16 Sweet Sinner | 5.2

Rapat pagi itu berjalan sesuai rencana dan keinginan Robert, tanpa henti ia memberi instruksi kepada para petinggi perusahaan dan investor tentang cara yang mudah menarik perhatian perusahaan lain. Seluruh produk di LX Corporation tidak diragukan kualitas dengan kuantitas melimpah ketika Robert mulai memimpin perkembangan perusahaan. Ia mampu membangkitkan kembali bisnis keluarga yang sempat jatuh, cara-caranya memang tidak biasa karena Robert mempunyai banyak trik cerdas yang mampu membuat perusahaan-perusahaan di bawah naungan LX Corporation mencapai tujuan,

     "Ada pertanyaan?" Robert menutup map di atas meja.

     "Aku rasa tidak!" Edo mengangguk pelan karena ia paham instruksi atasannya.

     Sebelum Robert keluar dari ruangan ia sempat berinisiatif untuk memperkenalkan Persia secara sah di depan para petinggi perusahaan. Meski Persia enggan untuk berdiri di depan itu bukan aturan karena Robert memberi keyakinan,

     "Jangan takut, ada aku!" Kemudian Robert meraih tangan Persia untuk mencoba menguatkan.

     Semula Persia merasa gentar karena ini pengalaman pertama ia bekerja terutama di perusahaan asing ternama di Amerika, apalagi status bagian yang menurut Persia sangat penting dan ia sama sekali tidak memiliki strategi. Gelisah itu berubah ketika Robert meyakinkan dengan merengkuh tangannya, meski tanpa kata itu mampu membuang kebiasaan Persia merenyuk jemarinya sendiri ketika merasa takut.

     Hal sepele itu diperkirakan Edo jika Robert berperan seperti dirinya dulu, saat-saat Persia akan menghadapi ujian bahkan ketika berpidato saat Persia mendapat nilai tertinggi di kampus. Edo masih jeli menerima keadaan Persia yang jarang diketahui orang kini Robert menguasai tangan Persia, dan secara jelas Edo tahu jika Persia merasa nyaman ketika jemarinya menyatu di antara sela-sela jari Robert.

     Entah keadaan atau memang Persia menemukan perbedaan karena ia sendiri tidak paham mengapa dirinya mampu berdiri tanpa rasa ragu, terutama ketika berpidato memperkenalkan diri di depan orang-orang penting. Jujur, itu lebih menggetarkan dan gugup dibanding saat Persia menghadapi siapapun selama ia hidup. Tapi bukan hari di mana Persia berhasil menguasai acara rapat. Kemudian Persia tersenyum puas dengan hasil kata-kata yang mampu ia rangkum, tanpa sadar Persia tersenyum manis kearah Robert,

     "Aku berhasil!" Tiba-tiba Persia mempererat genggaman tangannya dengan Robert.

     'Dia gadis yang mengagumkan, dia sangat keren dengan pengalaman pertamanya yang luar biasa' Batin Robert merancang keyakinan. Ia pun membalas senyuman cantik itu dengan mengecup punggung tangan Persia. Tatapannya tajam mengadukan hal yang sulit Robert mengerti, ia membenci sekaligus gagal menyembunyikan rasa bangga.

     Sebagai ganti karena Persia sudah resmi menjadi anggota tim Robert merencanakan sebuah pesta kecil yang akan dilakukan setelah ia kembali dari Jepang. Tugas yang tidak bisa diwakilkan oleh siapapun itu tiba-tiba Robert malas untuk pergi, tapi ia tetap peduli dengan bisnis tanpa ingin menyadari jika perasannya enggan berjauhan dengan Persia.

[...]

     Hari pertama Persia menginjak bangunan megah perusahaan LX Corporation ia tak henti-hentinya mengedarkan pandangan karena kagum dengan arsitekturnya. Tidak biasa dari gedung-gedung tinggi yang biasa Persia lihat, perusahaan milik Robert itu unik dan menarik. Semakin asyik Persia melihat-lihat ia tanpa sadar jika Edo sudah di belakangnya dan tanpa sengaja Persia telah berada di pelukan Edo,

     "Welcome!" Sambut Edo tanpa peduli jika ada orang yang melihat.

     Sontak Persia berusaha melepas tangan Edo melingkar di pinggang serta Persia memasang waspada jika seseorang tahu terutama Helen, "apa-apaan sih kamu? Lepas!"

     "Ikut aku!" Edo tidak akan membiarkan waktu terbuang sia-sia. Karena Robert sudah pergi itu artinya Edo berperan sebagai orang yang menguasai Persia.

     Meski melawan tapi tenaga dan tubuh mungil Persia hanya bisa mengikuti langkah Edo menuju tempat yang nampak jauh dari ruangan-ruangan para karyawan dan staf. Persia ingin berteriak, tapi ia takut jika suaranya terdengar di antara mereka yang tidak pernah tahu tentang hubungannya dengan Edo. Saat melihat beberapa lalu lalang orang di koridor pun Persia hanya menahan mulutnya. Sampai di menit selanjutnya Persia sudah berada di tangga darurat yang sepi, ia benar-benar takut sampai ingin melakukan panggilan telepon kepada seseorang tapi Persia ingat tidak ada ponsel di tangan.

     Edo berusaha memberikan rasa jera karena Persia sudah berani macam-macam dengan mengumbar kemesraan di depan banyak orang, dan itu jelas menimbulkan amarah yang sudah Edo tahan sampai satu hari lamanya semenjak datang ke rumah Joseph. Tangis Persia sama sekali tidak dapat mencegah amarah Edo sampai beberapa dari jumlah anak tangga sudah menuntun Edo dan Persia ke arah gudang. Tangan Edo terus memaksa Persia untuk ikut, paksaan Edo kini menggenggam ketakutan di wajah kekasihnya,

     "Cepat!" Semakin memaksa Edo tahu jika Persia sangat ketakutan.

     "Edo lepasin aku please! Jangan paksa aku Edo," Persia gigih untuk menghempaskan tangan Edo tapi ia selalu gagal, "ngapain sih kamu bawa aku ke sini?"

     "Kasih kamu kenang-kenangan sayang!" Jawab Edo tanpa beban.

     "Jangan gila Edo!" Bentak Persia meraih besi penyangga tangga darurat untuk menunda langkah Edo semakin jauh.

     Merasa semakin terancam dengan paksaan Edo kemudian tangga yang semakin menjorok ke bawah nampaknya membawa Persia kearah gudang, Persia memiliki cara lain hingga secara cepat kaki dan gigi Persia berperan menendang serta menggigit tangan Edo. Sempat gagal namun Edo menyerah dan melepaskan tangannya ketika gigitan Persia semakin dalam hingga menembus kulit. Teriakan Edo pun tak dihiraukan, Persia terus berlari sampai-sampai langkahnya hampir mencelakai dirinya sendiri kemudian Persia melepas sepatu wanita memiliki hak sekitar 7 centimeter lalu melepar kearah Edo,

     "Sayang aku cuma ingin bicara sama kamu," Edo megusap-usap tangan terdapat bekas gigitan Persia, "Persia kembali!"

     Persia tidak peduli dengan teriakan Edo, ia terus menggapai besi di sisi tangga kemudian berusaha menaiki jumlah ratusan anak tangga. Degup jantungnya kian cepat serta napas terengah-engah Persia tidak peduli dengan rasa lelahnya saat teriakan itu semakin dekat dan Persia mempercepat langkah dan berhasil meraih gagang pintu di ruang tangga darurat, lalu Persia berlari lagi dan lagi tanpa peduli tampilannya yang terlihat barantakan. Orang-orang yang berusaha menatapnya penuh tanya tak dihiraukan karena yang ada dipikiran Persia adalah menghindari Edo, sampai otaknya tersangkut keinginan untuk menuju ruangan Robert. Ya, cara itu pasti ampuh karena ruangan pribadi Robert memiliki penjagaan ketat.

     Sudah sekitar lima menit Persia mencari-cari kemudian ia berjalan tergesa ketika keluar dari lift, tatapan mereka pun tidak Pesia pedulikan sampai petunjuk arah menentukan bahwa Persia di depan pintu ruangan Robert. Dua penjaga berpostur tinggi besar sempat bertanya mengapa tingkahnya terrlihat aneh namun Persia menggeleng,

     "Aku tidak apa-apa," Persia mengintai arah di belakangnya, "jangan biarkan siapapun masuk ke dalam ruangan suamiku!"

     Satu penjaga itu mengangguk kemudian membimbing langkah Persia memasuki ruang pribadi Robert, tetapi ia masih rakus mengambil napas karena Persia sempat melihat Edo di depan lift. Mematung dengan tatapan seolah siap memangsanya,

     "Pastikan tidak ada yang masuk ke ruangan ini, siapapun! Kau paham?" Persia memberi kode untuk anak buah Robert.

     "Baik Nyonya!"

     Segera Persia menyuruh anak buah Robert menutup pintu kemudian Persia mengganti kode sandinya untuk berjaga-jaga jika dua anak buah Robert pergi tanpa sepengetahuannya. Lalu tibalah Persia luruh di depan pintu sembari memeluk dirinya sendiri, ia menangisi hari yang sudah terlalu sering membuatnya menyesal karena Persia sudah mengabaikan permintaan kedua orang tua, tapi semua itu sebuah sesal yang harus menjadi pelajaran. Persia bangkit lalu menghampiri letak kursi dan meja kerja Robert. Ia sempat merasa terhibur meski hanya dengan hiasan yang tak kalah mengagumkan dari rumah Joseph, dan tak kalah dari dekorasi mewah namun terlihat langka Persia menatap lekat-lekat pigura kecil meramaikan meja berbentuk oval.

     Persia tersenyum saat membelai foto wanita dengan gaya anggun dan cantik, "pasti kamu Hilda. Kamu cantik banget, Robert beruntung mencintai wanita seperti kamu."

   Berusaha melupakan sangat tidak mungkin ketika Persia menyentuh kemudian ia meraih foto Hilda, hatinya seketika bergetar saat mata cokelat dari gambaran mantan istri Robert mulai menatapnya tajam. Secara kondisi itu tetiba Persia menangis dan tumitnya kembali luruh di depan meja kerja Robert, "maafin aku Hilda, aku sama sekali nggak sengaja! Maafin aku!"

     Ya, hanya ucapan itu yang mampu keluar dari bibir mungil Persia. Tapi Persia menepis masa yang sudah berlalu tanpa ingin mengingat meski itu mustahil dan bukan berarti Persia berusaha lari dari kesalahan karena keegoisan, "kamu tidak kalah beruntung Hilda, kamu punya suami yang setia dan dia masih mencintaimu."

     Cinta? Satu kata itu ringan, tanpa beban ketika mengucapkannya namun mengerti artinya saja sangat sulit terutama yang tengah Persia jalani bukanlah takdir cinta di antara keriduan dan kasih sayang bersama Robert. Tetapi nama itu merengkuh rasa bangga Persia karena masih ada seorang pria seperti Robert, seseorang yang mampu hidup dengan kepergian kaidah cintanya.

[...]

     Sudah seharian penuh Persia hanya mempelajari cara bisnis di keluarga Luxembourg dengan didampingi orang kepercayaan Robert, Persia malas jika harus bertemu Edo apalagi hal buruk seperti tadi terulang. Sampai jam pulang kerja Persia masih menyemangati diri dan ia ragu jika harus kembali ke rumah Joseph. Tentu, hatinya ragu jika Edo tidak akan datang apalagi Robert tengah pergi ke luar negeri. Ah, sial! Dua laki-laki itu memang sangat berbahaya, terutama mata emas yang selalu megintai dengan sisi lembut yang menusuk.

     Tepat jarum jam menunjuk angka tujuh malam waktu setempat Persia akhirnya memberanikan diri untuk keluar, ia meminta bantuan anak buah Robert agar menjaganya sampai ke tempat parkir di mana Persia yakin Shandy menunggu sekaligus sebagai penghalang untuk Edo agar tidak lagi berani macam-macam. Dan tepat saat Persia sudah berada di basement ia melihat Shandy berjalan ke arahnya.

     Banyak pertanyaan yang Shandy ajukan, tapi Persia tersenyum enggan memperjelas keadaan hari itu,

     "Apa kau bisa bela diri?" Persia menoleh saat tiba-tiba pertanyaannya muncul untuk Shandy.

     Shandy merasa bingung dengan pertanyaan Persia, "em... Memangnya kenapa Nyonya?"

     "Ya atau tidak?" Baik Persia atau Shandy saling mengadukan tanya.

     "Anda ingin belajar?" Shandy membuka pintu mobil untuk Persia, "saya bisa mengajari Anda!"

     Persia menggeleng, "selama Robert pergi kau harus selalu ada untukku!"

     What? Persia mulai aneh dengan ucapannya. Pantas Shandy mengernyitkan dahi, tapi ya sudahlah. Belakangan ini Persia memang merasa aneh dengan dirinya sendiri terutama saat mengingat satu malam di kamar erotis itu, benar-benar gila!

avataravatar
Next chapter