webnovel

Tangisan Rindu

"Tak perlu ragu untuk mengucap atau pun memulai. Aku sudah paham dan mengetahuinya sejak dulu. Cinta memang tidak dapat dipaksa, pun aku tak bisa memaksa dirimu agar lulus 'melupa'. Semuanya memiliki hak. Aku berharap padamu, kamu berharap padanya. Biar saja." -o0o- Lupakan saja apa yang sudah terjadi. Miliki seutuhnya tentang apa yang baru kita peroleh saat ini. Karna kesempatan tak mampu didapat untuk yang kedua kali. Jika memang dapat, itu mungkin anugrah. Kita bersyukur saja atas semua yang telah dikehendaki oleh-Nya. Jangan menuntut, atau pun menyesali. Karna semua hal pasti akan indah pada waktunya. Percayalah.

SitiMaisyaroh2_ · Teen
Not enough ratings
416 Chs

[Vol. 2] Perih

"Rizki?!" sang ayah begitu terkejut saat melihat Rizkk sudah terkulai lemah di atas kasur.

Dia menangis histeris dan berusaha untuk menyadarkan Rizki namun sama sekali anaknya tak memberi respon apa pun.

Dengan cepat dia berteriak meminta tolong kepada bi Nia dan supir agar segera menolong Rizki ke rumah sakit.

"Tidak, Nak. Kamu tidak boleh seperti ini. Kamu harus kuat."

Jujur.

Bagi bi Nia, baru kali ini dia melihat tuan besar menangis saat melihat Rizki yang sama sekali tak bergeming ketika dirinya menepuk pipi sang anak.

"Bi, kita harus bagaimana? Saya tidak mau melihat kondisi Rizki seperti ini."

"Memang sejak awalnya bagaimana, tuan?"

"Saya sudah mendengar dari Lia kalau hidung Rizki berdarah. Sejak ibunya itu membawa dia pergi dari sana, saya berusaha membuka pintu tapi pintunya tidak dibuka sama sekali. Saya kalut dan terus mencari kunci kamar Rizki kemudian menemukannya di laci kamar saya."

"Lalu nyonya kemana tuan?"

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com