webnovel

Swords Of Resistance: Endless War [Indonesia]

Sebuah kisah fantasi di Alam Semesta paralel tentang pertarungan politik dari para Raja dan Penguasa. Dimulai dari peperangan, intrik politik, hingga drama kehidupan. Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama tokoh, tempat, kejadian, dan sebagainya hanyalah kebetulan dan atau terinspirasi dari hal-hal tersebut.

VLADSYARIF · Fantasy
Not enough ratings
96 Chs

Bab 67, Memburu Lindworm

Sebuah helikopter mendarat di halaman sebuah rumah yang berukuran besar yang terletak di Kota Berlin. Simone turun dari helikopter berwarna biru gelap tersebut dan langsung mendapatkan pelukan hangat dari Athena dan juga Vivi.

"Selamat datang di Berlin, ibu," kata Athena.

"Mom," kata Vivi.

"Athena, Vivi," kata Simone membalas pelukan anak kandung dan anak tirinya.

Elizabeth berjalan menghampiri Simone dan memeluknya, "Apakah kau baik-baik saja Simone? Mengingat akhir-akhir ini kau terlibat banyak tragedi."

"Aku baik-baik saja, Nyonya Kanselir. Kau tak perlu mengkhawatirkan diriku," jawab Simone dengan suaranya yang lembut.

Simone menunduk dan memeluk perut Elizabeth. Dia mengelus perutnya dan menciuminya, "Yang sehat dan baik, yah, Anak-anakku. Mommy sudah tidak sabar lagi ingin bertemu dengan kalian semua."

Simone memasuki rumah Kanselir Leopold. Di ruang tamu rumah tersebut, ada seorang perempuan tua yang mengenakan pakaian tradisional khas Russia yang tengah mengobati kaki Charlemagne yang patah akibat kecelakaan bermotor. Dia adalah Puteri Catherine Olga Mikhailovna von Holstein-Gottorp-Romanov, ibu dari Stadtholder Nikolaus.

"Kamu kenapa Charlemagne?" tanya Simone.

"Aku habis kecelakaan bermotor tadi malam. Untungnya saja masih hidup," jawab Charlemagne. "Salahku yang mengendarai motor dalam keadaan mengantuk."

"Lain kali hati-hati, Charlemagne. Mommy benar-benar tidak ingin tertimpa tragedi berturut-turut," kata Simone yang wajahnya terlihat sangat khawatir.

Perempuan tua itu menatap ke arah Simone. "Apakah kau Simone van den Bosch?"

"Iya, aku Simone van den Bosch. Lama tidak berjumpa, Puteri Olga," jawab Simone.

"Aku senang kau masih hidup dan sayangnya waktu ada pertemuan di rumahnya nak Elizabeth, aku tidak bisa datang karena sedang sibuk merawat banyak pasien," balas Puteri Olga. "Nanti habis Charlemagne, giliran aku mengobatimu, yah, nak Simone. Pundak kananmu habis tertembus peluru."

"Baiklah, terima kasih, Puteri Olga."

"Athena, nanti ambilkan susu segar satu kaleng," perintah Puteri Olga.

"Baik, Nenek." Athena berjalan ke arah dapur untuk mengambil sekaleng susu segar yang ada di kulkas. Dia kembali lagi ke ruang tamu dan duduk di samping Puteri Olga.

"Sekarang kamu sudah berjalan seperti biasa, Charlemagne. Terus kalau mengantuk, jangan naik kendaraan pribadi. Jangan cari bahaya dan ini demi kebaikanmu!" tegas Puteri Olga.

Charlemagne bangkit dari tidurnya dan dia bisa berjalan dengan normal seperti sedia kala.

"Hebat sekali. Padahal hanya disiram dan dioles susu bisa menyembuhkan tulang seperti normal kembali," kata Vivi yang takjub.

Puteri Olga mengambil susu kaleng tersebut dan membukanya. Dia lalu membuka kerah bajunya Simone. Simone terlihat panik diperlakukan seperti itu.

"Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," kata Puteri Olga.

Setelah membuka kerah baju Simone. Puteri Olga menyiram pundak bagian kanan Simone dengan susu lalu mengelusnya secara perlahan. Jika dilihat secara teliti, Puteri Olga tengah menyalurkan 'mana' yang dia miliki ke pundak bagian kanan Simone, untuk memperbaiki struktur tulang pada pundak bagian kanannya. Dia menepuk pelan pundak bagian kanan Simone, dan berkata, "Sekarang kau sudah normal lagi. Karena lukamu hanya selebar proyektil peluru, jadi sudah sembuh dengan cepat."

"Terima kasih, Puteri Olga."

"Sama-sama, nak Simone." Puteri Olga berjalan keluar dengan diikuti Keluarga Kanselir Leopold. "Maaf, yah. Aku tidak bisa lama-lama. Aku mau menjemput ketiga cucuku di sekolah."

Puteri Olga beranjak pergi meninggalkan mereka dengan diikuti dua orang perempuan dan dua orang laki-laki berbadan kekar yang merupakan Pasukan Pengawal.

"Dia adalah Wizard yang legendaris. Seorang Dokter Tulang paling hebat yang pernah ada. Dengan susu dan kemampuannya sebagai Wizard. Dia bisa menyembuhkan berbagai masalah pada tulang. Puteri Olga, Wizard Romanov penyembuh tulang," ungkap Simone.

"Dia adalah sosok ibu yang sangat sabar juga penyayang. Walaupun Nikolaus sering berkelahi. Namun Puteri Olga dan Pangeran Ludwig Hubert sangat menyayanginya," kata Elizabeth.

.

.

Sekitar enam orang lelaki dan tiga orang perempuan tengah berkumpul di sebuah kafe di Kota Braunschweig, Inggris Raya. Mereka duduk di sebuah meja besar yang berbentuk lingkaran.

"Aku tidak pernah menyangka bahwa kita akan berkumpul di sini. Walaupun secara politik hubungan antara Prussia dengan Inggris Raya dan Hesse tergolong dingin," kata Matthias Albert de Vries menatap ketiga orang dari Inggris Raya dan Hesse.

"Jaga bicaramu, vampir," kata seorang Perempuan Inggris Raya bermata biru dan bermabut panjang bergelombang berwarna pirang dengan gaya bicaranya yang berlogat Skotlandia. Dia bernama Emilia Stewart McKay.

"Kalian seharusnya tidak ribut. Mengingat kita semua sudah dewasa, bukan lagi remaja tanggung," kata Antonia berusaha mendinginkan suasana. "Aku rasa hubungan politik ketiga negara tidak sedingin yang orang kira. Buktinya para Politikus dari kubu oposisi di Inggris Raya dan Hesse sering berkomunikasi dengan Berlin. Begitupula sebaliknya dan itu adalah hal yang wajar dalam catur politik."

"Kau memang orang yang bijaksana, Pangeran Antonia. Pikiranmu luas dan kalimatmu tidak sembarangan," kata Wilhelm Knyphausen memuji Antonia sekaligus menyindir Matthias, dan Emilia Stewart McKey.

Matthias berusaha untuk bersikap sabar dan dia juga mawas diri, karena kerusuhan kecil ini dimulai oleh dirinya. "Baiklah, aku minta maaf, jika tadi ada salah kata. Aku tidak bermaksud buruk dengan kalian semua."

Emilia Stewart McKey melipat kedua tangannya. Ekspresi wajahnya terlihat angkuh dan dia menatap remeh Matthias.

"Sepertinya kalian berdua memang jodoh," celetuk Antonia.

Matthias dan Emilia sempat saling lirik sebentar dan mereka berdua segera memarahi Antonia. "Diam, kau!"

Wilhelm Knyphausen berdiri dari tempat duduknya. Dengan diikuti kedua rekannya, mereka beranjak pergi. Hal itu diikuti oleh Emilia Stewart McKay, Antonia, dan kawan-kawan mereka.

.

.

Terletak dua puluh tiga kilometer sebelah utara Kota Braunschweig. Kesembilan orang itu tiba di sebuah Kota kecil yang bernama Crame. Mereka semua berpenampilan layaknya warga sipil pada umumnya, meskipun mereka menyimpan senjata api mereka di dalam tas biola yang mereka bawa pada punggungnya.

"Tempat ini terasa nyaman dan tenang. Jauh dari ramainya Kota Hannover dan Braunschweig," kata Matthias yang tengah berjalan menikmati kedamaian di Desa Crame.

"Sepertinya kau keseringan hidup di Kota sehingga tidak bisa menikmati nyamannya suasana pedesaan," balas Emilia McKey.

"Tidak juga. Mungkin karena aku sering bekerja di Kota sehingga lupa akan nikmat dan tenangnya suasana pedesaan," balas Matthias.

Mereka secara rahasia memasuki halaman sebuah bangunan berukuran besar yang terletak di pinggiran Desa Crame dari sembilan arah yang berbeda. Dari dalam rumah tersebut, mereka sudah disambut berondongan peluru.

"Sialan, mereka telah mengetahui keberadaan kita," keluh seorang perempuan berwajah India dan berkulit cokelat yang bernama Anushree Chattarak.

Emilia McKey menembakkan granat lontarnya ke arah rumah tersebut. Tembakannya memasuki sebuah ruangan, dan terjadi sebuah ledakan di sana.

Ini adalah operasi gabungan antara Inggris Raya, Hesse dan Prussia yang dilakukan di wilayah Hannover, Inggris Raya. Operasi ini dilakukan untuk memburu salah seorang teroris yang bernama Daniel Hössler yang memiliki hubungan dengan kelompok yang melakukan pembantaian di Prussia serta penembakan massal di Kota Wolfenbüttel.

Baku tembak masih berlangsung antara kesembilan orang tersebut melawan seorang teroris yang bernama Daniel Hössler.

"Sialan, aku tak menyangka kalau Prussia, Inggris Raya, dan Hesse mau bekerja sama, walaupun mereka bersitegang," kata Daniel Hössler memperhatikan arah tembakan dari kesembilan musuhnya.

"Kau tahu dari mana kalau mereka berasal dari ketiga negara tersebut?" tanya salah seorang lelaki berkepala botak yang bernama Marc Heuser.

"Aku hapal betul aura orang dari setiap negara," balas Daniel Hössler, seorang lelaki berambut gondrong berwarna hitam dengan matanya yang berwarna biru dan memancarkan cahaya. "Sepertinya mereka melancarkan operasi besar-besaran di wilayah Hannover."

Suara tembakan dari arah luar berhenti. Daniel terkejut karena dia tidak merasakan kehadiran kesembilan musuhnya. Hal ini terjadi berkat kemampuan Matthias yang bisa menyamarkan aura dari dirinya beserta rekan-rekannya.

"Kemana perginya mereka. Aku tidak merasakan keberadaan mereka," pikir Daniel. Dia melirik Marc, "Berapa korban dari pihak kita?"

"Ada sekitar tiga orang dan kini hanya tersisa kita berdua," jawab Marc.

Daniel memukul mejanya hingga rusak. Dia terlihat sangat marah. "Sialan, beraninya mereka membunuh ketiga perempuan kita."

"Kalau gitu, aku akan gunakan kartu as-ku," kata Marc. Dia menyuntikkan sebuah cairan ke lehernya. Perlahan tubuhnya mengalami reaksi, dan Marc berteriak dengan keras layaknya seekor Singa. Perlahan tubuh Marc mengalami transformasi, di mana dia berubah menjadi Manusia Singa dengan memiliki sepasang sayap berbentuk Naga.

Marc segera terbang keluar dari rumah tersebut. Begitu dia keluar, dia disambut oleh berondongan peluru dari Antonia.

"Matilah kau, Chimera sialan!" teriak Antonia yang menembaki Marc dalam wujud Chimera-nya.

Marc segera terbang menuju ke arah Antonia, dan menerjangnya. Antonia terjatuh dan mengalami luka akibat cakaran yang dilancarkan oleh Marc. Antonia yang terjatuh segera mengambil senapannya dan menembaki Marc.

Marc dengan gesit menghindari setiap tembakan yang dilancarkan oleh Antonia. Marc menyemburkan sebuah kobaran api yang begitu lebar ke arah Antonia.

Wilhelm menempelkan tangan kanannya ke arah tanah, sehingga Antonia dilindungi oleh sebuah dinding tanah yang melindunginya dari kobaran api.

"Aku berhutang kepada orang yang melindungiku dari kobaran api," kata Antonia yang berlindung di balik dinding api yang dibuat oleh Wilhelm.

"Kau bisa membayarnya nanti, setelah kita menghabisi mereka," balas Wilhelm.

Dinding tanah tersebut segera hancur dan Wilhelm menembakkan ribuan tanah yang telah dia keraskan ke arah Marc yang tengah melayang di angkasa. Tubuh Marc langsung hancur seketika ketika ribuan tanah yang keras itu menghancurkan tubuhnya. Wilhelm dikenal sebagai alkimia batu dan juga seorang pengendali tanah. Dia juga dikenal sebagai pengendali tanah yang mampu mengeraskan tanah dan menembakkan tanah yang sudah keras itu layaknya senapan mesin.

"Wilhelm, The Sniper Stone," kata Daniel menatapnya.

"Menyerahlah, Daniel. Kau tidak perlu melawan dan mati konyol seperti mereka!" teriak Emilia McKey. "Kalau kau menyerah, kami akan menjamin nyawamu."

"Kalian semua tidak dipercaya. Lebih baik aku mati sebagai Ksatria, daripada menyerah layaknya para pecundang." Daniel meminum sebuah cairan sihir yang merupakan cairan darah tiamat.

Setelah meminumnya, tubuh Daniel mengalami reaksi dan berevolusi menjadi seekor naga. Tubuh Naga tersebut perlahan membesar dan menjadi seekor naga lindworm, yaitu naga berukuran panjang dengan kedua tangan di bagian depannya.

Lindworm itu segera keluar dari rumah tersebut, di mana ekornya menyapu Antonia, Emilia, dan rekan mereka. Lindworm itu bergerak dengan sangat cepat menuju ke tengah Desa Crame, dan menyemburkan apinya. Suasana Desa yang begitu hening di malam hari, kini menjadi lautan api yang membakar rumah-rumah beserta penghuninya yang tengah tertidur.

Daniel dalam wujud naga lindworm tengah mengamuk dan membakar Desa.

Sebuah patahan tanah muncul dengan ukuran yang tinggi. Di mana seorang lelaki berdiri di atasnya. Wilhelm menatap naga lindworm tersebut dengan tatapan mata yang tajam.

Dari atas patahan tanah tersebut. Wilhelm melakukan sebuah gerakan yang merupakan teknik pengendalian tanah. Tanah-tanah di bawah segera berubah menjadi lonjakan-lonjakan batu yang begitu tajam dan melukai tubuh naga lindworm tersebut. Gerakan terakhir dari Wilhelm memunculkan sebuah lonjakan batu yang begitu besar yang langsung menusuk dan menghancurkan kepala naga lindworm tersebut.

"Sekarang kau telah aku kirim ke neraka, Daniel," ucap Wilhelm.

Lindworm tersebut telah ditaklukan, walaupun penduduk Desa banyak yang tidak diselamatkan karena terbakar oleh api.