3 Tiga

Rutinitas pagi yang tak pernah berubah yaitu memasak sarapan di dapur asrama perempuan Syabilla dengan tekun menjalani aksinya yang suka memasak itu, sementara Ayya sedang sibuk berbenah kamar karena dia tidak suka tempat itu terlihat tidak rapi.

Setelah selesai memasak Syabilla memutuskan untuk kembali kemar dan di sana sudah tidak ada Ayya yang menjadi fokusnya tadi. Ketika Syabilla tenggelam dalam ke sibukannya dia mengisi beberapa lembar buku Diari yang selalu dia bawa dan di dalam sana selalu tertulis manis pahitnya hidupnya.

12 Mei

"ketika langkah kaki ini memasuki ruangannya, aku bertemu dengan mata teduh itu mata yang menyiratkan ketegasan luar biasa. Zalim kah aku jika menyimpan sedikit kekaguman kepada dia, dia yang mungkin telah menjadi jodoh orang lain. tapi Aku meminta kepada Mu wahai Allah yang Maha pemberi " aku ingin berjodoh dengannya, aku ingin menulis lembaran kisah hidup dengannya"

Tangan Syabilla berhenti menulis ketika sebuah deringan telpon menggema di dalam kamar itu hingga dia mencari-cari sumber suaranya tapi suara itu berhenti ketika Syabilla sudah menemukan telpon milik Ayya yang berdering sakilas dia sempat melihat nama panggilan tak terjawab " itu dari pak Adam" fikir Syabillah "tapi untuk apa bukankah ini hari minggu" Hp itu masih di tangan Syabilla ketika dia ingin meletakkan Hp itu sebuah pesan singkat masuk, hal itu membuat Syabilla kaget karena getaran Hp itu tapi yang membuat dia makin kaget adalah sebuah pesan singkat masuk dari pak Adam. Syabilla gigit jari ragu untuk membuka pesan itu tapi keinginan untuk membuka makin kuat.

Biarlah jahat dengan membuka pesan singkat orang lain, ketika jari itu ingin melakukan dosa membuka pesanan singkat orang lain Ayya masuk ke kamar itu.

"Bil ngapain? " Syabilla kaget dengan sapaan sederhana dari temannya itu.

"ini tadi ada telpon" Syabilla menyerahkan Hp itu. "dari siapa? " tanya Ayya

"tiga panggilan tidak terjawab dari pak Adam" sahut Syabilla, terlihat guratan kaget di wajah Ayya ketika mendengar nama Pak Adam di sebutkan dalam pembicaraan mereka. Syabilla menyerahkan hp itu dan ingin meninggalkan Ayya dengan kegusaran yang melanda hatinya.

"Syabilla" Panggil Ayya ketika langkah kaki perempuan itu sudah hampir meninggalkan kamar mereka. Syabilla berbalik untuk menatap langsung kepada teman baiknya itu dia mengulaskan sebuah senyuman.

"perlu bantuan? "

"soal pak Adam" kata Ayya mulai meragu, dia ragu ingin berkata apa dan bagaimana serta memulai dari mana dia menjelaskan tentang semua ini. Syabilla menaikan alisnya karena Ayya tak kunjung ingin melanjutkan apa yang ingin dia sampaikan.

"tenang saja, aku tidak membuka atau menerima panggilan telpon itu" Sahut Syabilla memberikan ketenangan untuk temannya itu yang mungkin takut rahasianya akan terbongkar jika Syabilla sampai tau tentang semua ini.

"sudahlah, aku hari ini ada janji kita biacara lain kali ya" Syabilla meninggalkan Ayya yang masih bungkam dengan kata-katanya.

Balkon lantai dua disanalah Syabilla Hayat berdiam diri menikmati semilir angin pagi, dia memejamkan matanya meresapi perasaannya. Tadi dia berbohong tentang membuka isi pesan singkat yang dikirim pak Adam kepada Ayya. Syabilla membukanya dan membaca isi pesan singkat itu

"kita bertemu hari ini, aku sudah memesan cincin untukmu. Semoga kamu menyukainya!" pesan itu sungguh membuat Syabilla kecewa sekaligus bahagia bersamaan, temannya akan menikah dengan orang yang tepat karena kehidupan Ayya jauh dari kata baik. Hidup dengan paman yang sering memukulnya dan tidak pernah mendapatkan cinta dari kedua orangtua karena keduanya telah meninggal ketika Ayya kecil yang tidak tau apa-apa. Hidup dengan paman yang sering memukulnya dan bibi yang hanya menjadi penonton ketika tubuh ringkih Ayya menerima beribu pukulan yang entah dari kesalahan apa yang telah dia lakukan. Syabilla mengikis air mata yang mengalir dari sudut matanya "cinta itu milik dia dan aku hanya orang asing yang kebetulan mengagumi sosok itu"

***

Rak-rak buku dengan berbagai harga berjejer rapi memenuhi rak khusus mata Syabilla meneliti setiap buku yang akan dia baca dan mungkin saja akan dia beli. Dokusnya tidak teralihkan dengan apapun dia sibuk dengan dunianya sendiri. Ada beberapa buku yang dia perlukan akhirnya dia ambil, berjalan kekasir dengan membawa buku itu.

"kita hitung dulu ya mba? " kata si penjual yang begitu ramah, setelah mengangguk Syabilla mengedarkan pandangannya lagi kepada rak buku yang belum dia jelajahi. Ada satu buku yang menarik matanya hingga membawa langkah kakinya untuk menuju kesana, ketika tangannya akan terulur untuk mengambil buku itu ada sebuah tangan lain yang juga menginginkan buku itu dan buku itu berpindah ketangan orang itu karena Syabilla tiba-tiba melepaskan buku itu. Dia melihat kesamping dan ternyata seorang pemuda yang mungkin lebih tua sedikit darinya..

"maaf mba! buku ini untuk saya ya! adik saya ingin hadiah buku ini" kata lelaki itu seperti memohon di antara wajah tegasnya.

"iya tidak apa-apa "

"alhamdulillah terimakasih mba"

Lelaki itu langsung pergi ketika Syabilla mengangguk ramah dengan lelaki itu. Ketika dia sudah sampai di kasir untuk membayar semua buku yang dia beli Syabilla kaget luar biasa karena buku itu sudah di bayar.

"bukunya sudah di bayar mba" kata penjaga kasih itu dengab ramah.

"siapa yang bayar mba? "

"dia bilang dia teman mba, itu orangnya " tunjuk penjaga kasir itu kepada seorang lelaki yang saat ini sudah jauh meninggalkan toko yang terlihat hanya punggung tegapnya dan jalan cepat untuk meninggalkan tempat itu.

"terimakasih mba" Syabilla meninggalkan toko itu dengan pikiran yang bingung dia mendapatkan buku gratis hari ini senyumnya mengembang ketika dia ingat tabungannya tidak jadi terpakai karena bukunya sudah di bayar.

"dapet bukunya Syabilla ?" Kata Niken yang baru saja dari toilet.

"dapet dong" tawanya sumringah, di balik tawa itu ada seseorang yang ikut tersenyum ketika melihat tawa Syabilla renyah tanpa beban.

"ayo jalan lagi! "

Niken menarik tangan Syabilla untuk memutari pusat perbelanjaan mewah, Syabilla terbilang orang awam dari desa yang tidak pernah menginjakkan kaki di pusat perbelanjaan mewah ini, dulu saat kuliyahpun dia tidak berani belanja di sini karena jatah uang bulanannya tidak akan mencukupi untuk sekedar minum dan makan di sini Niken terbilang orang berada karena dari dulu orang tuanya memang kaya teman kuliyahnya ini bahkan bekerja di sebuah kantor ternama hingga uang bulanannyapun melimpah.

Langkah kaki mereka memasuki toko perhiasan karena Niken ingin membelikan ibunya sebuah cincin. Deretan cincin berbentuk manis ada di sana dan sekali lagi Syabilla tidak pernah melihat yang seperti ini.

"Syabilla.. ini bagus tidak? " kata Niken yang menarik tangannya untuk mendekat

"bagus" katanya singkat, ketika matanya memandang sekeliling Syabilla mengenali sosok perempuan dalam balutan gamis merah muda terlihat anggun, detak jantung Syabilla makin cepat ketika dia melihat perempuan itu tersenyum dengan manisnya.

"itu Ayya" satuka kata itu dalam benak Syabilla menciutkan semangatnya, dia sudah berjanji untuk melupakan dan berdo'a yang terbaik untuk Ayya tapi hati kecilnya merongrong jahat dan mersa tidak mau menerima. "istigfar Syabilla! dia bukan untukmu tapi untuk sahabat mu" bekali-kali Syabilla mengusap dadanya yang tersa sakit hingga mata Ayya juga memandang ke arah Syabilla dia juga keget luar biasa, mukanya pucat pasi tapi ketika mata Syabilla bertemu dengan Ayya dia dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah cincin yang di sodorkan Niken kepadanya.

"aku beli yang ini saja ya Syabil! "

"iya, itu terlihat bagus"

Setelah membayar ke kasir Niken dan Syabilla pergi meninggalkan toko perhiasan itu, sementara Ayya masih dengan ketakutannya dia bingung harus menyampaikan seperti apa kisah dia dan Pak Adam, apakah Syabilla akan menerima maafnya kerena sudah menyembuhkan ini semua sementara dia selalu tau dengan kisah hidup sahabtnya itu.

***

avataravatar
Next chapter