Kenapa raja sampah itu begitu dekat dengan Motoyasu?

"Kau pasti salah. Aku gubernur disini."

Seorang pria didalam kerumunan itu mengangkat tangannya dan berbicara pada Motoyasu. Itu wajar juga. Kenapa juga seseorang begitu saja dilengserkan dan menerima penunjukkan baru yang sembarangan?

Mengingat itu adalah perintah resmi, jadi kurasa nggak banyak yang bisa mereka perbuat untuk membantah, tapi tetap saja-orang-orang tetap akan jengkel.

"Apa maksudmu? Apa kau menentang perintah dari rajamu?"

"Aku nggak bilang begitu, hanya saja itu tampak aneh bahwa..."

"Diam!"

Si Jalang itu pasti dia sedang menjalankan suatu rencana. Aku betul-betul ingin berjalan mendekat dan menampar dia keras-keras diwajahnya.

Tunggu sebentar.... Apa ini maksudnya desa ini menjadi milik Motoyasu sekaran? Sialan! Itu artinya aku harus pindah... lagi. Pemilik penginapan membiarkan kami tinggal secara gratis, jadi aku berharap untuk tetap menjadikan Riyute sebagai basis selama yang aku bisa.

"Ha! Apaan ini? Kenapa kau ada disini, Naofumi?"

Dia melihatku didalam kerumunan itu dan memanggilku.

"Basis kegiatanku ada disini."

"Huh? Maksudmu kau masih bekerja ditempat kayak gini? Astaga, kau memang selalu di belakang. Kau pasti mengerti kalau desa ini milik Motoyasu sekarang, dan dia nggak akan membiarkan para kriminal ada diwilayahnya. Pergilah dari sini."

Aku betul-betul pengen membungkam dia.

Jadi kurasa ini artinya si Jalang itu adalah orang yang berkuasa. Tapi apa yang dia inginkan? Yang bisa kubayangkan cuma...

"Perintah pertama: sekarang akan diadakan pungutan jalan untuk orang-orang yang keluar masuk desa. Jika tidak, kita tidak akan pernah bisa mendapatkan dana pemulihan yang cukup. Biaya masuk 50 silver dan biaya keluar 50 silver. Totalnya 1 gold."

"Tapi itu... Denhan pajak segitu kami nggak akan bisa bertahan hidup!"

"Oh, itu biaya segitu nggak seberapa."

Motoyasu jelas-jelas nggak paham seberapa berharganya uang bagi orang-orang ini.

1 gold... uang yang begitu banyak. Bagi orang-orang ini untuk hidup sederhana, mereka cuma butuh 20 bronze sehari. Kalau kau menginap di penginapan, dengan 1 silver kau akan mendapatkan sebuah kamar dan makanan enak.

Pajak baru itu setara dengan biaya hidup selama 100 hari. Siapa yang mampu membayar pajak segitu?

"Apa masalahnya? Apa semua orang keberatan dengan perintah kami?"

"Ya jelas lah."

Si Jalang itu melotot padaku saat aku berbicara.

"Elu baru aja ditunjuk jadi gubernur, terus elu muncul dan memasang pajak yang besar pada kunjungan pertama lu? Otak lu dimana..."

"Dia ada benarnya, Myne. Nggak bisakah kita menurunkannya ke tingkat dimana para warga bisa membayarnya?" Motoyasu menanyai Myne.

Saat Motoyasu bilang begitu, si Jalang itu berpaling kearahku sambil menunjukkan kemarahan yang besar dimatanya. Dengan cepat, kemarahan itu lenyap, dan dia berkedip-kedip pada Motoyasu.

"Kalau kita nggak mempelajari kegigihan yang datang bersama rasa sakit kita, desanya nggak akan pernah pulih dari bencana ini. Gubernur sebelumnya mungkin menganggap dirinya dibebaskan dari wewenang raja."

"Berani-beraninya kau!" Si gubernur berteriak marah.

Para penduduk desa lainnya juga berteriak.

"Itu nggak adil!"

"Kau mau apa dari kami?!"

"....Apa kalian tau apa akibatnya memberontak terhadap raja? Mungkin kami harus memberitahu kalian."

Si Jalang mengangkat tangannya, dan para knight mendekat ke desa, menunggangi naga-naga mereka.

Apa mereka berencana memulai pertarungan? Dasar orang-orang geblek yang gak punya otak!

Motoyasu menatap mereka dengan gelisah, seolah dia nggak suka bahwa dia dipaksa untuk bertindak sampai sejauh ini. Tapi dia adalah penjahat yang sebenarnya disini.

"Nah! Sekarang kalau kalian nggak..."

Lalu Myne tiba-tiba dikelilingi oleh sekelompok orang berpakaian hitam, seperti sekelompok ninja.

"Hei..."

"Nona Myne, ya? Tentunya kau sudah diberitahu mengenai kedatangan kami. Kami membawa sebuah pesan untukmu."

"Apa itu?"

Salah satu dari para ninja itu melangkah maju dan menyerahkan sebuah perkamen yang digulung.

Apa mereka adalah para pembunuh? Kurasa hal semacam itu ada di dunia ini juga.

Si Jalang berdiri diam terlihat jengkel saat dia membaca perkamen itu. Lalu dia pucat pasi.

Apa itu? Apa yang tertulis di perkamen itu?

"Siapa sebenarnya kalian?"

"Kami diutus oleh seseorang tertentu. Kami punya alasan untuk mempercayai orang yang lamor bicarakan, yang mana kau sudah tau siapa dia."

"Tapi aku...."

Jawab mereka. Ini bukan saatnya untuk berpura-pura bodoh! Aku hampir berteriak pada dia saat....

"Ini adalah sebuah pertarungan!"

Si Jalang itu berseru penuh wewenang.

"Apa?"

Apaan sih yang dia bicarakan? Pertarungan apaan? Dengan siapa? Motoyasu kayaknya juga nggak tau apa yang sedang terjadi.

"Kalian harus melawan naga kami untuk menentukan penguasa wilayah ini."

"Apa-apaan itu?"

Aku nggak tau apa yang tertulis pada perkamen itu, tapi nggak mungkin itu adalah sesuatu yang sebodoh itu.

"Kalau kalian menolak, kami nggak akan melempaskan kuasa atas wilayah ini!"

Setelah Myne berteriak, para ninja mulai saling berbisik diantara mereka sendiri. Sepertinya mereka sedang membicarakan tantang apa yang harus dilakukan setelah penguasa baru ditunjuk.

"Baiklah kalau begitu, kami akan menggunakan monster paling cepat di desa ini."

"Tidak."

Myne menunjuk kearahku. Aku sedang memegang tali kekang Filo ditanganku, dan jari si Jalang berpindah menunjuk Filo.

"Pahlawan Perisai yang akan balapan mewakili kalian."

"Tapi...."

Apaan maksudnya menunjukku? Aku bahkan bukan dari desa ini.

Si gubernur melihat kearahku dan tersenyum.

"Pahlawan Perisai, maukah anda mengulurkan bantuan? Dari apa yang saya lihat kemarin, Filolial milik anda sangat cepat larinya."

"Nggak mungkin!"

Kenapa aku harus terlibat dalam semua ini?

"Kalau anda menang, kami bisa menjanjikan kompensasi untuk anda."

"Dan kalau aku kalah?"

"Kami tidak akan berbuat apa-apa pada anda... Selain itu, Filolial milik anda sepertinya dia ingin balapan, kan?"

Filo menatap para naga dan menatap mereka satu persatu dengan cepat. Aku harus memegang talinya erat-erat. Dia kelihatan seperti dia akan meluncur secara tiba-tiba untuk menyerang Motoyasu dan kroco-kroconya setiap saat.

"Mengingat permusuhan yang sejak lama ada diantara para naga dan para Filolial, sepertinya wakarr saja bahwa burung itu siap untuk menantang mereka. Harusnya itu adalah pertandingan yang bagus."

Yang betul saja... meski kurasa aku nggak akan kehilangan apa-apa kalau kami kalah.

"Gimana menurutmu, Tuan Naofumi?"

"Hm...."

Yah, tentunya aku nggak mau berkeliaran di wilayah milik Motoyasu, dan aku merasa seperti akan sayang sekali untuk meninggalkan desa setelah aku mendapatkan perlakuan baik dengan para warganya. Dan aku juga mulai memahami area sekitarnya juga. Aku harus menang kalau aku mau tetap berada disini.

"Baiklah kalau gitu, ayo balapan."

Aku menaiki punggung Filo dan mengatur posisi. Lalu aku menoleh pada Motoyasu.

"Ahahaha! Lihatlah pria yang menunggangi ayamnya itu! Bwahahaha!"

Kroco-kroconya memegang perut mereka dan tertawa keras-keras.

Aku nggak tau apa yang mereka anggap lucu, tapi aku nggak tahan ditertawakan. Aku merasa darahku mulai mendidih.

"Apaan yang lu ketawain, Motoyasu?"

"Ha! Maksudku, kurasa itu lucu bahwa kau berjalan-jalan sambil membawa hewan itu. Dan sekarang, sekarang kau bilang kau akan balapan sambil menungganginya! Ahahahaha!"

"Apaan yang lucu?"

Apa aku salah menungganginya? Apa yang mereka pikirkan yang kulakukan dengan seekor Filolial kalau bukan menungganginya?

"Ha! Kau kayak orang bego! Yang pertama, naga jauh lebih keren daripada burung. Yang kedua, lihatlah burung itu! Bulunya berwarna merah muda bercampur putih-sudah jelas kau membeli seekor burung murahan!"

"Aku nggak tau warna apa bagusnya yang ada di pikiran lu..."

Aku masih nggak paham dimana lucunya.

Aku mencoba mencari tau saat Motoyasu berjalan mendekati Filo, menunjuk dan menertawakan Filo sepanjang waktu.

"Gahhh!"

Filo mundur dan menendang dia keras-keras di selangkangannya.

Aku melihatnya. Aku melihat wajah tertawanya tiba-tiba berubah menjadi ekspresi kesakitan.

Tubuhnya berputar-putar, dan dia terpelanting kebelakang karena kekuatan tendangan itu.

"Ugh....!"

Aku belum pernah sesenang ini seumur hidupku. Aku belum pernah merasa kegembiraan mendekat.

Kegembiraan datang saat kau nggak menduganya.

"Kyaaaaaah! Oh, Tuan Motoyasu!"

Ahaha.... tendangan itu pasti telah menghancurkan anunya.

Lega rasanya. Satu tendangan itu telah membayar lunas semua uang yang sudah kuhabiskan pada Filo sampai sejauh ini. Itu baru monsterku. Dia membalaskan dendam untukku. Filo, akan kuberi kau makanan enak malam ini-aku janji.

"Gaaah!"

"Pengecut! Berani-beraninya kau menyerang Tuan Motoyasu!"

"Balapannya belum dimulai, selain itu, kalau elu berjalan mendekat pada seekor monster dan menertawai mereka, kita-kira apa yang akan elu dapat?"

"Ugh... Bangsat."

Motoyasu berdiri terhuyung-huyung. Tangannya memegang selangkangannya. Keringat mengucur diwajahnya membuat rasa sakitnya terlihat jelas.

Aku mengarahkan tanganku pada kepala Filo. "Jadi, apa kita akan memulai balapan ini?"

"Tentu saja!"

Kami nggak yakin dia nggak mencoba berbuat licik, tapi yang bisa kami lakukan cuma berusaha terus berdiri dan mengatasinya.

Si Jalang melepas seekor naga dari kerangkeng, dan Motoyasu menaiki punggung naga itu.

"Balapannya terdiri dari tiga putaran mengelilingi desa!"

Para warga berlarian untuk menggambar garis dengan tanah, memberi batas lintasannya.

"Semoga beruntung Tuan Naofumi. Dan kamu Filo, jaga Tuan Naofumi, ngerti?"

"Tentu."

"Gah!"

"Aku akan menang, aku janji!"

Sang gubernur berdiri didepan kami berdua dan mengangkat tangannya ke udara. Saat dia menurunkan tangannya, balapannya dimulai.

"Siap.... Mulai!"

Tangannya turun, dan kami langsung meluncur!

Start kami cukup bagus.

Filo berlari dengan kecepatan bagus dan stabil, iramanya stabil dan ritmenya bagus.

Hm? Kalau kami membandingkan kecepatan kami dengan kecepatan Motoyasu, kayaknya Filo lebih cepat.

Sepertinya ini akan jadi kemenangan mudah. Kami memimpin didepan cukup jauh hingga aku berani melihat kebelakang.

"Ada apa denganmu! Larilah lebih cepat!"

Motoyasu mati-matian meneriakan perintah pada naga miliknya. Naga itu nggak mau kalah sama Filo, dia mengerahkan lebih banyak upaya dan mulai berlari lebih cepat. Meski begitu, naga ini nggak bisa menyusul.

Spesifikasi Filo pasti lebih tinggi.

Itu seperti motor melawan sepeda bermesin. Tentunya, dalam kasus ini Filo adalah motornya sedangkan Motoyasu adalah sepeda bermesin. Segitulah perbedaan kecepatan kami.

"Gaaah!"

Filo berteriak gembira, seolah untuk menunjukkan seberapa percaya dirinya kami karena memimpin didepan. Itu seperti mengendarai motor. Kami melesat, dan pemandangan desa berlalu dengan cepat, cuma terlihat garis-garis warna saja disamping kanan dan kiriku. Kami menyelesaikan putaran pertama, dan kami kami memimpin beberapa meter didepan.

"Sialan!"

Si Jalang itu mengutuk kami dalam frustasi.

Ahaha. Mudah sekali- dan terasa nikmat.

Para penduduk berkumpul di sekitar lintasan dan melihat kami saat hal itu terjadi.

"Aku adalah sumber dari segala kekuatan, dengarkan kata-kataku dan pahamilah. Aku memerintahkan sebuah lubang muncul didepanku, EARTH HOLE!"

Aku memperhatikan untuk memastikan bahwa para knight istana nggak masuk kedalam lubang itu, lalu sebuah lubang terbuka tepat didepanku.

"Pengecut!"

Para knight memalingkan wajah mereka, sepertinya nggak sadar dengan apa yang diperbuat.

Kaki Filo terperosok kedalam lubang itu.

"Gah?!"

"Inilah kesempatanku!"

"Kesempatan apanya?! Bangsat!"

Motoyasu mengabaikan protesky, dan dia memacu naganya.

Tapi..

"Aku adalah sumber dari segala kekuatan, dengarkan kata-kataku dan pahamilah. Aku meminta kecepatannya meningkat. FAST SPEED!"

Jadi seseorang mengeluarkan sihir pendukung pada Motoyasu. Dan siapapun yang melakukannya juga menyebabkan Filo terjebak dalam lubang sihir tersembunyi milik mereka! Apa-apaan orang-orang di negeri ini?!

"Filo, kita nggak boleh kalah pada orang-orang kayak mereka ini. Maju!"

"Gaaaaah!"

Filo kembali berdiri dan dia berteriak, seolah mengatakan sekarang dia mulai serius. Dia berlari, lebih cepat daripada yang sebelumnya.

Nggak lama setelahnya, kami berlari sejajar dengan Motoyasu lagi.

"Apa?!"

Jangan kira kami akan kalah, dan membiarkan cara curangnya menang!

Filo berlari seolah dia tau apa yang kurasakan. Meskipun Motoyasu sudah diberi sihir percepatan, kami masih bisa memperlebar jarak diantara kami saat putaran kedua berakhir.

Kami melihat para penduduk desa lagi, dan aku dengan marah mengarahkan jariku pada Motoyasu. Berhati-hati agar mereka semua bisa melihat sinyalku.

Para penduduk desa mengamati dengan cermat apa yang telah berubah.

"Aku adalah sumber dari segala kekuatan, dengarkan kata-kataku dan pahamilah. Perlambat kecepatannya! FAST SPEED DOWN!"

"Gah?"

Filo tiba-tiba melambat.

"Apa-apaan yang lu lakuin?!"

Para knight yang berkumpul semuanya memalingkan wajah, seolah mereka nggak tau apa yang kukatakan.

Motoyasu menyusul kami lalu melewati kami.

Tentunya dia harusnya sudah tau bahwa orang-orang akan menyadarinya. Sampai seberapa pengecutnya kah si bangsat ini?!

Sialan... Kalau terus begini, kami akan kalah. Aku nggak tahan lagi. Pasti ada sesuatu yang bisa kami lakukan!

"Gaaaah!"

Filo pasti marah juga. Dia berteriak untuk melampiaskan ketidakpuasannya sebelum secara dramatis membuka sayapnya dan merunduk kedepan.

Dia berlari semakin kencang, tapi semakin sulit untuk mengendalikan dia.

Saat kami sampai dibelokan, dia sampai keluar garis.

Tapi aku mengetahui sesuatu tentang balapan dari game. Dalam game balapan motor, kau bisa miring ke samping untuk membuat motornya berbelok lebih cepat. Kurasa aku harus mencobanya!

Kami sampai di tikungan, dan aku memindahkan berat badanku untuk membantu Filo menjaga keseimbangan, aku miring ke arah tikungan. Itu pasti terlihat aku seperti menggantung di perut Filo.

Tapi itu berhasil. Filo bisa berbelok tanpa menurunkan kecepatannya.

Ya! Kami memulai putaran ketiga dan kami telah menyusul Motoyasu sekali lagi.

Yang perlu kami lakukan sekarang adalah berlari ke garis finish.

Para penduduk berkumpul disekitar para knight dan memperhatikan mereka dengan cermat untuk mengawasi agar nggak ada gangguan lebih jauh lagi. Itu harusnya bisa memastikan kemenangan kami.... Namun kemudian para knight menghunus pedang mereka dan para penduduk berhamburan.

Semuanya kacau. Aku bisa melihat seseorang diantara para knight mulai merapal mantra lagi.

Kalau memang begitu cara main mereka, aku punya trikku sendiri.

"Air Strike Shield!"

Mereka mengeluarkan lubang lain di lintasan, tapi aku memanggil perisaiku untuk menutupinya.

"Maju Filo! Ayo tunjukan pada orang-orang bangsat ini seberapa cepat kita bisa lari!"

"Gaaaaah!"

Ya! Kemenangan adalah milik kita. Tapi di jalan kami menuju kemenangan....

"Filo!"

"Gah!"

Aku melihat knight yang mengeluarkan sihir itu... Aku menatap dia.

"Aku... Um..."

Dari tempat dia berdiri, aku pasti tampak seperti penguasa agung dari akhir abad. Filo bergerak kearah si knight yang curang itu, mengangkat kakinya dan menendang dia. Orang tolol itu pingsan ditempat.

"Gah!!"

Filo mengeluarkan teriakan kemenangan, dan kami melewati garis finish, dan menang.

* * * * *

"Aku... Aku kalah..."

"Ini nggak adil! Dia curang! Aku meminta pertandingan ulang!" Teriak si Jalang.

"Curang? Siapa yang lu bicarain? Siapa yang merapal mantra?"

Aku menunjuk pada knight yang tak sadarkan diri.

"Apa maksudmu?"

"Dia mengeluarkan segala macam sihir untuk memgganggu kami! Itu curang!"

"Tunggu... Apa betul begitu?"

Kata Motoyasu, bertindak seolah dia nggak mengetahuinya.

Dikira aku lupa bahwa dia berteriak, "Sekarang adalah kesempatanku!"

"Aku nggak tau apa-apa tentang itu. Meskipun dia melakukan kecurangan, apa hubungannya dengan kami? Kami meminta keadilan!"

Jadi si Jalang itu menginginkan keadilan saat dia kalah? Ha! Yang betul saja.

"Bagiku tidak terlihat seperti itu."

Semua warga mengangguk setuju pada perkataan gubernur.

"Seperti yang dikatakan Pahlawan Perisai, ada tanda-tanda yang ditinggalkan oleh mantra sihir. Kami mendekati para knight, agar buktinya tetap ada."

Itu benar. Kami menendang knight itu agar dia nggak bisa mengelak atas apa yang dia perbuat. Para warga sekarang mengelilingi dia. Kalau kami mendatangi lubang besar yang masih ada di lintasan balapan, siapapun akan tau, sudah jelas siapa yang harus disalahkan.

"Pahlawan Perisai melakukan itu untuk membuat kami terlihat buruk!"

"Tidak, dia tidak melakukannya."

Apa? Nyonya dari toko sihir muncul dari kerumunan warga. Oh ya, dia bilang dia punya cucu disini.

"Sang Pahlawan Perisai hanya bisa menggunakan sihir pendukung dan sihir pemulihan. Gadis yang bersama dia hanya bisa menggunakan sihir cahaya dan sihir kegelapan, oleh karena itu tidak satupun dari mereka yang bisa membuat lubang-lubang ini ditanah."

"Oh bagus! Nyonya dari toko sihir menganggap dirinya tau segalanya!"

Saat si Jalang berteriak, para ninja muncul lagi untuk mengelilingi dia.

"Sudah jelas bahwa Pahlawan Tombak telah menerima dukungan yang tidak adil. Tolong ikut bersama kami."

Motoyasu berbicara kalem, dan berusaha menenangkan si Jalang itu, "Kami kalah dalam balapan ini, oleh karena itu, seperti yang dijanjikan, kami melepaskan hak kuasa atas desa ini."

"Betul. Jadi minggat jauh-jauh sono."

"Aku nggak akan kalah lain kali."

"Lu selalu kalah. Pengecut."

"Aku bukan seorang pengecut!"

"Pahlawan Tombak, ini bukan waktunya untuk berkelahi. Anda juga, Pahlawan Perisai."

Para ninja memperingatkan gengnya Motoyasu, dan mereka semua pergi bersama-sama.

Mereka meninggalkan naganya.

"Kita nggak butuh seekor naga yang kalah pada si Perisai. Tinggalkan naga itu."

"Kyuuuuuu." Naga itu mengeluarkan teriakan menyedihkan, dan ditinggalkan.

Naga yang malang. Padahal dia nggak melakukan sesuatu yang salah.

Sekelompok warga berjalan mendekat dan menepuk kepala naga itu sebelum memegang talinya.

"Kita pelihara dia di desa."

"Ide bagus."

Naga itu berjalan disebelah para warga, kepalanya tertunduk.

* * * * *

"Aku menang, jadi mana hadiahku."

"Tuan Naofumi... Begitu saja?"

"Desa ini berhutang banyak pada anda, Pahlawan Perisai. Kalau mereka memasang pajak seperti yang mereka bicarakan, itu akan jadi akhir dari desa kami. Meski demikian, bisakah anda menunggu beberapa hari lagi? Dengan begitu, kami bisa memberi anda dana juga."

"Bukankah kalian butuh uang untuk perbaikan?"

"Seperti yang anda bilang."

"Apa gunanya mengambil dana perbaikan kalian cuma buat membayarku? Itu bukanlah hal yang bagus. Aku menghargai tawarannya, tapi nggak terimakasih. Aku menolaknya."

Hal terakhir yang kuinginkan adalah melunasi hutang budi pada siapapun. Selain itu, hal itu nggak akan membantu membersihkan reputasiku. Semua orang akan berpikir aku memeras uang dari desa.

"Kalau begitu kami akan memberi anda sesuatu yang sangat bagus sebagai gantinya. Katakanlah, Pahlawan, apa anda tertarik dalam perdagangan keliling?"

"Perdagangan keliling?"

"Ya, seperti ketika anda berkunjung dari desa ke desa, kota ke kota, dan menjual barang-batang. Sepertinya itu akan membantu anda dengan menjual material dan obat-obatan. Jika anda tertarik, kami bisa membantu anda dalam hal seperti itu."

"Huh."

Apa yang mereka maksudkan itu semacam pedagang keliling? Dengan kata lain, bukannya menjual ke toko obat, aku akan menjualnya secara langsung pada pelanggan....

Aku harus mempertimbangkannya. Sampai sekarang, aku cuma berfokus pada memproduksi saja, tapi kalau aku melakukan seperti apa yang mereka sarankan, aku akan bisa menjual barang-barangnya juga. Harusnya itu memberiku keuntungan yang bagus.

"Selain itu, Pahlawan, kebetulan anda juga punya seekor Filolial. Itu akan membuat perjalanan anda dari tempat ke tempat dengan cukup mudah dan cepat. Jika anda menggunakan sebuah kereta, maka bisnis anda akan jauh lebih mudah. Jika anda mau, kami bisa menyediakan surat ijin komersial."

"Surat ijin komersial?"

"Ya. Biasanya, para pedagang keliling harus menemui penguasa lokal saat mereka pertama kali memasuki sebuah desa atau kota dan membayar dia sejumlah uang untuk melakukan bisnis disana. Akan tetapi, jika anda menujukkan surat ijin komersial yang bertandakan stempel milik saya pada mereka, maka anda seharusnya tidak perlu membayar biaya itu. Saya rasa anda akan menganggapnya cukup berguna."

Coba kupikir dulu. Kota pertanian ini sangat dekat dengan Kerajaan Melromarc, dan berlokasi cukup dekat dengan rute perdagangan. Menjadi penguasa di tempat kayak gini pasti memiliki otoritas dan martabat yang cukup tinggi. Para warga sadar bahwa desa mereka selamat saat terjadi gelombang berkat upayaku. Mereka pasti juga telah mendengar tentang reputasiku yang merepotkan, dan segala sesuatu yang diperbuat raja itu padaku, menggunakan segala metode yang bisa dia pikirkan untuk menekan kebebasanku. Mereka juga tau bahwa reputasiku akan membuat bisnis semakin sulit sulit bagiku, dan oleh karena itu mereka menawarkan kerjasama.

"Saya yakin itu akan membantu anda melakukan bisnis terlepas dari reputasi buruk anda. Kami akan menghilangkan hambatan pada jalan anda, dan kami pikir ini akan membuat kehidupan anda lebih mudah."

Mereka menerimaku dan menujukkan kebaikan. Aku merasa betul-betul bersyukur.

"Makasih, aku menerima tawaran baikmu."

Sejujurnya, itu adalah kompensasi yang sangat bagus, dan itu akan mempermudah mendapatkan uang. Mereka bahkan menawarkan untuk membuatkan sebuah kereta untuk Filo.

Bagus... sebentar lagi aku punya kereta sendiri.

"Yah, mari kita kembali mengerjakan pekerjaan rekonstruksi."

"Ya."

Para warga mengangguk menyetujui Raphtalia. Kami kembali mengerjakan proyek kami masing-masing.

"Gah!"

Filo bergembira, senang karena punya kereta sendiri.

"Bagus. Ayo ke hutan!"

"Baik!"

"Gah!"

Aku menunjuk kearah yang ingin kutuju, dan Filo berteriak gembira dan mulai menarik kereta.

Rattle.... Rattle....

Ahh... Sungguh damai, sungguh menyenangkan.

Rattle, rattle, rattle! Clatter, clatter!

Filo mulai menariknya semakin dan semakin cepat, dan segera setelahnya kami memyusuri jalan.

"Kau terlalu cepat! Pelan dikit!"

"Aku mulai merasa pusing...."

Raphtalia berbaring di kereta, tiba-tiba sakit. Kurasa dia mabuk kendaraan.

"Apa kamu baik-baik aja?"

"Ya... tapi... tolong jangan buat keretanya terlalu banyak goyang."

"Kurasa kamu mabuk kendaraan, huh?"

"Kurasa begitu. Apa kamu baik-baik aja, Tuan Naofumi?"

"Aku belum pernah mabuk kendaraan."

Bukan cuma alkohol yang nggak berpengaruh padaku. Aku belum pernah mabuk laut maupun mabuk darat.

Saat aku masih SD, kami naik bus saat berlibur. Aku membaca manga dan novel ringan yang kubawa saat orang disampingku mulai mengeluh bahwa mereka merasa mual, dan kami harus bertukar kursi. Dan juga, aku ingat bahwa setiap kali kami pergi mengunjungi kerabat jauhku, kami harus naik perahu. Semua orang di keluargaku mabuk laut, tapi aku tidak. Aku ingat aku bermain game di HPku sepanjang waktu.

"Kami akan membuat kami nyaman. Filo dan aku akan memastikan kita sampai ke tempat tujuan."

"Makasih. Aku terima tawaran itu...."

"Gaaaaah!"

"Bisakah kau agak pelan dikit?"

Filo terus lari, bergembira, seolah dia sama sekali nggak bisa mendengar Raphtalia.

* * * * *

Setelah itu, Raphtalia terkapar disamping jalan. Saat kami sampai di hutan, dia berusaha semampunya untuk menekan rasa mualnya.

"Ugh... Ugh..."

Wajah pucat Raphtalia membuatku merasa bersalah. Mungkin aku harus lebih memperlambat keretanya.

"Maaf."

"Gah!"

Filo juga, tertunduk seolah merasa bersalah.

"Aku... Aku baik-baik saja."

"Kamu nggak kelihatan baik-baik aja. Ayo cari tempat untuk kamu istirahat."

"Halo yang disana, Pahlawan Perisai."

Ada sebuah rumah kecil di hutan, dan seorang warga yang kelihatan seperti seorang penebang pohon keluar dari rumah itu.

"Yo, warga memintaku untuk datang mengambil beberapa kayu."

"Um... Apa temanmu itu baik-baik saja?"

"....Kayaknya enggak. Aku ingin dia beristirahat dulu. Apa kau tau tempat yang bagus?"

"Ada kamar dirumahku dimana dia bisa beristirahat untuk sementara waktu."

Si penebang pohon mempersilahkan kami masuk ke rumahnya, dan aku membopong Raphtalia dipundakku untuk menopang dia berjalan. Setelah kami ada didalam, kami membaringkan dia di tempat tidur.

"Ayo cari monster yang cukup mudah untuk dihadapi Filo di area ini. Lalu kita akan berfokus menaikan kayunya ke kereta."

Raphtalia kayaknya cukup mudah mabuk kendaraan, jadi kami harus memperlambat kecepatan.

"Apa kau mau membantu menaikkan muatan ke kereta? Sebentar lagi kami kembali "

"Oke."

Aku melepaskan ikatan Filo dari kereta, dan dia menatap rumah itu, lalu menatapku.

"Ayo pergi!"

"Gah!"

Mengingat seberapa parah dia melukai Motoyasu, aku mengharapkan pertarungan yang mengesankan bersama dia.

Kami berjalan-jalan dihutan.

Setelah kami berada dibawah pepohonan selama beberapa saat, aku terkejut pada seberapa sedikit monster yang kami temui. Filo dan aku terus berjalan dihutan yang tenang ini.

Orang selalu mengatakan tentang seberapa damai dan tenangnya hutan, tapi aku nggak pernah mengerti apa yang mereka maksudkan sampai sekarang.

Itu mengingatkan aku, sejak aku datang ke dunia ini, aku nggak pernah mendapatkan kesempatan untuk berjalan-jalan dan menikmati pemandangan.

Aku merasa begitu damai sekarang. Itu pasti karena habis melihat wajah Motoyasu setelah dia menerima tendangan telak dari Filo.

Tidak, bukan itu.

Itu karena Raphtalia mempercayai aku.

Dan sekarang dia ada di rumah itu, sakit karena mabuk kendaraan.

Aku merasa... kesepian.

Berpikir kembali tentang semua itu, kami hanya bersama-sama selama dua atau tiga minggu. Namun itu sudah terasa seperti begitu alami bersama-sama. Dia masih anak-anak saat itu, dan aku merasa seperti sudah bersama dia dalam waktu yang lama karena dia sudah tumbuh menjadi wanita muda seperti sekarang ini.

Aku memutuskan untuk mencoba mengambil peran dari orangtuanya... tapi apa, tepatnya, apa yang harus kulakukan? Dan gelombang kehancuran terus datang.

Kami masih punya waktu sebulan sampai gelombang berikutnya tiba... namun...

"Kalau saja ada obat untuk menyembuhkan mabuk kendaraan..."

***

avataravatar
Next chapter