39 Hades Sang Pelindung

Dalam tidurnya Haya bermimpi. Dia sedang duduk di sebuah meja makan bergaya klasik yang dilengkapi dengan lilin. Di atas meja sudah tersedia beraneka ragam makanan mulai dari ayam panggang, steik, buah-buahan, sup, aneka salad dan dua gelas wine berwarna merah darah. Haya tidak tahu kenapa ia duduk di meja makan.

Tiba-tiba seorang pria muncul. Dia bertubuh tinggi, berkulit pucat, berwajah tampan bak malaikat kematian dan mengenakan jubah panjang hitam seolah dia raja. Pria itu menarik kursi di depan Haya.

Tunggu, bukankah itu pria yang duduk di singgasana yang terbuat dari daging, tulang dan kepala manusia?

"Siapa kamu?" tanya Haya pada pria di depannya.

Pria itu tersenyum. "Bukankah kita saling kenal? Kenapa kamu bertanya siapa diriku?"

"Ma-maksudmu?" Haya tidak tahu kalau dirinya kenal pria di depannya ini.

"Tentu saja kita saling kenal, Haya."

"Tapi aku gak tahu siapa kamu," bantah Haya. Dia mulai kesal karena pria di depannya ini sok kenal.

Pria itu mengangkat gelas wine dan meneguk isinya sampai habis. Lalu dia menatap Haya. "Aku adalah tunanganmu, Haya. Kamu adalah pengantin dari penguasa neraka."

"Pengantin? Apa kamu sudah gila? Aku gak mau jadi istrimu!" Haya menolak. "Lagipula kenapa aku harus jadi istri penguasa neraka? Memangnya aku seorang pendosa sampai harus mendapat jodoh penguasa neraka sepertimu?"

Pria di depan Haya tertawa. "Kalau kamu jadi istriku, kamu akan dapat banyak keuntungan."

"Apa keuntungannya?"

"Pertama, kamu bisa memerintah bersamaku di istana ini. Kedua, kamu bisa mengatur hidup dan mati orang yang kamu benci. Ketiga… kamu bisa memiliki tubuhku. Bercumbu denganku. Lalu mengandung anakku."

Haya tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Pria di depannya ini benar-benar gila!

"Jangan salah paham ya. Aku sama sekali gak tertarik dengan tubuhmu!" Ada penekanan di setiap kata yang diucapkan Haya. "Aku juga gak ingin mengandung anakmu. Aku terlalu muda untuk menjadi seorang ibu."

"Benarkah?" Lalu pria itu bangkit berdiri dan berjalan mendekat ke arah Haya. Dia menarik pinggang Haya hingga gadis itu berdiri menatapnya.

Pria itu mendekatkan wajahnya ke wajah Haya.

"Masalahnya satu, Haya. Aku sangat terobsesi dengan tubuhmu. Kamu tahu betapa sulitnya aku mengontrol diri untuk tidak menyentuhmu?" kata pria itu lalu ia mendaratkan sebuah ciuman ke bibir Haya.

….

Riko duduk di taman rumah sakit sambil menikmati sekaleng cola. Sejak kemarin dia terjebak di rumah sakit menemani Aaron. Bahu bosnya terluka hingga perlu menjalani perawatan di rumah sakit.

Di kanan kirinya, para anak buah Aaron yang lain sedang menunggu. Mereka tidak bisa masuk dan menjaga Aaron di dalam rumah sakit. Terlalu mencurigakan kalau banyak orang menjaga sang bos.

"Aku heran sekali, bagaimana mungkin Hades kita yang perkasa bahunya bisa tertembak oleh musuh," celetuk salah satu anak buah berambut coklat.

"Harusnya bos bisa melawan mereka," timpal anak buah bertubuh pendek.

"Betul. Apalagi bos kita kan pandai berkelahi. Harusnya dia tidak mudah ditembak begitu saja," komentar anak buah bertubuh gemuk.

Riko tidak tahan mendengar percakapan para anak buah Aaron. Mereka meremehkan bosnya!

"Hey, hey," Riko ikut bicara. "Beraninya kalian bicara seperti itu tentang bos kita!"

"Maaf, Rik. Soalnya kita bingung aja. Bos kita itu kuat, tangguh dan ditakuti oleh banyak orang. Aneh kan kalau bos tertembak begitu saja? Seharusnya dia melawan," kata anak buah bertubuh tinggi.

Riko menghela napas. "Aku paham maksud kalian. Tapi… bos kita sengaja membuat dirinya tertembak."

Para anak buah Aaron mendekat. Mereka tertarik dengan cerita Riko. "Benarkah?"

Riko mengangguk.

"Setelah bertemu dengan polisi yang bernama Haya, Bos memintaku dan Arif untuk membawa kotak-kotak ganja yang sudah ditarik dari pengunjung kapal pesiar ke kamar pribadi Tuan Budi. Sayangnya itu terlalu beresiko karena anak buah Tuan Budi menjaga tempat itu."

"Akhirnya Bos menjadikan dirinya sebagai umpan. Dia sengaja mencari gara-gara dengan para anak buah Tuan Budi. Bahkan Bos merelakan diri tidak melawan hingga tertembak untuk memberiku, Arif dan para anak buah lainnya waktu untuk melaporkan adanya ganja di kamar Tuan Budi pada polisi."

"Selain itu Bos ingin menjebak Tuan Budi. Si tua bangka itu berani-beraninya berniat menjebak Bos kita. Dia tahu kalau para polisi sedang melakukan misi penyamaran di atas kapal pesiar."

"Jadi kalian gak boleh bicara buruk tentang bos seperti itu lagi. Paham?" bela Riko.

"Paham," jawab mereka semua serempak. Mereka merasa bersalah telah berpikiran negatif tentang Aaron.

Riko menatap langit. "Sekalipun bos kita hebat dan menyeramkan, dia punya hati yang baik. Mana ada Bos yang mau menjadi umpan seperti itu?

Semua anak buah Aaron mengangguk-angguk.

"Hades akan selalu melindungi para anak buahnya. Kalian harus percaya itu. Saat Bos diangkat menjadi Hades 5 tahun lalu, dia bersumpah untuk melindungi kita. Itulah sebabnya kita harus percaya dan tidak boleh meragukan Bos lagi."

"Baik."

….

Aaron masuk ke dalam ruang perawatan Haya. Gadis itu tengah tertidur. Luka tusukan dipinggang Haya sudah diperban. Kondisi gadis itu juga sudah membaik meskipun kehilangan banyak darah.

Bahu Aaron sudah mulai membaik setelah mendapat perawatan dari rumah sakit. Sejak semalam Aaron tidak sabar bertemu Haya. Sayangnya banyak polisi menjaga kamar perawatan Haya. Aaron sampai tidak punya kesempatan menemui gadis itu. Dirinya baru punya kesempatan bertemu Haya saat para polisi meninggalkan ruang perawatannya.

Melihat Haya yang tertidur pulas membuat hati Aaron lega. Dia khawatir terjadi sesuatu yang buruk pada Haya. Gara-gara itu dirinya tidak bisa tidur semalaman.

Dengan lembut Aaron membelai rambut Haya. Gadis itu paling cantik dan manis saat sedang tertidur.

"Kenapa kamu melindungiku?" tanya Aaron pada Haya yang tengah tidur.

Aaron masih ingat wajah berani Haya yang berdiri di depannya berusaha menghadang para anak buah Tuan Budi. Dia juga masih ingat bagaimana Haya memeluknya saat Tuan Budi berusaha menusuknya.

"Apa kamu gak takut mati? Memangnya kamu punya berapa nyawa?" tanya Aaron lagi.

Tak ada jawaban.

Aaron mencium kening Haya. "Cepatlah bangun, Haya. Jangan tertidur seperti ini. Setelah bangun nanti, kamu boleh mengomeliku. Kamu boleh memakiku seperti biasanya. Aku akan diam. Aku gak akan membantah semua perkataanmu."

Aaron membelai pipi Haya. Dia menggenggam tangan Haya dan mencium punggung tangan gadis itu.

"Kamu adalah kehidupan yang kucari. Kehidupan yang Hades butuhkan," bisik Aaron. "Karena itu kamu harus segera sehat dan memarahiku seperti biasanya."

Melihat Haya yang tengah tertidur juga membuat api kemarahan di dada Aaron mulai berkobar. Ada seseorang yang harus bertanggung jawab atas terlukanya Haya. Orang itu adalah Tuan Budi beserta anak buahnya!

Lalu Aaron keluar dari ruang perawatan Haya. Dia merogoh ponselnya.

"Riko, bawa Tuan Budi ke hadapanku," perintah Aaron.

"Tapi Tuan Budi saat ini sedang ada dalam pengawasan polisi," kata Riko diujung sana.

"Aku gak mau tahu! Kamu harus membawa keparat itu dihadapanku dua jam lagi. Aku akan membununuh bajingan itu dengan kedua tanganku!"

"Ba-baik, Bos."

Aku tidak akan pernah mengampuni orang yang sudah melukai Haya, batin Aaron geram.

avataravatar
Next chapter