7 Halal Haram Hantam

Pagi-pagi sekali Laurry bangun dan masak nasi.

Rifaldi bangun dengan enggan. Ia menatap Laurry yang terlihat sibuk namun tetap cantik dan hangat, Rifaldi menikmati setiap gerakan Laurry dan memuji keanggunannya dalam hati.

Namun, semua keindahan yang dinikmati Rifaldi sirna sudah ketika melihat apa yang Laurry makan, yakni daun-daun aneh yang tak pernah Rifaldi lihat, juga daging tupai.

"Apaan tuh! Kamu makan apa Laurry? " pekik Rifaldi

"Ini adalah pucuk-pucuk tumbuhan yang ada disekitar kita. Makan saja rasanya enak" jawab Laurry dengan santai. Rifaldi memandang sekelilingnya, ya benar, itu adalah pucuk tumbuhan yang ada disekitarnya, tapi tumbuhan itu tak lain dan tak bukan adalah rumput dan semak-semak bagi Rifaldi.

"Dan kamu juga masak tupai, menjijikan sekali" gidik Rifaldi. Sontak Laurry menatapnya dengan tajam.

"Memangnya kamu mau makan apa? Pizza? Atau mi, sarden, telur perbekalan kita. Ingat, perjalanan kita masih panjang. Makanan-makanan cepat saji itu hanya boleh kita makan ketika mendesak, aturlah perbekalanmu dengan baik"

Benar juga kata Laurry, perbekalan yang diberikan pada mereka tidaklah banyak, dan lagi perbekalan itu tujuannya untuk antisipasi apabila kelompok 10 kelaparan, terutama karena kekompok 10 tidak membawa perbekalan. Tapi daripada menarik kata-katanya, lebih baik Rifaldi masak mie yang ada didalam carriernya.

"Terserah kamu saja, aku tidak sudi makan makanan haram seperti itu. Aku akan masak mi"

"Di hutan ini, aku punya 1 prinsip emas agar bisa bertahan hidup, yakni prinsip 3H, Halal Haram Hantam" ucap Laurry "Tapi karena kamu gengsi untuk menyetujui perkataanku. Maka aku menghargai pendirian mu" Laurry yang sudah selesai makan kemudian mengambil mie yang ada ditangan Rifaldi. Lalu memasaknya untuk Rifaldi.

Rifaldi menerimanya dalam diam, ia kemudian makan dengan sangat tidak selera. Setelah selesai makan, Laurry pun sudah selesai membereskan tenda tanpa menunggu lama.

"Bagaimana keadaan kakimu?" tanya Laurry.

"Sudah baikan" jawab Rifaldi. Sejenak ia berpikir, Laurry ternyata tidak mengambil hati lagi dengan kejadian semalam. Syukurlah kalau begitu.

Sekitar jam 7 pagi, Laurry dan Rifaldi melanjutkan pencarian. Mereka tiba di anak sungai tempat Larra memancing. Mereka pun membaca pesan yang ditulis ditanah. Laurry memotretnya dengan camera.

Rifaldi tersenyum girang "Akhirnya kita mendapatkan pencerahan. Ternyata mereka menuju utara"

"Tapi aku merasa ada yang janggal" lirih Laurry "tapi lupakan saja, ayo kita ke utara, mungkin mereka masih disana"

Setiba di gua, Laurry dan Rifaldi ternyata terlambat datang. Gua sudah kosong, menyisakan dedaunan hijau alas mereka tidur, tungku api basah yang sepertinya baru saja disiram dengan air, jemuran kayu dan juga tulang-tulang ikan yang diangkut semut.

Laurry memotret gua itu. Setelah itu ia duduk didalamnya.

"Sepertinya kita lambat sedikit" kata Rifaldi

"Ya, tidak masalah. Setidaknya kita tahu gua ini memang bekas kelompok 10. Tapi Rif, coba kamu pikirkan tentang pesan tadi. Pesan itu ditujukan untuk Maura, dan Maura membalas "JALAN LURUS KESELATAN. DISANA ADA PESISIR PANTAI. KAMI MENUNGGU KALIAN DISANA"

"Itu artinya kelompok 10 sekarang menuju ke selatan" kata Rifaldi.

"Bukan itu yang janggal" sanggah Laurry "Mereka memang keselatan. Tapi untuk apa? Basecame outbound kita kan di barat"

Rifaldi terbelalak sadar

"Tapi Ry, kamu lupa sesuatu" kata Rifaldi "Pesan itu menunjukan bahwa Maura berpisah dengan kelompoknya, namun Maura tidak sendirian. Aku menduga kelompok 10 membagi diri menjadi dua tim dan menjadikan sungai itu sebagai titik perhentian atau titik kembali. Apapun yang mereka cari, mereka janjian kembali ke sungai itu setelah jam yang ditentukan. Ternyata kelompoknya Maura menemukan pesisir pantai sehingga tidak datang kesungai tepat waktu. Itulah sebabnya kelompok pertama meninggalkan pesan untuk memberi tahu bahwa mereka menuju ke utara, yang ternyata adalah gua ini"

Laurry menyimak penjelasan Rifaldi dengan seksama.

"Setelah beberapa lama, kelompok Maura kembali ke sungai dan menemukan pesan kelompok pertama. Jadi mereka membalas pesan itu dengan mengatakan bahwa mereka menuju ke selatan"

"Tapi Rif, jika jarak pesisir dengan gua ini tidak jauh jauh amat, kenapa kelompok Maura tidak langsung menyusul kelompok pertama saja, dan ke selatan sama2"

"Mungkin jaraknya jauh" tebak Rifaldi

"Tapi kamu tidak boleh melupakan tentang para pengikut si penyusup. Bisa jadi ini hanyalah skenario dan kelompok Maura sebenarnya tidak ada di pesisir. Bisa jadi pesan kedua itu ditulis oleh pengikut penyusup dengan tujuan menjebak kelompok pertama untuk ke selatan. Menghancurkan sebuah tim sangat mudah jika mereka berpisah, apalagi jika banyak konflik"

Rifaldi tampaknya memikirkan hal lain. Ia tersenyum penuh arti kepada Laurry

"Jadi kita tidak boleh berkonflik, agar tim kita kokoh dan kuat"

Laurry menatap Rifaldi dengan kesal "Kita tidak bisa menghindari konflik, tapi kita bisa saling memaafkan dan menyelesaikannya tanpa berpisah"

"Romantis sekali" ledek Rifaldi. Namun Laurry mengacuhkannya, matanya tertuju pada sebuah foto yang diselipkan di bawah dedaunan itu. Laurry mengambilnya, dan ia terkejut melihat foto sahabatnya, Grace berciuman dengan Rayhan.

Rifaldi merampas foto itu, dan lebih terkejut lagi. Ternyata Grace selingkuh darinya. Rifaldi tampak kesal tingkat tinggi namun ia cukup menguasai diri. Rifaldi memasukkan foto itu dalam sakunya lalu menatap Laurry yang gelisah.

"Semua orang pasti punya salah" kata Rifaldi "Yang terpenting kita cari mereka dulu"

Perkataan Rifaldi memang bijaksana, namun nadanya lebih seperti menghibur dirinya sendiri.

***

Berjalan lurus ke selatan ternyata tidak semudah yang dipikirkan, jalannya sangat buntu. Banyak tanjakan yang harus didaki, belum lagi sungai yang harus diseberangi. Tampaknya mereka justru semakin jauh masuk kedalam hutan.

Mereka sangat kelelahan dan lapar, namun Larra menuntut mereka harus kuat dan cepat-cepat melanjutkan perjalanan. Mereka mengira selatan adalah jalan pintas menuju basecame outbound, itu sebabnya mereka tidak keberatan akan tuntutan Larra.

Grace yang sudah benar-benar lapar dan lelah pun tak mampu menahan diri lagi. Ia jatuh pingsan.

Rayhan sangat terkejut, ia buru-buru mengejar Grace, begitu pula dengan yang lainnya.

"Kamu mau bilang apa lagi Larra?" pekik Rayhan "Tuntutan mu terlalu egois, kamu tidak memikirkan Grace yang lemah"

Namun Larra mengacuhkannya, ia malah memandang langit2 dengan tatapan penuh arti. Entah apa yang dipikirkan Larra.

"Kita harus sampai di pesisir sebelum 3 hari" tegas Larra, dengan nada yang mendedikasikan bahwa jika mereka berlama-lama, mereka tidak akan sampai sebelum 3 hari

Reza menatap Larra "Maksudmu, perjalanan kita masih jauh Larra? Tau dari mana?" selidik Reza

"Maksudku kita akan ketinggalan kapal" jelas Larra.

"Aku ingin kita singgah dulu beberapa jam, kita perlu makan" saran Reza

"Baiklah... Aku akan mencari makanan" Larra menyetujui "Kalian uruslah, Grace, aku tidak ingin dia kenapa-napa"

"Aku ikut" sergah Ozzie

"Tidak usah, biar aku sendirian, kalian tunggulah disini" tolak Larra seraya meninggalkan mereka semua. Mereka pun segera mengurus Grace dan juga merapikan semak-semak untuk beristirahat.

avataravatar