77 Chapter 4 Dewa Burung Legendaris

Si Tyrant Dragon Rex terbaring terpotong-potong bersimpuh darah, dan ada sesuatu yang bersinar diantara potongan-potongan itu. Itu seperti semacam ore yang berkilauan. Filolial Queen itu mengambilnya dan berbalik kearah kami.

"Maaf aku membuat kalian menunggu."

"..."

Kami semua terdiam gak bisa berkata apa-apa.

Bahkan Filo gak bisa menimbulkan damage pada monster besar itu, tapi Filolial Queen raksasa ini mengalahkannya dengan sangat mudah!

"Kau besar sekali...."

Mata Melty berkilauan saat dia menatap burung raksasa itu. Dia memang gampang sekali berganti suasana hati.

Setiap kali dia berbicara padaku dia hampir selalu histerik, tapi dia dia sopan saat berbicara pada orang lain, dan selalu memuji saat dia berbicara pada Filo atau Filolial lain.

"Kau pasti sang Pahlawan Perisai."

"Oh.... Ya."

Saat sesuatu seukuran bangunan berbicara padamu, kau akan menjawab sebaik mungkin.

Kalau kami adalah musuh, yah, aku yakin aku gak akan bisa mengalahkan dia dalam pertarungan... Aku nggak melihat adanya kemungkinan aku mengalahkannya.

Dan kalau Melty benar—kalau kami benar-benar dilingkupi sebuah medan kekuatan—maka kami nggak akan bisa kabur juga.

Aku bahkan berpikir mencoba kabur dengan menunggangi Filo, tapi kalau ini adalah seekor Filolial Queen, dia pastinya setidaknya secepat Filo. Mustahil untuk kabur.

"Apa kau perlu sesuatu dariku?"

"Aku punya banyak hal yang ingin kubicarakan denganmu. Tapi rasanya tidak sopan berbicara padamu seperti ini. Mohon tunggu sebentar."

Filolial Queen raksasa itu memejamkan matanya dan tampak berkonsentrasi. Saat dia melakukannya, dia mulai menyusut. Dan akhirnya sayap besarnya menutupi tubuhnya seluruhnya.

Saat dia membuka sayapnya lagi, ada seorang cewek muda berdiri disana, tingginya hampir sama dengan Filo, dengan sayap di punggungnya.

Rambutnya perak dengan garis-garis biru terang, dan dipotong dengan gaya bob[1].

Ada tiga rambut yang berdiri di kepalanya, seperti jambul.

Matanya merah, dan tatapannya mengandung suasana otoritas.

Wajahnya kecil dan tenang. Cukup cantik, sungguh.

Dia mengenakan gaun berwarna merah dan putih bergaya gothic.

"Ijinkan aku memperkenalkan diri. Aku Fitoria, ratu dari para Filolial."

Dia sedikit memiringkan kepala dan tersenyum, sebuah gerakan yang agak kekanak-kanakan berlawanan dengan suasana dari kekuasaan dan otoritas yang menyelimuti dia.

Sulit untuk mendeskripsikannya, tapi karena dia dalam wujud manusia, aku kayak mendapat kesan bahwa dia adalah seorang anak kecil yang berusaha bersikap seperti orang dewasa.

"Fitoria?! Tapi nama itu adalah nama dari Filolial dalam legenda!"

Melty terkejut.

"Benarkah?"

"Ya. Ada sebuah legenda yang mengatakan bahwa Fitoria dibesarkan oleh empat Pahlawan Legendaris dimasa lalu... saat mereka dipanggil selama gelombang kehancuran."

"Masa lalu... Yah, aku tidak tau berapa lama yang kau maksudkan, tapi dia mungkin nenek moyang?"

Kurasa aku ingat bahww, saat Motoyasu dan aku dipanggil, mereka mengatakan sesuatu tentang gelombang di jaman dahulu.

Kalau kami berbicara tentang sesuatu yang selama itu, maka dia nggak mungkin Filolial dari legenda itu, kan?

Itu pasti sebuah nama yang diwarisi oleh pemimpin Filolial saat ini.

Kalau tidak... seberapa tuanya gadis ini?

"Sejak awal namaku Fitoria, dan selalu Fitoria."

Fitoria memiringkan kepalanya kebingungan saat dia berbicara.

Dia sangat serius dan kuat, tapi terkadang dia menunjukkan gerakan-gerakan bego dari Filolial.

"Apa kau bilang bahwa kau telah hidup sejak jaman kuno?"

"Yup."

Dia mengatakannya dengan sangat meyakinkan. Aku menatap Filo, lalu kembali menatap Fitoria. Kurasa aku bisa mempercayainya.

Pikirkan saja seberapa cepatnya Filo tumbuh.

Kalau Filo jadi sebesar itu, kurasa kami nggak akan bisa memberi dia makan.

Sekarang saja kami sudah cukup kerepotan memberi dia makan. Aku gak mau dia lebih besar lagi. Kalau dia terlalu besar untuk diberi makan, maka kami mungkin harus berpisah.

Tapi kemudian aku teringat berapa banyak uang yang sudah aku investasikan pada Filo. Aku nggak bisa membiarkan uang itu sia-sia.

"Master, kau memikirkan hal aneh."

"Kau benar. Wajah yang dia tampilkan—itu artinya dia memikirkan sesuatu yang gak penting."

"Kau bisa membaca dia begitu baik. Aku gak tau."

"Kau akan mengetahuinya."

Bocah menjengkelkan. Aku berharap mereka berhenti mencoba mencari tau apa yang kupikirkan.

"Kau sedang berpikir bahwa kalau Filo jadi sebesar itu, kau akan meninggalkan dia."

"Boo!"

"Meninggalkan dia? Gimana bisa kau memikirkan hal seperti itu?! Padahal baru-beberapa menit yang lalu kau meminta dia untuk menjadi lebih besar!"

"Tenanglah. Gimana caranya kita memberi makan sesuatu yang sebesar itu?!"

"Tuan Naofumi.... Kurasa dia nggak akan jadi begitu besar dalam waktu semalam...."

"Memang, tapi coba pikirkan seberapa cepatnya dia tumbuh sampai ukuran sekarang. Kalau dia berkembang lagi, dia akan berakhir seperti itu!"

"....."

"Nona Raphtalia! Kenapa kamu tidak mengatakan apa-apa?"

Melty meraih tangan Raphtalia dan berteriak. Bagian menakutkannya adalah bahwa itu bisa betul-betul terjadi. Mungkin.

"Butuh waktu lama untuk tumbuh sampai ukuran itu, jadi jangan kuatir soal itu."

Fitoria tampak ragu-ragu untuk menyela, tapi dia mengangkat tangannya dan menjawab kekhawatiranku.

"Para Filolial normal punya rentang usia yang tetap beberapa dekade."

Yah, itu melegakan. Aku gak mau dia tumbuh secara tiba-tiba dan berubah menjadi sebesar gunung atau semacamnya.

Tapi kemudian aku menyadari bahwa perkataan Fitoria menyiratkan bahwa dia telah hidup jauh lebih lama.

"Nah sekarang, Pahlawan Perisai dan teman-temannya, bolehkah aku meminta kalian untuk memperkenalkan dir kalian?"

Yah... dia benar. Kalau dia sudah memberitahu namanya, maka sekarang adalah giliran kami.

"Aku Naofumi Iwatani. Iwatani adalah nama belakangku, dan Naofumi adalah nama depanku. Sepertinya kau sudah tau kalau aku Pahlawan Perisai."

"Yup."

Lalu Fitoria menatap Raphtalia.

"Namaku Raphtalia. Salam kenal."

"Salam kenal."

"Aku Filo!"

Filo nggak menunggu disuruh dan langsung memperkenalkan diri.

Fitoria menatap Filo sebentar lalu mengarahkan tatapannya pada Melty.

"Kita sudah bertemu sebelumnya, kan? Kau menyukai para Filolial. Kau melindungi aku saat itu. Terimakasih."

"Ya. Namaku Melty Melromarc."

"Baiklah. Aku akan memanggilmu Mel-tan."

Mel-tan? Dia gak punya selera yang bagus dalam memberi nama pendek.

Saat di duniaku sendiri, aku punya seorang teman yang biasa menambahkan "tan" pada semuanya. Itu membuatku teringat hal itu.

Sebagai seorang Otaku, aku mungkin berada dalam kategori sebagai orang yang melakukan itu....

"Meltan.... Senang bertemu denganmu."

Lihat tuh... Bahkan Melty menampilkan wajah aneh saat dia mendengarnya.

"Boo."

Filo melangkah maju. Itu hampir tampak seperti dia berusaha melindungi Melty dari Fitoria.

Apa dia cemburu? Dia seperti seorang teman pencemburu yang marah bahwa teman mereka berbicara pada orang lain.

Aku membayangkan Fitoria mengatakan sesuatu seperti, " Filo, perilaku seperti itu tidak akan mendapatkan simpati dari teman."

Apa aku terlalu memikirkannya? Itu mengingatkan aku pada adegan yang membawa perasaan trauma dari sebuah game yang pernah kumainkan.

Kalau kami semua terdiam, percakapannya akan mengarah ke arah yang aneh. Aku memutuskan untuk segera melanjutkan topik.

"Jadi? Tentu saja aku sangat berterimakasih padaku karena mengalahkan monster besar, Tyrant Dragon Rex, untuk kami.... tapi... apa yang bisa kami lakukan untukmu sekarang?"

"Aku akan menjelaskan semua rinciannya, tapi ini bukanlah tempat yang bagus untuk berbicara. Aku akan menunjukkan tempat yang bagus untuk berbicara, jadi ikutilah aku."

Fitoria menunjuk pada keretanya. Apa dia mau kami menaikinya seraya dia membawa kami ke suatu tempat?"

"Pertama-tama, kita harus...."

"Harus apa?"

Fitoria memiringkan kepalanya lagi.

Aku menatap mayat Tyrant Dragon Rex.

Sebagai tanggapan, Fitoria mengerutkan alisnya.

"Aku lebih senang para Pahlawan tidak menggunakan hal-hal dari para naga untuk meningkatkan senjata mereka."

Oh betul juga, para Filolial dan naga gak pernah akur. Sepertinya Ratu dari para Filolial ini memiliki cara pikir yang sama tentang mereka.

Tapi itu gak ada hubungannya denganku. Aku harus melakukan apapun yang aku bisa untuk menjadi lebih kuat.

Terutama mempertimbangkan seberapa kuatnya Tyrant Dragon Rex itu... Aku gak bisa mengabaikan meterial-material semacam itu.

"Bodo amat."

"Baiklah kalau begitu. Aku akan menyuruh anak buahku membawanya. Silahkan naik ke kereta."

"Apa kau akan membawa organ-organnya juga? Para Filolial terkadang gak bisa mengendalikan nafsu makan mereka, dan aku butuh lebih banyak organ daripada tulang."

"Seperti yang kau inginkan."

"Makasih."

"Naofumi, kau serakah amat."

"Bodo amat."

Aku berjalan ke Tyant Dragon Rex yang sudah tercincang dan membiarkan perisaiku menyerap berbagai bagian dari tubuhnya.

Aku membiarkan perisaiku menyerap daging, tulang, sisik, tanduk, taring dan organnya. Itu membuka perisai baru.

....atau begitulah yang kukira. Sepertinya aku gak bisa sepenuhnya membuka perisai itu tanpa mencapai level yang lebih tinggi.

Dibandingkan dengan kekuatan kami, Tyrant Dragon Rex memiliki kekuatan yang jauh lebih besar, jadi kurasa itu wajar saja. Lagian, levelku masih belum cukup tinggi untuk membuka perisai yang kudapatkan setelah mengalahkan Zombie Dragon.

"Apa kalian sudah siap?"

Fitoria bertanya dengan tenang.

"Tentu...."

"Baiklah. Dan namamu Filo, kan? Bisakah kau berubah menjadi manusia dan naik bersama mereka?"

"Bisa... tapi aku lebih suka menarik kereta."

"Ini keretaku, jadi kau tidak boleh menariknya."

Aku gak tau apakah dia betul-betul gak mengijinkan orang lain menariknya, atau apakah dia secara kekanak-kanakan melarang Filo.

Mungkin dia betul-betul sama seperti Filo, tapi berpura-pura betul-betul penting.

"Um...."

"Filo... jangan egois. Hormati apa yang dikatakan Fitoria."

"Baik!"

Filo menjadi tenang dan berubah ke wujud manusianya.

Ada apa dengan mereka? Terserahlah. Kami semua naik ke kereta yang sangat megah milik Fitoria.

Bagian dalamnya lebih luas daripada yang kuduga. Tapi... kurasa kami akan memulai perjalanan dengan kereta.

Kami dikelilingi oleh kawanan besar Filolial. Kalau kami gak berhati-hati, kami akan segera ditemukan.

Kurasa Fitoria sudah memasang medan kekuatan pada kami, jadi itu akan menjauhkan orang. Kalau Motoyasu menyadari bahwa aku berada dalam kereta, dia akan mengejar kami—itu sudah gak diragukan lagi.

"Portal...."

Fitoria berjalan ke depan kereta dan mengambil tali kendalinya sebelum meneriakan sesuatu.

Saat dia berteriak, pemandangan disekitar kami langsung berubah.

"Apa?"

"Huh?!"

"Ap...Apa yang terjadi?!"

"W...Wow...."

Apa-apaan itu? Cewek ini betul-betul memiliki kekuatan yang mengesankan.

"Apa kita bergerak?"

Game-game sering menyediakan sebuah bentuk transportasi magis pada playernya yang akan mengijinkan mereka untuk teleport ke tempat-tempat yang sudah pernah dikunjungi.

Kebanyakan game-game terkenal punya fitur itu... Kurasa fitur itu merupakan bagian dari dunia ini juga.

Namun... Kalau aku belum pernah mendengarnya, maka itu pasti cukup langka.

Filolial Legendaris... Ya, mungkin dia punya alasan untuk mengklaim gelar itu.

"Kami harusnya bisa berbicara dengan aman disini."

Kami turun dari kereta dan melihat sekeliling. Sekeliling gelap, yang mana susah untuk melihat, tapi tampaknya kami berada dihutan.

Apa itu semacam desa didalam hutan? Tidak.... Reruntuhan?

Sepertinya itu adalah sebuah istana yang hancur.

Ada bebatuan berserakan dan terkubur tanah, disana sini bebatuan dari rumah-rumah terlihat dari suasana yang remang-remang. Tanaman telah tumbuh lebih tinggi dari segalanya, dan ukuran serta jangkauan akarnya mengisyaratkan bahwa tanaman ini sudah tumbuh disini cukup lama.

Lebih jauh lagi, tempat ini sudah jadi hutan.

Ada kabut putih yang tebal menyelimuti semuanya, yang mana membatasi seberapa jauh kami bisa melihat. Tanaman merambat dan semak-semak menutupi semuanya, sejauh yang bisa kulihat. Aku gak bisa memahaminya.

"Dimana kita?"

"Ini adalah negeri yang para Pahlawan pendahulu lindungi, atau reruntuhannya lebih tepatnya. Itulah yang mereka katakan."

"Itu sebuah jawaban yang samar."

"Yah, tempat ini memang seperti ini sejak sebelum aku lahir. Aku berusaha untuk melindunginya."

"Apa kau tinggal disini, Fitoria?"

Mata Melty berkilauan lagi.

"Hampir benar. Rumah asliku... yah... aku tidak membawa orang kesana."

"Huh...."

"Mungkin di hutan."

"Yup."

"Ini tua sekaliiiiiiiiiiiiiiiiiii!"

"Kau betul-betul bisa merasakan sejarahnya."

"Katakan padaku apa yang sebenarnya kau rasakan."

Mengatakan ini tua, atau aku bisa merasakan sejarah di sini... Filo dan Raphtalia sepertinya betul-betul berbagi pengalaman. Adapun untukku, kabutnya begitu tebal hingga aku gak betul-betul tau.

Gimanapun juga dia gak betul-betul "memandu" kami kesini. Dia cuma mentransport kami. Enak sekali. Gimana caranya kami kembali?

"Hei, karena kau mentransport kami kesini, aku bertanya-tanya apakah kau bisa menteleport kami ke suatu tempat yang spesifik saat tiba waktunya untuk pergi."

Kalau beruntung kami bisa lepas dari kejaran Motoyasu. Atau bahkan lebih baik lagi, kami bisa menemukan tempat yang aman di kerajaan demi-human tanpa perlu mengandalkan ibunya Melty.

"Kau baru saja sampai disini, dan kau bertanya tentang bagaimana caranya pergi?"

"Ini gak kelihatan seperti semacam tempat yang harus kami datangi."

"Apa?!"

Melty berteriak kecewa.

Apaan itu? Apa dia segitunya ingin bersama para Filolial?

"Untuk saat ini, beristirahatlah dulu."

Fitoria mengangkat tangannya, dan seekor Filolial muncul dari kabur menarik sebuah kereta yang berisikan kayu bakar. Dia melemparnya ke api, membuat api unggun yang besar.

Itu ide bagus, dan kami mungkin nggak perlu kuatir tentang menarik perhatian musuh.

Hutan ini nggak tampak dihuni oleh apapun yang lebih ganas dari seekor Filolial.

Karena para Filolial telah mengundang kami kesini dan meminta kami untuk beristirahat, kayaknya gak ada yang perlu dikuatirkan.

Sekarang juga sudah malam. Kami mungkin harus berbicara sambil beristirahat.

"Baiklah. Sudah pasti lebih baik beristirahat disini daripada ditempat kami berada sebelumnya. Semuanya mari istirahat."

"Okeeeeeee!"

"Ini adalah hari yang sulit dan panjang."

"Ya, memang... Kuharap Keel dan yang lainnya baik-baik saja."

"Mengkhawatirkan hal itu gak akan membantu mereka. Kalau kita mencoba kembali ke kota itu, mereka pasti akan menangkap kita."

"Ya....."

Kami duduk didepan api unggun dan bersantai.

Kami punya banyak daging Tyrant Dragon Rex, dan aku mulai memasaknya untuk makan malam. Beruntungnya, sumurnya masih penuh dengan air. Aku memeriksanya untuk memastikan air itu aman lalu memutuskan untuk membuat semur daging.

"Kita makan dulu untuk mengisi perut."

Aku berkata pada Raphtalia dan yang lainnya saat aku memasak.

"..."

Filo ngemut jari dan menatap rakus pada panci yang mendidih. Memang jumlah mereka sudah lebih sedikit karena teleportasi, tapi para Filolial di sekeliling juga kelihatan kelaparan.

Sialan. Susah sekali makan saat semua orang menatapmu.

"Um... Naofumi?"

"Tuan Naofumi. Susah sekali makan saat semuanya menatap kita."

"Ya, aku juga."

"Huh? Kalian berpikir begitu juga?"

Raphtalia dan Melty merasakan hal yang sama dengan yang kurasakan. Mereka memegang mangkok mereka dan melihat sekeliling dengan gugup.

Cuma Filo yang melahap makanannya dengan rakus tanpa memikirkan apa-apa.

"Kau mau makan juga?"

"Bolehkah?"

"Yah, kami gak punya makanan yang cukup untuk diberikan padamu dengan ukuranmu yang sebelumnya."

"Tidak apa-apa."

Yang bisa kulakukan cuma menawarkan Fitoria makanan, tapi para Filolial di sekeliling mulai berisik sebagai tanggapannya.

"Diam."

Mereka semua terdiam karena teguran Fitoria tapi mereka terus menatap dengan tekad yang menekan.

"Ini lezat!"

"Memang."

Ugh. Sekarang Filo menatap aku dengan penampilan minta lagi dimatanya. Dia dan Fitoria seperti dua orang kembar. Meski mereka berbeda warna, jadi kurasa itu membuktikan mereka gak berhubungan darah.

Dengan Melty di samping mereka, mereka bisa jadi saudari. Mereka cukup manis. Aku harus melukis mereka.

"Sangat lezat."

Raphtalia memiliki tata krama yang lebih baik dari mereka. Dia lebih bermartabat.

Melty bermartabat juga, tapi dia memiliki sesuatu yang sama dengan para Filolial yang rakus, yang mana membuatku ingin menyamakan mereka semua.

"Apa?"

Melty melotot padaku.

"Nggak ada."

"Apa kau memikirkannya hal-hal kasar lagi?"

"No comment."

"Itu artinya iya, kan?"

"Aku berpikir bahwa mereka berdua membuatmu kelihatan sedikit kasar. Kau harus memilih temanmu lebih baik lagi."

"Apaan itu?"

Mulai lagi dah. Dia bisa sangat berisik.

"Sudah, sudah... Aku...."

Raphtalia berhenti di pertengahan kalimatnya untuk melihat sekeliling pada para Filolial. Mereka menatap balik.

Aku gak bisa mengabaikan mereka juga. Aku merasa seperti makanan akan nyangkut di tenggorokanku. Aku mulai merasa jengkel.

"Ini semakin menjengkelkan! Nggak bisakah kita membuat porsi yang sangat besar? Aku akan membuatkan apapun yang mereka mau, bawakan saja beberapa peralatan padaku!"

Pada akhirnya, aku gak bisa menahan tatapan mereka yang terus-menerus, jadi aku membuat sup besar dan membiarkan mereka memakannya.

Semua itu membutuhkan waktu beberapa jam.

Sebelum mereka selesai makan, Raphtalia, Filo, dan Melty sudah ketiduran. Aku kecapekan karena masak.

"Whew....."

Aku sedang membersihkan peralatan dan mengeluh pada diriku sendiri tentang kenapa aku harus membuang waktuku untuk memberi makan sekelompok burung saat Fitoria datang padaku.

"Apa maumu? Sudah gak ada sisa."

"Aku tau itu."

"Oh. Baikkah kalau begitu. Apa maumu? Gak bisakah tunggu bedil pagi saja?"

Aku ingin istirahat.

Huh? Melty dan Filo bersandar pada beberapa Filolial dan tidur nyenyak.

Enak sekali. Pasti sangat enak tidur seraya orang lain mengerjakan semua pekerjaan. Dia betul-betul terbiasa dengan kehidupan kerajaan.

"Aku juga berpikir begitu. Tapi waktunya tepat, jadi aku ingin berbicara sebentar."

"Apa itu?"

"Aku ingin tau bagaimana monster tersegel itu bisa dilepaskan."

"Huh? Kau datang tanpa mengetahui itu?"

"Tidak... Aku datang karena aku diberi laporan bahwa seorang kandidat ratu yang baru telah muncul."

"Seorang kandidat ratu? Maksudmu Filo?"

Fitoria mengangguk.

"Boleh aku tanya satu hal?"

"Apa?"

Itu adalah sebuah rasa ingin tau yang ada padaku sejak Filo menetas.

"Kenapa Filo tumbuh begitu berbeda daripada para Filolial lain?"

Fitoria bilang bahwa dia adalah seorang kandidat ratu.

Itu sebabnya kupikir dia mungkin mengetahui jawabannya.

"Karena dia dibesarkan oleh seorang Pahlawan."

Seperti yang kucurigai. Filo jelas-jelas berpenampilan berbeda dari para Filolial lain, dan dia bahkan bisa berubah wujud menjadi seorang manusia. Apa itu karena aku yang membesarkan dia?

"Aku sudah menjawab pertanyaanmu. Sekarang jawab pertanyaanku"

"Aku gak tau seberapa banyak aku bisa menjawabmu. Berapa banyak yang kau ketahui tentang aku?"

"Aku tau bahwa kau adalah seorang Pahlawan yang dipanggil kesini karena adanya gelombang. Aku tau bahwa kau dianggap musuh agama dari Melromarc, negeri supremasi manusia."

"Oh....."

Apa dia mengetahui semua itu melalui kabar dari para Filolial lain?

Aku gak tau seberapa baik para Filolial bisa berkomunikasi dengan satu sama lain, tapi aku nggak menduga bahwa mereka begitu handal dalam mengumpulkan dan menyampaikan informasi.

"Aku tidaklah kuat. Aku melupakan banyak hal."

"Kau sendiri yang mengatakannya, bukan aku. Jadi...."

Aku menjelaskan segala sesuatu tentang bagaimana Tyrant Dragon Rex terbebas dari batu penyegel.

Lalu aku mulai menceritakan pada dia tentang diriku sendiri. Aku memberitahu dia bagaimana aku dipanggil, lalu dijebak dan didiskriminasi. Aku menceritakan semua kejadian besar yang terjadi sampai sekarang.

"....whew."

Fitoria mendesah dalam-dalam.

"Apa?"

"Aku cuma capek saat aku mendengar hal-hal bodoh yang dilakukan para Pahlawan, mengingat bahwa gelombang kehancuran adalah hal yang harus difokuskan oleh mereka."

"Itu bukan aku. Itu mereka."

"Aku tidak peduli tentang itu. Aku hanya harus menjalankan tugas yang telah dipercayakan padaku oleh tuan lamaku... sang Pahlawan."

"Huh...."

"Dari sudut pandangku, pertikaian-pertikaian kecil antara manusia dan demi-human tidaklah penting. Dunia ini ada bukan hanya untuk manusia. Meski demikian, aku tidak tahan melihat para Pahlawan bertikai. Saat para Pahlawan bertarung, aku tidak bisa mencapai apa yang telah dipercayakan tuanku padaku."

"Dan apa itu?"

Kurasa yang dia maksudkan bahwa seorang pahlawan dari masa lalu telah meminta dia untuk melakukan sesuatu.

Berdasarkan pada apa yang baru saja dia katakan, kurasa aku nggak bisa mengharapkan Fitoria untuk ikut campur dalam pertarungan antara manusia dan demi-human dalam waktu dekat.

"Itu terdengar seperti kau mengatakan kau nggak berencana untuk ikut kelompok, tapi kau merasa seperti kau harus membantuku karena aku seorang pahlawan."

"Itu benar. Para manusia dan aku berada dalam konflik yang sangat panjang. Dahulu kala aku memutuskan untuk tidak ikut serta. Aku memutuskan bahwa aku hanya akan berhubungan dengan rasku, para Filolial."

Seperti apa yang dipikirkan oleh seekor monster berumur panjang seperti Filolial ini tentang manusia? Bagaimana caranya dia menggunakan mereka?

Untuk kenyamanan? Tidak—kalau ada kekuatan yang lebih kuat, suatu kekuatan yang gak bisa mereka pahami, mereka akan berusaha menyingkirkannya.

Awalnya mereka mungkin mencoba memujanya atau semacamnya.

Mungkinkah dia sudah lelah dengan otoritas dan meninggalkan dunia agar dia bisa hidup bersama para Filolial di hutan? Dia mungkin berpura-pura menjadi seekor Filolial normal dan berkeliling.

Sebelum Melty tidur, dia terus berbicara tentang bagaimana dia bertemu dengan Fitoria sebelumnya. Dia jelas-jelas sangat senang.

Itu terdengar seperti Fitoria diam saja untuk memperhatikan cara para Filolial normal berinteraksi dengan manusia—sesuatu semacam itulah.

"Apa keempat Pahlawan Suci tau? Tentang jam pasir naga? Aku telah melindungi area yang dipercayakan padaku, tapi keempat Pahlawan tidak mengerjakan bagian mereka dimanapun."

"Jam pasir naga? Aku tau itu."

"Lalu kenapa kau tidak ikut serta dalam gelombang?

Apa yang terjadi? Aku punya firasat buruk. Buruk sekali.

Aku tau kalau ada jam pasir naga ada di negeri-negeri lain juga.

Mungkinkah... Apa yang dikatakan bahwa gelombang di negeri lain muncul di waktu yang berbeda?

"Apa maksudmu?"

Yang kutau adalah bahwa gelombang muncul sebulan sekali.

Kalau itu terjadi diseluruh dunia, kurasa aku nggak akan bisa berbuat banyak tentang itu.

Menurutmu bahwa negeri-negeri lain akan mencoba membangun pertahanan mereka, sehingga mereka nggak perlu bergantung pada para pahlawan untuk perlindungan.

Aku asumsikan bahwa salah satu dari para pahlawan dimasa lalu pasti telah meminta Fitoria untuk mengawasi hal itu.

Tapi sekarang dia jengkel bahwa para pahlawan yang dipanggil gak sepenuhnya mencurahkan tenaga mereka untuk melawan gelombang?

"Aku gak kayak para pahlawan yang lain. Aku mungkin memang dipanggil kesini, tapi aku gak tau apa-apa. Nggak seorangpun yang menjelaskan sesuatu padaku. Aku cuma tau kalau ada jam pasir di tempat-tempat lain belum lama ini."

"Baiklah. Aku mengerti. Aku punya pertanyaan lain."

"Apa?"

"Aku merasakan suatu kekuatan yang tidak menyenangkan dari Perisai itu. Apa kau pernah menggunakan Rangkaian Kutukan?"

"Kau betul-betul tau semuanya."

Dia betul-betul berasal dari legenda. Dia bahkan tau tentang Rangkaian Kutukan. Dia tau tentang Shield of Rage.

"Aku mengerti bahwa Rangkaian Kutukan tersebut sangat kuat, tapi itu meminta banyak sebagai gantinya. Pada akhinya itu akan melahapmu. Kau jangan menggunakannya."

"Tapi ada pertempuran-pertempuran yang gak bisa kumenangkan tanpa menggunakannya. Aku bisa mengendalikannya sampai sejauh ini, jadi kurasa aku baik-baik saja."

Itu benar. Ada sejumlah pertempuran yang gak akan bisa kumenangkan kalau aku nggak menggunakan Shield of Rage. Rja benar bahwa perisai itu meminta banyak sebagai gantinya, tapi aku mendapati aku akan baik-baik saja kalau aku bisa mengendalikannya.

Selama Raphtalia bersamaku, aku harusnya bisa melawan amarahku.

"Apa kau yakin?"

"Ya."

Fitoria mengulurkan tangan dan menyentuh perisaiku. Dia memejamkan matanya.

"Suatu hari, Perisai terkutuk itu akan menguasai menyatakan Pahlawan Perisai. Kesadaran naga masuk kedalam Perisai saat intinya diserap. Perisai itu jangan digunakan didekat orang yang membunuh seekor naga—jika tidak amarahnya akan menjadi terlalu kuat untuk dikendalikan."

Shield of Rage telah menjadi lebih kuat setelah menyerap inti naga. Apa itu artinya bahwa perisai itu juga menyerap kemarahan si naga?

Kalau itulah sebab yang membuat perisai itu menjadi begitu kuat, maka siapa yang dibenci naga itu? Siapa yang telah membunuh naga itu?

Mungkinkah Ren lah orangnya? Pahlawan Pedang yang telah membunuh naga itu.

Jadi apa yang Fitoria katakan adalah bahwa aku nggak boleh menggunakan Shield of Rage ketika ada Ren didekatku? Kalau aku melakukannya, maka kekuatannya akan lepas kendali?

Aku sudah bertarung melawan Ren baru-baru ini, tapi aku mempertahankan jarak yang cukup jauh. Dan Ren sendiri juga nggak betul-betul berusaha melawanku.

Apa itu sebabnya nggak ada yang terjadi? Atau mungkinkah perisainya telah mencoba mengambil alih, tapi itu nggak cukup kuat untuk mengendalikan aku?

"Tapi kalau aku ingin bertahan dama pertempuran, aku mungkin harus menggunakannya."

Aku paham kalau itu berbahaya. Tapi kalau aku nggak bisa melindungi orang-orang tanpa menggunakannya, lalu apa aku punya pilihan?

Setelah gelombang berakhir dan dunia kembali damai, aku berencana kembali ke duniaku sendiri.

Memang mudah untuk mengatakan bahwa perisai itu berbahaya dan aku gak boleh menggunakannya—tapi ada saat-saat dimana aku gak punya pilihan.

"Baiklah kalau begitu. Ijinkan aku mengganti topik."

"Itu gak kelihatan seperti kau setuju denganku."

Dia mengangguk. Kurasa dia gak setuju, tapi sudah siap untuk melanjutkan pembicaraan dengan topik berikutnya.

"Dunia sedang mengalami kekacauan besar karena gelombang. Kenapa para Pahlawan saling bertarung satu sama lain?"

"Itu bukan salahku. Itu salah mereka—dan negeri itu. Mereka memfitnah aku dan mendiskriminasi aku."

"Aku sudah mendengar dasarnya. Itu tidak penting. Para Pahlawan tidak punya waktu untuk di sia-siakan pada masalah sepele semacam itu."

"Gampang sekali kalo ngomong."

"Aku ditugaskan untuk melindungi dunia. Tapi aku tidak bisa melakukannya sendiri. Aku tidak bisa melakukannya tanpa para Pahlawan."

Setelah semua kekuatan yang baru saja dia tunjukkan? Apa dia yakin dia gak bisa menyelamatkan dunia dari gelombang?

Dari apa yang kulihat, dia sudah jauh lebih kuat daripada Itsuki, Ren, atau Motoyasu.

Dia masih belum cukup kuat untuk menyelamatkan dunia.

Atau mungkin maksud dia adalah bahwa dia gak akan bisa melakukannya selamanya.

Apa itu artinya bahwa para pahlawan masih bisa menjadi jauh lebih kuat? Lebih kuat daripada dia saat ini?

Kurasa mereka tetaplah para pahlawan, meskipun hati mereka busuk. Kalau para pahlawan nggak berguna, kurasa dunia ini nggak akan mau repot-repot memanggil mereka dari dunia lain.

"Sejujurnya, masalah dari para manusia bukanlah urusanku. Bagaimana mereka berkelahi... apa yang mereka perebutkan.... Tapi para Pahlawan berbeda."

"Kenapa?"

Fitoria menggeleng dalam diam.

"Itu terjadi.... sudah sangat lama sekali, begitu lama hingga aku tidak bisa mengingatnya dengan baik. Yang kuingat adalah bahwa aku tidak bisa membiarkan para Pahlawan bertarung diantara mereka sendiri."

Dia lupa pada hal yang membuat dia begitu marah?

Yah, gimanapun juga dia adalah seekor Filolial. Aku gak bisa mengharapkan dia semacam orang jenius yang memiliki ingatan sempurna. Lihat saja Filo.

Tapi dia masih mengingatnya. Aku nggak bisa ikut campur, tapi sesuatu terasa sangat salah.

Aku punya perasaan tekanan yang aneh berasal dari Fitoria beberapa saat yang lalu. Sesuatu yang kuat, sesuatu yang.... agresif. Itu membuatku merinding.

"Aku ingat. Aku diberitahu... Kalau para Pahlawan mulai bertarung diantara mereka sendiri... maka, demi kebaikan dunia, aku harus membuang mereka agar para Pahlawan baru bisa dipanggil."

Itu dia. Itulah apa yang ingin dia katakan padaku.

Dia mengatakan bahwa kalau aku nggak bisa akur dengan para pahlawan lain, dia akan membunuh kami. Itulah satu-satunya cara untuk mengalahkan gelombang.

Itulah yang ingin dikatakan Filolial Legendaris ini. Pasti ada alasannya.

Itu pasti merupakan sebuah perintah dari salah satu pahlawan dari masa lalu.

Tapi—

"Itu bukan salahku. Mereka menolak mendengarkan alasannya. Mereka menolak untuk berteman. Aku sudah gak bisa berbuat apa-apa lagi tentang itu."

Ya, Lonte itu memfitnah aku. Sampah itu menangkap dan mendiskriminasi aku, dan para pahlawan lain menentangku bahkan tanpa mempertimbangkan cerita dariku. Aku sudah gak bisa berbuat apa-apa lagi.

Dan sekarang.... setelah aku bersusah payah mendapatkan uang serta memperoleh begitu banyak kepercayaan orang-orang... Sekarang mereka memfitnah aku atas penculikan Putri Melty dan mengirim pembunuh untuk membunuh kami.

Dan Fitoria ingin kami berteman baik? Yang bisa kulakukan adalah mengantar Melty pada ibunya. Itu akan memberikan pukulan berat pada Church of the Three Heroes, dan kemudian aku akan mendapatkan tempat aman di negara lain daat semua itu terjadi.

Berteman dengan para pahlawan lain? Mustahil.

"....Yah."

Fitoria mendesah, seolah dia menyerah. Lalu api muncul di matanya.

"Maka kurasa itu tidak bisa dihindari lagi."

Dia melangkah mundur kemudian berjalan ke kegelapan. Itu adalah cara yang aneh untuk mengakhiri percakapan.

Aku gak suka kemana ini mengarah. Aku ragu dia akan pergi dan meninggalkan kami begitu saja.

Tapi aku... Nggak mungkin aku bisa bergantung pada para pahlawan lain. Itu mustahil.

***

avataravatar
Next chapter