28 Chapter 2 Mesin Telur

"Well, well, bukankah itu sang Pahlawan! Apa ada yang bisa kubantu hari ini?"

Kami masuk ke tenda, dan si penjual budak dengan sopan menyambut kami.

"Woah...."

Dia menatap Raphtalia dengan cermat dan bergumam terkejut.

"Dia benar-benar sudah berubah. Siapa yang menyangka dia adalah sebuah berlian mentah?"

Dia menatapku dan mendesah.

Dia adalah pedagang budak yang kutemui disaat-saat kelamku. Saat semua milikku dicuri dan reputasiku hancur, saat itulah aku menyadari aku harus naik level tanpa punya cara untuk menyerang, dua muncul dan bertanya apakah aku tertarik pada seorang budak.

Dia adalah seorang pria yang lebih tua, gemuk dan mengenakan pakaian dengan jas berekor. Kalau boleh kubilang, dia kelihatan gak bisa dipercaya.

Tapi dia menyukaiku karena suatu alasan dan bilang dia akan melakukan apa yang dia bisa untuk membantu. Dia adalah orang yang menjual Raphtalia padaku.

"Apa?"

"Kupikir dia seperti kami. Aku nggak menyadarinya kalau dia punya begitu banyak potensi."

Apaan sih maksudnya? Aku hampir memukul dia, tapi aku berhasil mengendalikan diri.

Aku nggak mau menghancurkan hubungan kami. Siapa yang tau kapan aku butuh layanan dia lagi dimasa mendatang? Aku akan mengatakan sesuatu mengikuti arus.

"Entah mereka hidup atau mati, cara yang tepat untuk menggunakan seorang budak adalah cara yang akan meningkatkan kualitas produk."

Aku menanggapi dengan nada mengancam:

"Kurasa semua budak yang kau tau adalah barang sekali pakai?"

"N...Naofumi?"

Raphtalia menatapku, kuatir kalau aku nggak menunjukkan rasa hormat yang tepat.

Aku sudah menyadari hal itu, bahwa aku agak kelepasan. Tapi aku merasa lebih baik daripada saat terakhir kali aku bertemu dia.

"Heh, heh, heh.... Kurasa begitu. Kau membuatku gemetar."

Aku nggak tau apakah dia menyukai tanggapanku atau enggak, tapi dia tersenyum.

"Nah sekarang, adapun untuk tawarannya. Dia tentunya menjadi seseorang yang cantik, tapi kalau dia sudah gak perawan, maka gimana dengan.... 20 gold?"

"Kenapa kau menganggap dia kesini untuk menjual aku?! Dan selain itu, AKU MASIH PERAWAN!"

Si pedagang budak melompat karena pernyataan Raphtalia.

"Jadi begitu! Gimana kalau 30 gold? Tentunya, aku harus memastikan keperawananmu."

"Tuan Naofumi!"

Aku bisa mendapatkan 30 gold dengan menjual Raphtalia?

"Tuan Naofumi! Jangan diam saja!"

Kalau aku punya 30 gold, aku bisa dengan mudah membeli wolfman berlevel 75 itu!

Aku sedang berpikir tentang hal itu saat Raphtalia berteriak padaku dengan penampilan menakutkan sebelum memegang pundakku.

"Tuan Naofumi, kalau kamu terus main-main, aku akan marah!"

"Apaan sih? Kenapa kamu marah kek gitu?"

"Pria ini menawar aku, dan kamu cuma diam aja."

"Kita harus kelihatan acuh tak acuh atau kita akan kehilangan muka."

Itulah yang bisa kupikirkan untuk membuat dia menjauh dari punggungku. Kalau aku nggak menyembunyikan pemikiranku lebih baik lagi, Raphtalia akan mengetahui apa yang kupikirkan. Selain itu, itu nggak seperti aku akan menjual satu-satunya orang yang mempercayaiku.

Akan tetapi....

"30 gold... ya?"

Aku bergumam, dan Raphtalia meremas pundakku semakin keras.

"Ouch! Ouch!"

Kayaknya kekuatan serangan Raphtalia sekarang sudah lebih kuat daripada pertahananku.

Itu bagus. Aku bisa bergantung pada hal itu.

"Kamu mau aku kabur? Sekarang juga?"

"Becanda becanda. Aku cuma terkejut bahwa kamu bernilai sebanyak itu."

"Tapi.... tapi Tuan Naofumi...."

Dia meringankan pegangannya dan terlihat malu.

"Nah begitulah, Pendagang Budak, aku sudah memutuskan untuk nggak menjual dia. Siapa yang akan menjual putri mereka sendiri?"

"Putri?"

"Abaikan saja."

"Huh....?"

Meskipun aku bersikap seperti ayahnya, dia cuma punya dua orangtua kandung. Kalau aku mulai bersikap seperti ayahnya, dia pasti akan marah.

"Yah, sayang sekali. Sungguh disayangkan memang.... Nah sekarang, apa yang bisa kubantu?"

"Apa kau sudah mendengar semua keributan di istana?"

Dia tersenyum pada pertanyaanku.

"Aku sudah mendengarnya. Kutukan budak sudah dihilangkan, bukan?"

"Kalau kau sudah tau maka urusannya akan tambah gampang. Dan kalau kau sudah tau, maka jangan membuang-buang waktu kami dengan memperkirakan harga Raphtalia."

Aku sudah diambang kehilangan Raphtalia.

"Komentar gegabah sang Raja tidak untuk menghilangkan perbudakan di kerajaan ini. Tidak tuan."

Malam kemarin raja begitu marah bahwa aku membiarkan Raphtalia sebagai seorang budak hingga dia hendak mengubah aturan untuk menyita dia. Sepertinya itu cuma pembelaan bahwa Motoyasu nggak menyukai hal itu.

"Huh? Tapi para keluarga kerajaan nggak memelihara para budak, kan?"

"Ha! Para keluarga kerajaan membeli lebih banyak budak daripada siapapun. Mereka menggunakan segala cara untuk memfaatkan mereka. Begitulah tuan."

"Si idiot Motoyasu! Pahlawan Tombak geblek itu, apa dia menganggap dia bisa mengatakan apapun dan nggak berakhir jadi orang munafik terhadap keluarga kerajaan?"

Kalau dipikir-pikir, itu betul-betul sangat lucu, dan itu mungkin akan lebih baik untuk negeri ini pada akhirnya.

"Ya, negeri ini bukanlah monolitik. Ada banyak suara berbeda yang perlu didengarkan. Kalau Raja angkat suara untuk menentangnya, mereka adalah orang pertama yang menderita karena proklamasi tersebut. Begitulah tuan."

"Apa si bodoh itu punya kekuasaan sebanyak itu?"

Ya, penguasa tertinggi memang punya wewenang mutlak—tapi bukan berarti dia bisa melakukan apapun yang dia mau. Kalau raja menentang harapan rakyat, akan ada kekacauan. Dibawah situasi seperti itu, keluarga kerajaan mungkin nggak akan bisa mempertahankan kekuasaan dalam waktu yang lama. Putrinya nggak akan senang kehilangan tahta warisannya.

"Begitulah, ada orang-orang yang memiliki kekuasaan lebih tinggi daripada raja...."

"Um.... Gimana dengan kutukan budaknya? Apa kita melupakan hal itu?"

"Oh, ya, silahkan."

Percakapannya agak melenceng. Selain itu, kalau kami nggak akan bertemu si Sampah itu lagi, siapa yang peduli?

"Ya, jadi kau datang kesini untuk memasang kembali kutukan itu, benar?"

"Ya, kau bisa melakukannya?"

"Tentu saja."

Dia menjentikkan jarinya, dan seorang pelayan muncul sambil membawa wadah yang sama yang kami gunakan untuk pemasangan kutukan yang sebelumnya.

Raphtalia terlihat malu-malu saat dia melepas pelindung dadanya dan menunjukkan dadanya.

"G...Gimana?"

"Apa?"

"Haaaaaah."

Huh? Kenapa dia kelihatan begitu marah?

Dan kenapa dia menghela nafas? Apa aku melakukan sesuatu yang salah?

Sama seperti sebelumnya, mereka mencampurkan darahku dengan tinta dan menggambar segel kutukan pada dada Raphtalia. Pola tersebut mulai menyala dan bersinar.

"Ugh..."

Raphtalia menggertakkan giginya kesakitan.

Ikon budak muncul di bidang pandangku. Sebuah jendela juga muncul menampilkan peraturan penggunaan secara terperinci.

Kurasa aku nggak perlu membaca secara menyeluruh karena aku sudah membacanya sebelumnya. Raphtalia telah menjadi seorang budak sekali lagi untuk mendapatkan kepercayaanku. Aku harus mempercayai dia juga. Sejujurnya, Raphtalia nggak perlu repot-repot melakukan upacara ini. Itu cuma sekedar syarat doang.

"Nah sekarang."

Aku mulai melangkah ke langkah selanjutnya saat aku melihat tinta itu, aku mengulurkan tangan untuk menyentuhnya, dan perisaiku milai bereaksi.

"Boleh aku membeli tinta ini?"

"Tentu."

Aku menuangkan tinta yang tersisa pada perisaiku.

Perisaiku menyerap tinta itu.

Slave User Shield: persyaratan terpenuhi

Slave User Shield II: persyaratan terpenuhi

Slave User Shield:

Kemampuan belum terbuka

Bonus equip: penyesuaian pendewasaan budak (kecil)

Slave User Shield II:

Kemampuan belum terbuka

Bonus equip: penyesuaian status budak (kecil)

Slave User Shield? Hm... Yah, kurasa itu masuk akal.

Aku melihatnya pohonnya, dan pohon itu muncul tersendiri, bercabang dari Small Shield yang paling awal. Karena itulah, perisai itu nggak terlalu kuat. Tapi equip bonusnya kelihatan menjanjikan.

Pengaturan pendewasaan....

Padahal aku cuma menuangkan sedikit tinta pada perisai itu, tapi aku masih mendapatkan dua perisai baru.

Jadi yang kuperlukan adalah memakai perisai itu beberapa saat untuk membuka kemampuannya, dan kemudian aku akan bisa menggunakan bonus equip itu selamanya. Itu adalah sebuah sistem yang hebat. Perisai Legendaris memungkinkan aku untuk menggunakan segala macam tipe perisai ini, mempelajari kemampuannya, dan kemudian terus menyimpan kemampuan-kemampuan tersebut saat aku terus naik level. Itu sebabnya kami para pahlawan bisa berkembang lebih kuat daripada orang normal, pohon skill kami terus berkembang.

Kupikir aku cukup handal dalam menangani skill, kemampuan, peningkatan status, dan equip bonus yang diperoleh perisai sejauh ini. Tapi masih ada begitu banyak hal yang nggak kumengerti, dan aku mulai merasa bahwa penguasaanku terhadap perisai akan diputuskan apakah aku bisa bertahan hidup atau enggak.

Dalam diam aku menatap Raphtalia

"Ada apa?"

Itu mengingatkan aku, aku pernah membuat perisaiku menyerap rambutnya. Pada saat itu aku melihat sesuatu tentang sebuah perisai rakun, tapi ini pasti telah memenuhi persyaratan yang lain. Pasti itulah yang membuka Slave User Shield II. Setidaknya, itulah tebakan terbaikku.

Yang mana itu artinya...

"Raphtalia, boleh aku minta darahmu sedikit?"

"Ada apa emangnya?"

"Aku coba sesuatu."

Dia memiringkan kepalanya dan terlihat bingung, tapi ujung-ujungnya dia menusuk jarinya dengan jarum. Dia meneteskan darahnya pada wadah tinta itu, mengaduknya, dan menuangkan sedikit pada perisaiku.

Slave User Shield III: persyaratan terpenuhi

Slave User Shield III:

Kemampuan belum terbuka

Bonus equip: penyesuaian pendewasaan budak (medium)

Bagus! Aku betul!

"Tuan Naofumi? Kamu kelihatan seperti sedang bersenang-senang."

"Ya. Yah, aku barusan membuka sebuah perisai yang kelihatan menarik."

"Menakjubkan."

Aku mengubah perisaiku menjadi Slave User Shield dan memutuskan untuk menunggu kemampuannya terbuka.

"Nah sekarang... Hm?"

Kami sudah selesai disini, jadi aku berbalik untuk pergi, lalu aku menyadari sebiah wadah telur yang besar yang terbuat dari kayu disudut tenda. Wadah itu dipenuhi telur.

Aku belum pernah melihatnya sebelumnya. Apaan itu?

"Itu apaan?"

Aku menanyai si penjual budak.

"Oh, itu adalah produk untuk bisnis penutup kami."

"Emangnya apaan bisnis penutupmu?"

"Kami menjual monster."

Matanya berkilauan saat dia menjawab pertanyaanku.

"Monster? Maksudmu ada pelatih monster disekitar sini?"

"Seperti biasa, kau memang pria yang cerdas. Apa kau sudah berjumpa dengan mereka?"

"Kurasa aku belum pernah bertemu mereka, tapi...."

"Tuan Naofumi." Raphtalia mengangkat tangannya.

"Ada apa?"

"Para Filolial adalah monster yang dibesarkan oleh para pelatih monster."

Aku belum pernah mendengar apaan itu Filolial. Aku nggak tau apa yang dibicarakan Raphtalia.

"Apa itu?"

"Itu lho burung-burung besar di kota. Mereka yang menarik kereta bukannya kuda."

"Oh, yang itu."

Aku melihat mereka di kota. Mereka adalah burung besar yang dimanfaatkan seperti kuda. Kupikir mereka merupakan sejenis hewan yang ada didunia ini, ternyata secara tenknis mereka adalah monster.

"Ada seorang pelatih monster didesaku. Dia memiliki sebuah peternakan dimana dia membesarkan berbagai macam monster untuk diambil dagingnya."

"Betulkah...."

Kurasa di dunia ini, peternak dan penggembala ternak, siapapun yang merawat mahluk-mahluk seperti itu dianggap sebagai pelatih monster. Mungkin mereka nggak mengenal yang namanya "hewan" dan segala sesuatu yang bukan manusia disebut monster.

"Terus telur apaan itu?"

"Kalau monster nggak di besarkan dari telur, mereka nggak akan menganggap manusia sebagai tuannya. Itu sebabnya kami menjual mereka sebagai telur. Begitulah tuan."

"Jadi gitu."

"Apa kau mau melihat kandang monster?"

Dia menjual apapun yang kau inginkan. Penjual budak ini cukup kapitalis.

"Yah, nggak masalah sih sekarang ini. Tapi tanda apa itu yang ada di peti telur itu?"

Aku nggak bisa baca apa yang tertulis disana, tapi ada tanda panah yang mengarah pada kotak tersebut, dan kayaknya itu adalah tulisan angka.

"Itu adalah sebuah lotre! Satu kali coba 100 silver, dan jika kau menang, kau mendapatkan sebutir telur!"

"Mahal amat tiketnya."

Saat ini, kami punya 508 silver, yang mana itu adalah uang yang cukup banyak.

"Yah, mereka adalah monster-monster yang berharga."

"Aku mau tanya buat cari tau sedikit, tapi apa sebutan mereka? Filolial? Biasanya berapa harganya kalau dijual?"

"Yang dewasa? Biasanya sekitar 200 silver, tapi harga itu bisa naik turun bergantung pada kualitasnya. Begitulah tuan."

"Kalau kau membandrol 200 silver untuk yang dewasa, maka kurasa anakannya lebih murah? Dan telurnya lebih murah lagi.... Yah, kurasa kau harus memperhitungkan biaya perawatannya. Aku penasaran apakah itu adalah sebuah bisnis yang bagus."

"Yah tidak seperti itu juga. Telur yang asli bercampur dengan telur-telur yang lain."

"Oh ya, kau menyebutnya lotre."

Jadi kau bisa dapat atau enggak.

Jadi kalau kau nggak beruntung, kau nggak akan dapat apa-apa, dan kalau kau beruntung, kau masih akan berakhir membayar lebih banyak.

"Dan aku menebak disana nggak ada telur yang asli kan?"

"Mana mungkin. Apa kau menuduhku melakukan praktek bisnis tidak sehat? Wahai pahlawanku..."

"Jadi aku salah?"

"Aku sangat bangga pada bisnisku. Aku mungkin menikmati menipu seorang pelanggan, tapi aku tidak suka memalsukan produk-produkku."

"Kau suka mengurangi orang, tapi nggak memalsukan?"

Aku nggak bisa mengikuti logikanya. Aku nyerah deh.

"Dan apa yang didapat kalau mengambil telur jackpot?"

"Aku akan membuatnya mudah untuk kau pahami, sebagai orang asing. Sederhananya, seekor Knight's Dragon."

Woah, seekor Knight's Dragon? Aku penasaran apakah itu adalah kelas naga yang ditunggangi para knight dalam pertempuran?

"Apa itu adalah seekor naga yang ditunggangi orang seperti seekor kuda?"

"Bukan hanya itu, naga ini bisa terbang. Mereka sangat populer, jadi game ini telah populer pada para bangsawan."

"Seekor naga terbang? Kayak mimpi aja."

"Tuan Naofumi?"

"Untuk membeli naga itu di pasar, kau butuh sekitar 20 gold. Mereka adalah salah satu dari naga yang paling murah. Begitulah tuan."

"Berapa kemungkinannya? Beritahu aku berapa peluang mendapatkan telur naga itu."

"Ada 250 telur didalam peti, dan hanya satu yang merupakan telur naga."

Jadi peluangnya adalah 1 banding 250.

"Aku sudah menutupi perbedaan telurnya dengan mantra sihir. Kau pasti setuju dengan gagasan mendapatkan zonk terlebih dahulu sebelum mendapatkan hadiahnya."

"Pemikiranmu betul-betul seorang pebisnis."

"Ya begitulah. Setiap kali ada pemenang, aku mencatat nama mereka, dan mereka cenderung menyebarkan berita ke sekitar yang mana menguntungkan aku."

"Ya, tapi peluangnya sangat kecil...."

"Yah, namanya juga lotre tuan, dan jika kau membeli 10 tiket, kau dijamin menang, setidaknya sekali. Begitulah tuan."

"Jadi, bisa aku anggap disana nggak ada telur naga?"

"Ya, itu benar, tapi hadiahnya bisa dipastikan bernilai setidaknya 300 silver."

Tunggu sebentar, bukankah ini seperti mesin slot online? Ayolah!

Permainan-permainan ini dirancang untuk mendapatkan keuntungan bagi pebisnis yang membuatnya. Dan dia membuatku sedikit tertarik....

"Hmm...."

Kalau dipikir-pikir, aku bertanya-tanya seberapa jauh aku bisa membuat kemajuan hanya dengan Raphtalia yang ada di partyku?

Kira-kira lebih murah mana antara membeli budak lain atau membeli seekor monster untuk bepergian bersama kami?

Mungkin aku harus mencoba Slave User Shield baru punyaku. Raphtalia sudah berlevel cukup tinggi, jadi penyesuaian pendewasaannya mungkin nggak terlalu berpengaruh pada dia.

Namun, aku bisa merawat monster. Bepergian bersama Raphtalia, biaya paling besar adalah memperbarui equipment miliknya. Tapi ada peluang bahwa monsternya bisa bertarung tanpa perlu menggunakan senjata apapun. Aku bisa menggunakan semua uang tambahan yang kami dapatkan untuk Raphtalia.

"Baiklah, aku akan mencobanya sekali."

"Terimakasih banyak! Sebagai rasa terimakasih, aku akan menggratiskan biaya upacara kutukan budak."

"Sungguh baik sekali kau. Aku suka hal seperti itu."

"Tuan Naofumi?"

"Ada apa?"

"Apa kamu membeli sebuah telur monster?"

"Ya, kupikir kita mungkin bisa menggunakan anggota party yang lain. Aku bisa saja membeli seorang budak, tapi mereka cuma akan membuat pembengkakan pengeluaran untuk equipment mereka. Aku merasa bahwa berinvestasi pada seekor monster mungkin cara yang bagus untuk dilakukan."

"Ya, tapi monster bisa betul-betul merepotkan."

"Aku tau itu. Tapi bukankah kamu ingin seekor peliharaan?"

"Apa kamu yakin bahwa kamu nggak berusaha mendapatkan telur seekor naga?"

"Bahkan jika kita mendapatkan seekor Usapil, aku nggak masalah."

Aku menyukai hewan-hewan kecil. MMORPG sering kali mengijinkan kau memelihara peliharaan dan menggunakan mereka dalam partymu. Setidaknya mereka bisa jadi hiburan. Dan kalau aku bisa memberi mereka perintah, seperti seorang budak, maka meraka bisa jadi bantuan dalam pertempuran.

Kamu punya sedikit uang tambahan, dan aku bisa bilang bahwa itu akan mengempeskan dompetku. Tapi tetap aja, itu nggak kelihatan kayak sebuah investasi yang remeh bagiku. Selain itu, kalau ada Slave Shield, berarti ada perisai untuk monster juga.

"Dan jika kita membesarkannya lalu menjualnya, kita nggak akan merasa seburuk seperti jika kita melakukan hal yang sama pada seorang budak."

"Oh oke, kurasa aku ngerti sekarang."

Tentunya, kami mungkin akan merasa terikat, tapi kami butuh uang—hal itu nggak bisa dihindari lagi.

Kurasa menjual seorang budak sangat sulit karena kau tau bahwa mereka adalah orang. Sama seperti Raphtalia yang kembali padaku dengan kemauannya sendiri, kalau budak yang berikutnya melakukan hal yang sama. Aku nggak yakin aku bisa menjual budak yang lain. Setidaknya monster nggak bicara. Jadi meskipun kami jadi terikat, kurasa aku masih bisa meninggalkannya demi keuntungan.

Aku bisa saja menjualnya begitu saja, dan berharap bahwa dia akan jadi monster yang bagus. Kira-kira kayak gitulah.

"Aku yakin kau akan membantuku dalam hal itu, kan?"

"Pertimbanganmu yang mendalam memang menakjubkan, Pahlawan. Ya aku akan membantu!"

Dia menyukai pembicaraan ini.

Aku melihat telur-telur itu. Si penjual budak sudah mengatakan bahwa sudah dipasang mantra agar telur-telur itu nggak bisa dibedakan, jadi kurasa aku cuma perlu memilihnya secara sembarangan.

"Aku pilih yang ini."

Aku cuma mengikuti naluriku dan memilih telur yang ada disebelah kanan.

"Lihat pada simbol yang terlukis pada cangkang telur, dan salinlah ke piring yang ada didepanmu."

Aku melakukan seperti yang dia katakan dan menggambar simbol itu pada piring. Saat aku melakukannya, simbolnya menyala merah, dan sebuah ikon baru muncul di bidang pandangku. Ikon itu menyebutkan pelatihan monster. Sama seperti ketika ikon budak muncul, sebuah jendela juga muncul menampilkan berbagai peraturan penggunaan yang terperinci yang bisa diterapkan pada si monster.

Aku memilih pilihan yang membuatnya mematuhi perintahku atau hukuman langsung. Aku memutuskan untuk membuat hukumannya lebih parah daripada yang kutetapkan pada Raphtalia. Kayaknya itu adalah pilihan yang jelas— gimanapun juga ini adalah seekor monster. Aku nggak yakin apakah monster itu memahami bahasa kami, jadi aku akan memastikan untuk memasukkan lebih banyak emosi dalam kata-kataku saat aku memarahinya. Telur itu masih belum menetas sih.

Si penjual budak menggosok-gosok tangannya dalam kegembiraan dan mengeluarkan sebuah mesin yang kelihatan kayak incubator. Aku menaruh telurnya didalamnya.

"Kalau telur ini nggak menetas, kembalikan uangku."

"Aku salut padamu, Pahlawan! Bertekad untuk mendapatkan kembali uangnya meskipun telah mengambil telur yang salah."

Si penjual budak kayaknya sedang dalam suasana hati yang bagus. Apa dia orang maso? Bukannya aku mau mempermainkan orang lain, tapi... sebenernya kalau dipikir-pikir, aku nggak keberatan melihat para pahlawan lain yang geblek sedikit menderita.

"Meskipun ini adalah persetujuan verbal, aku betul-betul akan memintanya kembali. Kalau kau bertindak seolah percakapan ini nggak pernah terjadi, budakku yang ganas ini mungkin akan menyebabkan kekacauan."

"Hei, kamu mau aku melakukan apa?"

"Kunantikan kunjunganmu lagi, tuan!"

Si penjual budak sedang dalam suasana hati yang sangat bagus.

"Terus kapan telurnya menetas?"

Aku memberikan 100 silver sambil bertanya.

"Itu tertulis di inkubator."

"Coba kulihat...."

Aku melihat sesuatu seperti sejenis angka, tapi aku nggak bisa membacanya.

"Raphtalia, kamu bisa membacanya?"

"Coba kulihat, sedikit sih. Kayaknya angkanya akan menghilang besok."

"Lumayan cepat. Bagus."

Aku jadi bersemangat. Aku nggak sabar pengen melihat monster macam apa yang menetas dari telur itu.

"Aku selalu senang saat kau mengunjungi aku. Begitulah tuan."

Kami berbalik dan meninggalkan tenda itu

***

avataravatar
Next chapter