webnovel

Buket Bunga Krisan

Nicholas masih membeku tanpa bergerak sedikit pun ketika dia bisa melihat wajah cantiknya dari dekat.

Nicholas bisa melihatnya dengan sangat jelas sekarang, rambut hitam bergelombangnya yang begitu indah, alisnya yang begitu rapi terbentuk seperti pahatan sempurna dari Artis terkenal, hidungnya sangat mancung, warna hitam pekat di bola matanya membuatnya terlihat seperti boneka Barbie yang ingin dipeluk dan dipegang oleh Nicholas. Dan terlebih lagi pipinya yang tidak terlalu chubby, membuat Nicholas ingin mencubitnya perlahan, dan bibir tipisnya yang seksi membuat Nicholas sulit untuk menelan air liurnya.

"Hei, apakah ini yang aku pesan?"

Nicholas tersentak dan mengerjap beberapa kali, ketika menyadari bahwa gadis yang berada di hadapannya itu melambaikan tangannya di depan wajahnya.

"Ah, ya, aku rasa ini adalah karangan bunga yang kamu pesan," kata Nicholas gugup di depannya.

Oh, kenapa aku harus gugup, kenapa aku tidak berpura-pura menjadi keren dan lebih berwibawa, agar dia bisa melihatku sebagai pria yang sempurna di matanya.

Tapi aku tahu, dia bersama temannya, memanggilku seperti itu, jadi aku tidak berharap lebih darinya. Batin Nicholas berkecamuk saat mengingat kejadian itu di lapangan.

"Hei, aku sudah bertanya hampir lima kali, apakah keenam kalinya aku akan mendapatkan hadiah darimu?" Emily bertanya sambil memberinya tawa lucu di depan Nicholas.

Tolong, kendalikan dirimu, Nicholas, beranilah di hadapannya. Batin Nicholas.

"Ah, ya, ini pesanan kamu, aku rasa, hmm, aku akan memberikan bonus kepadamu, ini gratis untukmu," kata Nicholas sambil tersenyum lebar sembari menyerahkan buket bunga krisan yang baru saja selesai dia buat.

"Hah, serius? Aku hanya bercanda," jawabnya agak terkejut ketika mengetahui bahwa buket yang dipegangnya adalah gratis.

"Ah, ya. Gratis untukmu," kata Nicholas, menjawab apa yang baru saja dia tanyakan.

"Terima kasih... hm..."

Dia menjawab sambil mengulurkan tangannya di depan Nicholas.

Nicholas melihat tangan Emily yang halus ada di depannya, dia dengan cepat meraihnya.

Sial!, tangannya halus sekali.

"Nicholas, eh Nicholas Reiss," kata Nicholas sambil tersenyum padanya, menurutnya senyum yang dia berikan padanya, adalah senyum paling tampan darinya.

"Hei, Nicholas..."

"Ha... Hai..."

"Emily, Emily Blunt,"

"Ah, Hai Emily Blunt, senang bertemu denganmu,"

Mata mereka berdua terkunci untuk sesaat, dengan senyum simpul terukir di wajahnya, membuat Nicholas tidak bisa menahan kesenangan ini. Meskipun dia baru bertemu dengannya di sekolah pagi ini, namun kesempatan langka itu membuat dia bisa langsung memegang tangan lembut dari Emily.

Apa yang aku impikan tadi malam...

Aku langsung berhenti sejenak, ketika aku memikirkan kalimat 'mimpi apa yang aku alami tadi malam'

Aku menarik kembali kata-kata ku, karena tadi malam adalah mimpi buruk bagi ku, dan aku tentu tidak ingin mengulanginya.

"Haha, apakah kamu sendirian di sini?"

Dia tiba-tiba bertanya kepada Nicholas sambil melihat ke ruang toko bunga tersebut.

"Ah, ya. Aku sendirian sekarang karena giliran kerjaku sepulang sekolah sampai pukul enam malam. Bagaimana kamu menemukan toko kecil ini?" Nicholas bertanya lagi padanya dengan mengajukan pertanyaan kecil.

"Ah maaf,"

Nicholas melepaskan tangannya, ketika dia menyadari bahwa Emily melihat tangan mereka berdua yang masih terikat.

"Haha, tenang saja. Aku hanya sengaja mampir, ketika mencoba mencari di Google Maps dan menemukan bahwa tempat ini adalah saran terbaik yang bisa diberikan google." Dia menjawab sambil tersenyum pada Nicholas, dia memeluk buket bunga krisan sambil berjalan untuk melihat area ruangan di toko bunga itu.

"Kamu murid baru, di SMA James Ford Rodhes," tanya Nicholas mencoba mengalihkan topik pembicaraan dengannya.

Dia hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum padanya.

"Aku melihatmu di lorong, dan di tengah lapangan," Ujar Emily menimpali.

Hati Nicholas terasa seperti akan meledak ketika dia mengatakan itu. Ternyata Emily memperhatikannya juga, namun Nicholas tidak berharap jika Emily juga tertarik padanya.

"Ah, kamu melihatnya hehe," jawab Nicholas berpura-pura malu di depannya sambil menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

Emily berjalan menuju sebuah kursi di sudut ruang toko, dimana di toko tersebut memang terdapat sebuah kursi yang sengaja disediakan untuk para pembeli yang ingin menunggu pesanannya.

Nicholas baru saja akan berjalan ke arahnya, tiba-tiba dia berdiri lagi dan melihat ke layar ponselnya.

"Halo, ya, aku di tempat tadi. Ya, saya menunggumu,"

Dia berkata dengan tergesa-gesa, Nicholas mengira dia sedang berbicara dengan seseorang yang akan menjemputnya.

Dia memandang Nicholas sejenak, lalu mendekatinya.

"Terima kasih untuk karangan bunganya, lain kali aku akan menggantinya. Ini nomor teleponku,"

Emily berkata sambil tersenyum manis padanya, lalu dia menyerahkan selembar kertas dengan nomor telepon tertulis di kertas tersebut..

Kemudian dengan cepat Emily berlari, menuju mobil Panther hitam, yang berhenti di depan toko bunga tersebut.

Nicholas belum sempat berterima kasih padanya, tapi dia sudah berada di dalam mobil hitam itu. Mata Nicholas terus melihat ke arah di mana mobil hitam itu perlahan meninggalkan bagian depan toko bunga yang ia jaga.

"Yes, akhirnya!" Nicholas bersorak gembira ketika dia bisa mendapatkan nomornya tanpa harus meminta kepadanya.

Ya, ini akan menjadi awal yang baru bagi ku. Semoga aku tidak salah mendekatinya.

***

Sementara di sisi lain, Richard yang baru saja tiba di rumahnya, Ekspresi yang panik itu masih belum bisa hilang dari raut wajahnya.

"Halo sayang, ayo makan malam dulu"

Ibunya mengajaknya untuk bisa menikmati makan malam, saat ia baru saja masuk ke dalam rumah.

"Richard akan makan sendiri, Bu, sekarang aku masih kenyang," jawab Richard singkat lalu langsung menuju kamarnya.

Ia yang berhasil lolos dari pertanyaan ibunya, langsung melempar tas ransel yang dibawanya, lalu dengan cepat ia duduk di depan komputernya.

Dia mengeluarkan laci kecil, yang ada di meja komputernya,

[Mengetik]

Dia menulis sesuatu di keyboard yang sekarang dia mainkan dengan jari-jarinya. Dan di layar komputernya, tertulis di pencarian Google.

[Manusia Serigala]

[Enter]

[Manusia Serigala adalah ....]

Ada begitu banyak artikel yang keluar ketika dia tiba-tiba mencari kata kunci seperti itu.

Kemudian tidak lama setelah itu, suara mengetik dari keyboard terdengar lagi.

[Apa yang akan terjadi ketika Bulan Purnama tiba, bagi Manusia Serigala?]

[Enter]

[Saat bulan purnama tiba, di tengah malam. Manusia Serigala, yang haus darah, akan mencari mangsanya...]

Richard dengan cepat kemudian mengeluarkan pencarian yang dia lakukan barusan, dia menutup beberapa Task Bar di komputernya. Kemudian dia meletakkan kembali keyboard di mejanya.

Dia berjalan dan berbaring di tempat tidurnya yang empuk.

Pikirannya dibanjiri begitu banyak pertanyaan yang kini muncul di kepalanya, setelah apa yang terjadi, dia tidak bisa berpikir positif tentang temannya, sehingga membuatnya paranoid tentang hal itu.

"Oh, ya. Kapan bulan purnama terdekat..."

Richard teringat akan sesuatu, dia segera membuka ponselnya dan mencari di pencarian Google.

[Bulan Purnama Terdekat 2022]

[Enter]

[Selasa, 1 Maret 2022]

Matanya melebar seketika ketika dia tahu bahwa bulan purnama akan datang dalam dua hari.

"Sial, apa yang harus aku lakukan?"